nusabali

Desa Adat Kuta Gelar Nangluk Merana di Tengah Pandemi

Rangkaian Upacara Berjalan Sesuai Prokes Pencegahan Covid-19

  • www.nusabali.com-desa-adat-kuta-gelar-nangluk-merana-di-tengah-pandemi

MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Kuta menggelar upacara Nangluk Merana pada Buda Kliwon Matal, Rabu (25/11) pagi.

Upacara yang digelar setahun sekali setiap Kajeng Kliwon Uwudan sasih kaenem penanggalan Bali itu dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19.  Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista menerangkan, makna upacara ini adalah mohon kerahayuan jagat, semoga tidak ada bencana yang terjadi saat sasih kaenem. Pasalnya, sasih kaenem merupakan sasih merana atau wabah penyakit. Dalam upacara itu, sudah diimbau agar seluruh krama menaati prokes pencegahan Covid-19, utamanya memakai masker.

“Upacara ini kita memohon kerahayuan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga masyarakat Kuta diberikan kemakmuran dan terhindar dari hal-hal negatif,” ujar Wasista.

Upacara Nangluk Merana dilakukan sejak pagi hari di 13 banjar. Setelah itu, dilakukan prosesi mendak pakuluh Ida Bhatara ring Pura Segara. Usai prosesi tersebut, masing-masing pelawatan yang ada di lingkungan Desa Adat Kuta, melaksanakan upacara di masing-masing persimpangan (catus pata) banjar. Batas utara (kaler) Desa Adat Kuta dilakukan upacara oleh pelawatan dari Banjar Plasa, Banjar Pande Mas, Banjar Pemamoran. Sedangkan untuk batas selatan (kelod) Desa Adat Kuta dilaksanakan upacara oleh pelawatan Pura Tanjung Pikatan dari Banjar Segara.

Wasista menjelaskan, setelah upacara di masing-masing catus pata selesai, dilanjutkan dengan masing-masing pelawatan Ratu Ayu menuju ke Pura Dalem Kahyangan. Namun, karena kondisi pandemi Covid-19, rangkaian upacara tersebut ditiadakan. “Kalau dulu seluruh pelawatan ke Pura Dalam Kahyangan. Namun, kali ini ditiadakan karena menaati protokol kesehatan,” ungkap Wasista.

Menurut Wasista, yang masuk ke Pura Dalem Kahyangan hanya kelian. Hanya nunas tirta di Pura Dalem, kemudian dipundut ke masing-masing banjar, selanjutnya krama yang hendak nunas tirta bisa langsung ke banjar masing-masing. Hal ini semata untuk mencegah terjadinya kerumunan. “Rangkaian upacara itu kami lakukan semua. Namun, ada yang disederhanakan,” ungkapnya. *dar

Komentar