nusabali

Putri Koster Ingatkan Milenial Selalu Berpikir, Berkata dan Berbuat Baik

  • www.nusabali.com-putri-koster-ingatkan-milenial-selalu-berpikir-berkata-dan-berbuat-baik

DENPASAR, NusaBali
Ketua TP PKK Provinsi Bali Putri Sastini Koster mengingatkan para remaja yang merupakan generasi milenial agar selalu berpikir, berkata dan berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Meski terdengar sederhana dan mungkin membosankan karena sudah terlalu sering didengar, namun ketiganya merupakan konsep dasar bagi upaya membentuk remaja yang berbudi pekerti. Hal itu diutarakan  Putri Koster saat tampil menjadi pembicara pada Seminar Nasional ‘Budi Pakerti Generasi Milenial’ yang dilaksanakan secara daring oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha, Jumat (27/11).

Putri Koster yang menyampaikan paparan dari ruang kerjanya di Jayasabha Denpasar, menyatakan bahwa tiga konsep dasar tersebut merupakan penjabaran dari ajaran Hindu, yakni Tri Kaya Parisudha (Manacika, Wacika dan Kayika). “Mulai dari pikiran yang harus kita kendalikan. Karena pikiran punya kendali yang luar biasa, melebihi dahsyatnya bom atom,” tegasnya.

Ia lantas memberi contoh betapa hal yang baik atau buruk itu berawal dari pikiran. Misalnya, ujar Putri Koster, seseorang yang sedang berada di sebuah ruang kecil punya pikiran untuk berbuat tidak baik seperti merencanakan teror. “Itu merupakan contoh pikiran yang tidak dilandasi budi pakerti. Maka, seyogyanya kita selalu harus dapat mengendalikan pikiran,” ujarnya.

Berikutnya adalah perkataan yang menurutnya sangat penting dikendalikan agar apa yang diucapkan tidak sampai menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. “Yang ketiga tentu saja perilaku yang wajib kita jaga agar selalu ingat untuk berbuat baik,” katanya mengingatkan. Putri Koster menyebut, tiga konsep dasar itu sangat relevan di era kekinian.

Pada bagian lain, Putri Koster juga menyinggung tentang era milenial yang saat ini tengah dihadapi masyarakat dunia. Menurutnya, bukan hanya para remaja yang hidup di zaman milenial, kelompok orang tua seperti dirinya pun ada di zaman ini. “Artinya, kami orang tua milenial yang juga harus banyak belajar dan menyesuaikan diri dalam mendidik anak-anak,” ucapnya. Situasi tersebut menuntut para orang tua  untuk melakukan penyesuaian dalam mendidik anak karena mereka umumnya memperoleh pendidikan dengan pola-pola yang berbeda.

Meski zaman berubah, menurut Putri Koster, ada satu hal yang mesti selalu ditanamkan pada anak-anak yaitu budi pakerti. Wanita yang dikenal piawai membawa puisi ini mengibaratkan anak-anak seperti bangunan. “Agar bangunannya kokoh, pondasinya harus kokoh dan kuat. Pondasi itu adalah etika dan budi pakerti. Jika pondasinya kokoh, sehebat apapun badai menerpa, tidak akan goyah atau roboh,” urainya.

Pada kesempatan itu, pendampingi orang nomor satu di Bali ini mengingatkan kembali sejumlah ancaman yang mengintai para generasi muda, seperti penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja hingga HIV/AIDS. Ia mengumpamakan berbagai ancaman itu seperti harimau yang siap menerkam manakala para remaja lengah. “Untuk itu, ibu ingatkan lagi. Ananda jangan pernah bosan mendengar nasihat orang tua. Jadikan anak yang berbakti pada catur guru,” katanya, berpesan.

Masih terkait dengan pembentukan budi pakerti, ia menyambut baik pelaksanaan ajang pemilihan remaja berbudi pakerti yang digelar FIP Undiksha. Ia menyebut kegiatan ini sejalan dengan program Presiden RI Joko Widodo yaitu revolusi mental. Mengakhiri paparannya, ibu dua anak ini berbagi tips sukses yang disebutnya 3B (Berdoa, Berupaya dan Bersyukur).

Seminar nasional yang dipandu Dekan FIP Undiksha Dr I Ketut Gading itu diikuti dengan antusias oleh para peserta yang banyak mengajukan pertanyaan kepada Putri Koster selaku narasumber. Selain berusaha menjawab pertanyaan para remaja yang rata-rata kritis, Putri Koster juga berinteraksi dengan mereka. “Ibu tahu, generasi milenial senang belajar tapi tak suka kalau digurui. Karena itu, ibu ingin ananda yang lebih banyak menyampaikan pendapat terkait dengan budi pekerti,” katanya mengajak kalangan generasi milenial.*

Komentar