nusabali

Anak Ideologis PNI, Tak Terkalahkan di Setiap Pemilu

Kadek Agus Arya Wibawa, Jawara Legislatif Nyeberang ke Eksekutif

  • www.nusabali.com-anak-ideologis-pni-tak-terkalahkan-di-setiap-pemilu

Kadek Agus Arya Wibawa maju tarung berebut kursi eksekutif setelah empat kali periode duduk di DPRD Denpasar. Dia yang berperan rangkul sejumlah parpol gabung ke barisan PDIP usung Jaya-Wibawa di Pilkada Denpasar 2020

DENPASAR, NusaBali

Sosok I Kadek Agus Arya Wibawa, 45, Calon Wakil Walikota yang diusung PDIP di Pilkada Denpasar 2020, sudah tak asing lagi bagi kalangan politik di Bali. Arya Wibawa yang merupakan anak ideologis PNI, selalu tampil sebagai jawara (peraih suara terbanyak) untuk kursi DPRD Denpasar di setiap Pileg. Kini, sang jawara legislatif menyeberang ke kursi eksekutif, sebagai pendamping Calon Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara.

Kepada NusaBali, Arya Wibawa membeber alasan dirinya nyeberang berkarier ke eksekutif, setelah empat kali periode duduk di DPRD Denpasar. Dia bahkan rela meninggalkan kursi empuk sebagai Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar 2019-2024, demi maju tarung ke Pilkada Denpasar 2020.

Alasan utama, kata Arya Wibawa, maju tarung ke Pilkada Denpasar 2020 adalah penugasan partai, yakni PDIP. Dirinya dibesarkan oleh PDIP, tentu harus komitmen dan setia kepada partai. "Penugasan oleh induk partai paling utama. Saya lahir dan besar di politik karena PDI Perjuangan,” ujar Arya Wibawa saat ditemui NusaBali dalam kegiatan simakrama di Banjar Kawan, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan bersama IGN Jaya Negara tepat Purnamaning Kanem, Senin (30/11) sore.

“Jadi, ketika sudah menjadi kader partai, tidak ada alasan menolak penugasan. Kalau cari nyaman dan aman berkarier, ya memang melanjutkan tugas di Dewan (DPRD Denpasar). Tetapi, kita sudah komitmen bahwa setiap kader itu harus siap di segala cuaca," lanjut politisi asal Banjar Ambengan, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang juga Sekretaris DPC PDIP Denpasar sejak tahun 2010 ini.

Karena itu, kata Arya Wibawa, menyeberang ke kursi eksekutif juga merupakan sebuah tantangan baru, dengan situasi berbeda dan dituntut harus mampu beradaptasi. Menurut tokoh kelahiran Denpasar, 10 November 1975 ini, beralih ke eksekutif boleh disebut tantangan baru baginya sebagai politisi dalam mengawal aspirasi masyarakat.

“Ibarat bermain sepakbola, dulu sebagai penyerang, kini akan ditugaskan sebagai seorang gelandang. Ibaratnya demikian, ya endingnya tetap harus menciptakan gol. Mengawal aspirasi rakyat, mensejahterakan masyarakat," tegas Arya Wibawa yang sudah empat periode duduk di kursi legislatif sejak 2004.

Penugasan partai kepada Arya Wibawa untuk beralih dari legislatif beralih ke eksekutif, sering disebut-sebut sebagai regenerasi di PDIP. Maklum, Arya Wibawa adalah politisi kawakan di DPRD Denpasar yang selama ini tidak tertandingi di Dapil Denpasar Selatan, sehingga 4 kali periode secara beruntun lolos ke kursi legislatif dengan perolehan suara terbanyak.

Bagi Arya Wibawa, ini bagian dari bagi-bagi tugas. "Hidup ini memang pilihan. Tapi, ya kembali saya tegaskan ini bagian bagi-bagi tugas juga. Karena kita memang harus tunduk dengan perintah dan garis partai," tandas mantan Ketua Komisi C DPRD Denpasar (yang membidangi keuangan dan anggaran) ini.

Sebagai jawara legislatif, Arya Wibawa adalah sosok ‘manajer’ di DPRD Denpasar. Dia dikenal jago penggalangan lintas fraksi, ketika situasi politik di legislatif krodit, dan memerlukan lobi politik. Dia juga yang berperan merangkul sejumlah fraksi di DPRD Denpasar bergabung mendukung Jaya-Wibawa (IGN Jaya Negara-Kadek Agus Arya Wibawa) di Pilkada Denpasar 2020.

Arya Wibawa sendiri adalah anak ideologis PNI. Sebab, sejak awal keluarganya adalah orang PNI, termasuk sang ayah Prof Dr dr Ketut Siki Kawiyana SpB SpOT (K), yang dikenal sebagai dokter mumpuni spesialis bedah tulang. Sang ayah adalah aktivis Gerakan Sosial Nasional Indonesia (GSNI), yang merupakan sayap partai PNI di era 1971. Namun, sejak 1980-an tidak lanjutkan karier di politik, karena Prof Siki sebagai akademisi dan PNS.

Meski demikian, ideologi PNI dan aliran Marhaenisme tetap hidup dalam keluarga Prof Siki, termasuk ke anaknya, Arya Wibawa, yang mulai dititipkan kepada para tokoh PDI, partai politik yang merupakan hasil peleburan PNI dengan beberapa partai di era Orde Baru. Saat itu, Arya Wibawa dikenalkan dengan tokoh PDI Bali dari Puri Satria Denpasar, AA Ngurah Oka Ratmadi dan AA Gde Ngurah Puspayoga.

Sampai akhirnya Arya Wibawa menjelma sebagai jawara legislatif. Dalam Pileg 2019, misalnya, ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Ayu Kristi Agustini ini untuk keempat kalinya lolos ke DPRD Denpasar dengan predikat peraih suara terbanyak di antara 45 caleg terpilih, yakni tembus 9.510 suara. *nat

Komentar