Denpasar Krisis Regenerasi Wasit

Ya, terjadi krisis regenerasi wasit di Kota Denpasar. Hal itu terungkap saat Askot PSSI Denpasar menggelar penyegaran wasit dua hari pada Sabtu (14/11) dan Minggu (15/11).

Dari 25 wasit yang mengikuti penyegaran teori dan praktek, hanya lima wasit yang usianya di bawah 25 tahun. Sedangkan sisanya, 20 wasit usianya diatas 25 tahun. Padahal wasit berperan vital dalam memimpin pertandingan. Namun dari segi usia diakui telah berumur dan perlu adanya regenerasi wasit muda dan energik.

"Kami akui krisis regenerasi wasit di Kota Denpasar. Mestinya, regenerasi itu tidak terputus," kata salah satu pengurus PSSI Denpasar Bidang Kompetisi, Made Witarka, Senin (16/11).

Jika regenerasi bagus, kata Witarka, akan ditemui banyak wasit yang usianya di bawah 25 tahun. Mengingat pada usia itu sangat bagus untuk ditingkatkan kualitasnya untuk jadi wasit handal dan ditunjang fisik mumpuni.

Menurut Witarka, saat ini wasit di Kota Denpasar kebanyakan usia lanjut di atas 30 tahun. Untuk itu, Bidang Perwasitan harus memikirkan hal tersebut, agar regenerasi berjalan baik. Sebab, banyak pertandingan sepakbola di Bali tidak lagi dipimpin wasit asal Kota Denpasar, tapi dari luar Kota Denpasar yang usianya masih muda dan energik.

Sedangkan kualifikasinya, kata Witarka, juga harus sesuai standar C2, dan C3. Efek lain yang paling dirasakan saat praktek di lapangan, wasit terlihat ngos-ngosan saat diberi tugas berlari.  

Dari 25 wasit yang mengikuti penyegaran itu, hanya 10 orang wasit yang memenuhi standar kesiapan fisik. Sisanya, 15 wasit memiliki punya fisik tidak menunjang. Juga standar yang ditetapkan, lari 40 meter dalam 6 detik (6 kali putaran), lalu lari 75 meter (10 putaran dengan total 40 kali), dan lari 400 meter. Hitungan 25 meter joging, 75 meter lari, dan 25 meter jalan-jalan, sehingga total 40 kali putaran. Dengan metode standar seperti itu, hanya 10 wasit yang lolos. *dek