nusabali

PBFI Bali Kunjungi KONI Badung

Minta Porprov Tak Batasi Atlet Berprestasi

  • www.nusabali.com-pbfi-bali-kunjungi-koni-badung

MANGUPURA, NusaBali
Ketua Umum Pengurus Perkumpulan Binaraga Fitnes Indonesia (PBFI) Bali I Gusti Agung Ngurah Susrama Putra bersama sejumlah pengurus, mengenalkan diri pada KONI Badung di ruang kerjanya di Kwanji Kuta Utara, Badung, Rabu (2/12).

Kedatangan Susrama Putra itu juga untuk sosialisasi terbentuknya PBFI Bali, salah satu pecahan PABBSI (Persatuan Angkat Berat, Angkat Besi dan Binaraga Selurug Indonesia). PABBSI berubah menjadi tiga cabang Olahraga angkat berat, angkat besi dan binaraga-fitnes.

Susrama Putra menjelaskan segera membentuk PBFI Badung termasuk di sejumlah kabupaten di Bali. Dia meminta Ketum KONI Badung ikut membantu terbentuknya Pengkab PBFI Badung, sehingga dapat membina binaragawan dan usaha fitnes-fitnes yang kini banyak berkembang di masyarakat.

Pada kesempatan itu, Ketum KONI Badung Made Nariana berterima kasih, karena cabor baru terbentuk sehingga dapat membina atlet yang sebetulnya ada sejak lama. Made Nariana kembali menekankan, Badung ingin cabang apa saja sepanjang diakui KONI Pusat sampai daerah, langsung ikut dipertandingkan resmi di Porprov Bali, tanpa didahului ekshibisi. Apalagi atlet Cabor itu sejak lama ikut PON, SEA Games dan turnamen internasional lainnya.

"Sepanjang memenuhi persyaratan lebih dari 50 persen plus satu ada pengurus di Bali dan ada atletnya, saya pikir lanjut ikut Porprov, tanpa eksibisi. Banyak provinis lain sudah seperti begitu,” kata Nariana.

Selain itu, pimpinan KONI Badung juga mengusulkan, ajang Porprov Bali membuka seluas-luasnya atlet berprestasi, tanpa membatasi, apakah dia atlet PON, SEA Games dan lainnya. Daerah harus memberikan semua atlet bertarung tanpa kecuali di Porprov. Sebab dengan cara itu, daerah dapat memberikan apresiasi kepada semua atlet dengan fairplay sesuai prestasinya.

"Kalau sampai ada diskriminasi, di mana atlet PON tidak boleh ikut Porprov, itu artinya kita akan mencetak juara semu dalam ajang setingkat Bali itu, sebab ada juara lain yang lebih punya prestasi, namun dilarang untuk main,” tegas Nariana.

Usulan itu didasarkan pada kenyataan, mencetak atlet berprestasi tidak seperti membalikan tangan, tetapi dilakukan bertahun-tahun sejak mereka masih muda. Jangan setelah punya prestasi, mereka kena aturan aneh-aneh dari pembinanya sendiri. *dek

Komentar