nusabali

Wajah Bocah 4 Tahun Melepuh Tersiram Air Panas

Musibah di Banjar Tukad Ampel, Desa/Kecamatan Kubutambahan

  • www.nusabali.com-wajah-bocah-4-tahun-melepuh-tersiram-air-panas

Keluarganya masuk kalangan kurang mampu, tidak punya jaminan kesehatan, tagihan dari rumah sakit sudah mencapai Rp 19 juta

SINGARAJA, NusaBali

Musibah dialami Luh Tasya Devi Juniantari, 4, seorang bocah perempuan asal Banjar Tukad Ampel, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Bocah berusia 4 tahun ini harus dirawat di Ruang ICU RSUD Buleleng di Singaraja dalam kondisi kulit melepuh, gara-gara musibah tersiram air panas.

Luh Tasya Devi Juniantari merupakan anak semata wayang pasangan Ketut Eva Agusta, 26, dan Ni Nengah Sriadi, 21. Musibah tersiram air panas yang menimpa Luh Tasya terjadi Jumat (6/11) siang pukul 12.30 Wita, ketika tanpa sengaja tersiram air panas yang dipegang neneknya, Putu Heriani, 50. Hingga Rabu (11/11), bocah malang ini masih dalam perawatan di Ruang ICU RSUD Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja.

Menurut sang ayah, Ketut Eva Agusta, peristiwa yang menima putri ciliknya ini terjadi begitu saja. Sebelum kejadian, Luh Tasya sedang bermain lari-larian dengan sepupunya. Saat itu, neneknya yakni Putu Heriani sedang memasak air. Begitu menyendok air panas mendidih dengan gayung untuk dipindahkan ke wadah baru, Putu Heriani tiba-tiba ditabrak sang cucu yang muncul mendadak di hadapannya.

“Anak saya ini (Luh Tasya) langsung menabrak gayung berisi air mendidih yang dipegang neneknya. Nah, air mendidih itu kemudian tumpah menimpa kepala anak saya,” ungkap Eva Agusta saat ditemui NusaBali sedang menunggui putrinya, Luh Tasya, di Ruang ICU RSUD Buleleng, Rabu kemarin.

Eva Agusta mengisahkan, saat kejadian siang itu, dirinya sedang tidur dalam kamar sepulang dari melaut. Pria yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan ini pun terbangun akibat kegaduhan di mana putrinya tersiram air panas. Bocah Luh Tasya kemudian dibawa ke bidan desa. “Karena lukanya cukup parah, anak saya ini kemudian dirujuk ke sini (RSUD Buleleng, Red),” kenang Eva Agusta.

Kondisi darurat dan keadaan wajah dan bahu putrinya yang melepuh, membulatkan tekad Eva Agusta untuk mencarikan cara kesembuhan Luh Tasya, meskipun tanpa berbekal jaminan kesehatan, baik dari pemeirntah maupun kepesertaan mandiri. Hingga saat ini, biaya perawatan dan operasi yang sudah dijalani Luh Tasya masuk dalam pelayanan pasien umum, dengan tagihan sementara mencapai lebih dari Rp 19 juta.

Menurut Eva Agusta, luka bakar di bagian kepala, wajah, dan bahu bocah Luh Tasya sudah mendapatkan penangnan tim medis RSUD Buleleng. Pihak RSUD Buleleng sempat menyarankan untuk merujuk bocah Luh Tasya ke RSUP Sanglah, Denpasar. Namun, Eva Agusta menolak putrinya dirujuk ke RSUP Sanglah, karena kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan.

“Keluarga saya memang tidak punya KIS (Kartu Indonesia Sehat). Dulu pernah ngurus sampai 4 kali, tetapi belum keluar juga. Jadi, saya menolak anak saya dirujuk ke RSUP Sanglah, karena tanggungan anak sakit dan bapak saya juga sedang sakit,” papar Eva Agusta.

Harapan satu-satunya Eva Agusta saat ini adalah putrinya mendapatkan penanganan di RSUD Buleleng agar bisa sembuh. Terkait masalah biaya perawatan di rumah sakit, Eva Agusta akan mengupayakan pinjaman ke kerabat atau orang lain. Ini untuk menutupi kekurangan biaya perawatan yang sudah dibantu sejumlah komunitas sosial.

Sementara itu, Kasubbag Humas dan Informasi RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, mengatakan tim medis sudah berjuang untuk kesembuhan bocah Luh Tasya. Menurut Budiantara, pasien luka bakar akibat tersiram air panas itu baru diterima di RSUD Buleleng, Sabtu (7/11) atau sehari pasca kejadian. Tim spesialis bedah kemudian putuskan mengambil tindakan operasi, Senin (9/11). Bocah malang ini disebutkan mengalami luka bakar 14,5 persen.

“Saat ini kondisinya sudah membaik. Untuk perawatan lebih lanjut, kami sempat merekomendasikan agar pasien ini dirujuk ke RSUP Sanglah, karena di sana ada instalasi khusus luka bakar. Bukannya kami tidak mampu, tetapi karena di sana ada instalasi luka bakar, jadi penanganannya bisa lebih intens,” jelas Budiantara di RSUD Buleleng, Rabu kemarin.

Hanya saja, kata Budiantara, karena keluarganya menolak untuk dirujuk, maka perawatan bocah Luh Tasya tetap dilakukan di RSUD Buleleng. Belum bisa diprediksi kapan waktu kesembuhan dan pemulihan bocah Luh Tasya. Menurut Budiantara, posisi luka bakar sebagian di kepala dan wajah, juga ada di bahu, sehingga memerlukan penanganan medis yang intens.

Di sisi lain, Perbekel Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana, mengakui ayah bocah Luh Tasya, Ketut Eva Agusta, memang termasuk keluarga kurang mampu. Menurut Pariadnyana, fasilitas KIS-PBI yang ditanggung pemerintah untuk keluarga Eva Agusta juga telah diajukan kembali oleh pemerintah Desa Kubutambahan ke Dinas Sosial. Namun, hingga saat ini kartu jaminan kesehatan tak kunjung datang.

“Pengajuan dari desa sudah sejak dulu ditangani aparat desa, tetapi ternyata setelah cek di Dinas Sosial, tidak ditemukan (berkasnya, Red). Kami sudah menfasilitasi untuk pengajuan kembali dengan surat rekomendasi dari Kadi Sosial juga” kata Pariadnyana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.

Sedangkan Kadis Sosial Buleleng, I Putu Kariaman Putra, mengatakan keluarga Eva Agusta memang belum terdaftra dalam jaminan kesehatan KIS-PBI yang ditanggung pemerintah. Meski sudah diajukan kembali untuk KIS-PBI, namun masih terbentur aturan dan ketentuan BPJS Kesehatan. KIS-PBI daerah yang baru diurus tidak dapat langsung aktif, melainkan baru dapat digunakan sebulan kemudian.

“Pendaftaran KIS sekarang nggak bisa langsung aktif sekarang. Sehingga pasien luka bakar bersangkutan belum bisa tercover jaminan kesehatan. Nanti kami akan koordinasi juga dengan Dirut RSUD Buleleng, untuk mengajukan penangguhan pembayaran kalau bisa,” tandas Kariaman. *k23

Komentar