nusabali

Putri Koster Kampanye Cegah Stunting

Jadi Keynot Speaker di Webinar Hari Kesehatan Nasional

  • www.nusabali.com-putri-koster-kampanye-cegah-stunting

DENPASAR, NusaBali
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini, menjadi keynote speaker dalam Webinar Hari Kesehatan Nasional ke-56 dengan tema 'Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Stunting', Rabu (25/11).

Istri Gubernur Bali Wayan Koster ini mengingatkan anak-anak adalah aset bangsa, mereka harus dijaga dengan cegah stunting. Kegiatan Webinar Hari Kesehatan Nasional, Rabu kemarin, digelar di Rumah Jabatan Guberbnur Bali, Komplek Jaya Sabha, Jalan Surapati Nomor 1 Denpasar. Acara Webinar tersebut juga dihadiri Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi Bali, Putu Anom Agustina.

Dalam paparannya, Ny Putri Suastini Koster mengingatkan pentingnya gaya hidup sehat untuk mencegah stunting (kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama) sejak dini. "Kita bisa mulai dari diri sendiri dulu, terutama untuk kalangan remaja. Jika melaksanakan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat Red) terlebih dulu, itu akan memberikan dampak prositif untuk jangka panjang, juga bisa memberikan efek positif untuk keturunan kita kelak," ujar papar Putri Koster.

Putri Koster mengatakan peranan orangtua juga amat diperlukan, khususnya dalam menjaga perilaku hidup bersih dan asupan bergizi sejak bayi dalam kandungan. Hal ini sangat diperlukan demi menjaga kesehatan janin dan upaya pencegahan stunting sejak dini.

"Para orangtua juga bisa membekali putra-putri mereka yang masih remaja untuk mengambil peranan dalam upaya pencegahan stunting bagi keturunannya kelak," papar Putri Koster dalam Webinar yang juga dihadiri kader PKK Kabupaten/Kota dan desa se-Bali tersebut.

Menurut Putri Koster, keberlangsungan bangsa dan negara ke depan bergantung kepada generasi penerus yang tidak hanya sehat fisik dan rohani, namun juga berahlak dan cerdas. Sementara, fenomena stunting merupakan penghambat tujuan utama tersebut. "Jadi, di sini semua orang berperan dalam memajukan bangsa dan negara kita ke depan," tegas tokoh perempuan yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali ini.

Seniwati multitalenta ini menyebutkan, meskipun Bali mendapat predikat angka stunting terendah secara nasional, namun semua pihak tidak boleh lengah. Semua stakeholder harus bahu membahu menghapus stunting di Bali. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, namun butuh peranan semua pihak. Pemerintah mungkin bisa mengeluarkan skema dan rencana pencegahan, namun tetap ujung tombak pencegahan stunting ada di masyarakat, terutama keluarga,” papar Putri Koster.

Putri Koster juga meyakini dengan kerja keroyokan dari berbagai instansi, baik PPK, Dinas Kesehataan, Dinas Pemajuan Masyarakat Adat, maupun Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, maka masalah ini akan cepat terselesaikan.

Putri Koster juga mengapresiasi langkah-langkah Posyandu dalam menjaga kesehatan bayi dan balita. Di tengah pandemi Covid-19 yang melarang kegiatan berkerumun, kader Posyandu tidak lelah mengunjungi warga untuk memeriksa kesehatan bayi dan balita. “Saya sangat berterima kasih atas pengabdian para kader Posyandu. Ke depan, mungkin pemerintah desa bisa berkoordinasi dengan Posyandu setempat agar mengalokasikan APBDes untuk kegiatan pemenuhan gizi anak dan balita,” katanya seraya berjanji akan mengajak kader-kader PKK dan Posyandu di seluruh desa untuk terus berupaya melakukan edukasi, buat mengurangi angka stunting.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya mengatakan indikator kesehatan untuk anak-anak adalah menurunnya angka kematian bayi dan balita, serta menurunnya angka stunting. Menurut Suarjaya, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembagan anak yang terjadi sejak masih dalam kandungan.

“Pertumbuhan meliputi bertambahnya ukuran anak secara fisik, sementara perkembangan berkaitan dengan perubahan kognitif berupa bertambah pintar dan spiritual. Jadi, stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik dan mental,” jelas Suarjaya.

Suarjaya sepakat dengan Putri Koster bahwa pencegahan stunting bisa dilakukan sejak dini, dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. “Jika kebiasaan itu sudah ada minimal sejak remaja, tentu berguna jika kelak kita sudah menjadi calon ibu dan menjadi ibu kelak,” tandas birokrat asal Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng ini.

Mengenai pencegahan stunting, Suarjaya menyatakan harus mulai memperhatikan tumbuh kembang anak sejak masih dalam kandungan. Menurut Suarjaya, periode emas berlangsung sejak anak dalam kandungan selama 9 bulan hingga berumur 2 tahun. "Pada fase ini, penting bagi orangtua memonitor perkembangan dan pertumbuhan anak, karena cirri-ciri stunting juga bisa dilihat di periode tersebut," tegas alumnus Fakultas Kedokteran Unud angkatan 1980 ini.

Di sisi lain, Kadis PMD Provinsi Bali, Putu Anom Agustina, juga menekankan pentingnya peranan masyarakat desa dalam mencegah stunting. Menurut Anom Agustina, sesuai dengan Permendagri Nomor 18 Tahun 2018, dalam sinerggi pencegahan stunting, Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) mempunyai peranan seperti peningkatan peran Posyandu dalam meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak, serta memfasilitasi kegiatan TP PKK untuk pembinaan kesehatan mas-yarakat.

“Hal lainnya adalah melakukan pembinaan, pengawasan, dan memfasilitasi penganggaran dalam APBDes. Termasuk juga mendorong optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk kegiatan pemberdayaan, seperti peningkatan kulitas dan akses pelayanan dasar dan pencegahan stunting,” papar Anom Agustina. *nat

Komentar