nusabali

Musim Hujan, Waspadai Potensi Bencana Alam

Ada 7% Warga Tinggal di Daerah Rawan Bencana

  • www.nusabali.com-musim-hujan-waspadai-potensi-bencana-alam

Kondisi cuaca dan alam berkaca dari tahun sebelumnya. Mulai dari bencana banjir, tanah longsor hingga banjir bandang.

SINGARAJA, NusaBali

Topografi wilayah Kabupaten Buleleng yang berbukit membuat risiko daerah bencana cukup tinggi. Meski berisiko bencana, daerah yang masuk zona merah masih menjadi daerah permukiman. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mengklaim sebanyak 7 persen masyarakat Bali masih tinggal di daerah rawan bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali Made Rentin ditemui usai melantik pengurus Kwarcab Buleleng Rabu (2/12) mengatakan memasuki musim penghujan tahun ini diprediksi akan terjadi potensi kebencanaan di Bali. Hal itu disampaikan Rentin sesuai dengan rilis resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Gerofisika (BMKG) Wilayah 3 Denpasar.

Potensi bencana di musim penghujan disampaikannya akan diawali dengan cuaca ekstrem dengan curah hujan lebat dengan intensitas tinggi. Kondisi cuaca dan alam ini berkaca dari tahun-tahun sebelumnya sangat berpotensi bencana. Mulai dari bencana banjir, tanah longsor hingga banjir bandang. “Kami kembali mengimbau seluruh komponen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” ucap dia.

Terlebih 3-7 persen masyarakat disebut Rentin bermukim di daerah rawan bencana yang masuk dalam kategori zona merah. Seperti pemukiman di kemiringan lebih dari 30 persen yang sebenarnya tidak dianjurkan sebagai tempat tinggal. Kondisi ini pun tak jarang menimbulkan korban jiwa saat terjadi bencana alam yang tak dapat diprediksi secara akurat waktu kedatangannya. “Flashback ke tahun 2019 lalu, satu keluarga meninggal tertimpa longsor kejadian di Buleleng dan Karangasem, karena bermukim di kemiringan lebih dari 30 persen. Risikonya relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan masyarakat yang bermukim di luar itu. Kejadian ini jangan sampai terjadi lagi,” imbuh dia.

Menyikapi kondisi tersebut BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten melakukan penguatan pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Mereka diajak mengenali risiko, memahami bencana dan menyiapkan strategi saat terjadi potensi. Masyarakat yang sudah mendapat penguatan kesiapsiagaan bencana diharapkan secara sadar mengevakuasi diri dan keluarga saat terjadi potensi bencana seperti hujan lebat dengan intensitas tinggi.

Sementara itu personel dan peralatan BPBD juga menyatakan diri siap 24 jam dalam sehari 7 hari dalam seminggu. “Tanggal merah hanya warna, tidak berpengaruh pada kerja BPBD, personel dan sarana prasarana selalu siap kapan pun diperlukan,” tegas dia.

Koordinasi BPBD Kabupaten/Kota di Bali bersama BPBD Provinsi dan Pusdalops juga dilakukan minimal 2 kali dalam sehari, sehingga dapat terpantau pergerakan bencana di wilayah Bali pada khususnya.

Selain itu potensi ancaman bencana yang sangat kompleks di Bali pada masa pandemi ini juga menuntut BPBD Provinsi dan Kabupaten menyiapkan skema terburuk. Terlebih saat ini sejumlah gunung berapi di Jawa Timur, NTT, dan Jogjakarta mengalami erupsi. Potensi yang sama dijelaskan Kalak BPBD Provinsi Rentin juga dapat terjadi erupsi Gunung Agung. Sehingga kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat tetap harus ditingkatkan.

“Kami di bencana selalu menyiapkan diri menghadapi bencana dengan eskalasi besar. Jika terjadi potensi terburuk yakni bencana alam di tengah pandemi dan mengharuskan masyarakat mengungsi, kami sudah siapkan skenario dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dengan 3 M dan atur tata laksana dan kapasitas,” tutup Rentin.*k23

Komentar