nusabali

Berusaha Jaga Likuiditas Koperasi di Tengah Pandemi Covid-19

Ngakan Made Nata, Tokoh Asal Desa Dawan Kelod yang Kini Ketua Koperasi Pasar Srinadi Klungkung

  • www.nusabali.com-berusaha-jaga-likuiditas-koperasi-di-tengah-pandemi-covid-19

Versi Ngakan Made Nata, salah satu strategi yang dilakukan untuk menjaga likuiditas adalah kurangi pengeluaran pinjaman. Kemudian, hindarkan terjadinya penarikan uang dalam skala besar oleh anggota koperasi

SEMARAPURA, NusaBali

Selain jadi Ketua Koperasi Pasar (Koppas) Srinadi Klungkung, Ngakan Made Nata, 53, saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kabupaten Klungkung. Ngakan Made Nata harus ambil kebijakan strategis, untuk menjaga eksistensi Koppas Srinadi dan koperasi di Klungkung dalam masa pandemi Covid-19. Intinya, berusaha menjaga likuiditas koperasi di tengah pandemi Covid-19.

Ngakan Made Nata menyebutkan, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 7 bulan sejak Maret 2020 ini, berdampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk koperasi yang bergerak di sektor keuangan (simpan pinjam). Pasalnya, sebagian besar anggota koperasi melakukan penarikan uang. Sebaliknya, pembayaran pinjaman justru seret.

Untuk bisa tetap eksis di tengah situasi Covid-19, kata Ngakan Nata, Koppas Srinadi terus berusaha menjaga likuiditas. "Dalam kondisi seperti sekarang, bisa tetap eksis saja sudah bersyukur. Menjaga likuiditas menjadi salah satu kuncinya,” terang Ngakan Nata saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Kantor Koppas Srinadi di Semara-pura, Selasa (27/10).

Bagaimana caranya menjaga likuiditas? Menurut Ngakan Nata, salah satu strategi yang dilakukan untuk menjaga likuiditas adalah dengan mengurangi pengeluaran pinjaman. Kemudian, hindarkan penarikan uang dalam skala besar oleh anggota koperasi.

Disebutkan, anggota koperasi yang akan melakukan penarikan uang dalam skala besar, didekati secara persuasif. "Jika tidak perlu sekali, agar ditunda dulu tarik uang. Tapi, kalau memang keperluan sangat medesak, ya dipersilakan tarik uang," papar dedengkot koperasi asal Banjar Delod Buug, Desa Dawan Kelod, Kecamatan Dawan, Klungkung ini.

Jika sampai terjadi penarikan uang besar-besaran, kata Ngakan Nata, maka dampaknya cenderung muncul ketidakpercayaan masyarakat terjadap koperasi. Koppas Srinadi sendiri menerapkan asas demokrasi yakni dari, oleh, dan untuk anggota. "Anggota itu adalah owner dan costumer. Koperasi berdiri dari anggota, eksis dari anggota, dan setelah mendapatkan hasil juga untuk anggota," tegas Ngakan Nata.

Sementara, selaku Ketua Dekopinda Klungkung, Ngakan Nata juga harus memfasilitasi koperasi-koperasi di Gumi Serombotan untuk meningkatkan likuiditas di tengah pandemi Covid-19. Dalam hal ini, Dekopinda Klungkung sudah menggelar sosialisasi dan bimbingan teknis proposal Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM).

"Kami Dekopinda Klungkung hanya memfasilitasi bagi koperasi yang ingin mengajukan proposal kepada LPDB-KUMKM, yang merupakan satuan kerja dari Kementerian Koperasi dan UKM," papar tokoh yang sempat menerima Piagam Penghargaan Bhakti Koperasi dan UKM Tahun 2010 dari Menteri Negara Koperasi dan anugerah Tanda Kehormatan Satya Lancana Wira Karya Tahun 2015 dari Presiden Jokowi ini.

Ngakan Made Nata sendiri sudah beberapa tahun menjabat sebagai Ketua Dekopinda Klungkung. Sedangkan jabatan Ketua Koppas Srinadi Klungkung dipegang Ngakan Nata sejak tahun 2010.

Sebelumnya, tokoh yang menempu pendidikan formal terakhir di Jurusan Sejarah IKIP PGRI Bali (tamat 1992) ini sempat selama 5 tahun menjadi Bendahara Koppas Srinadi (1993-1998) dan selama 12 tahun menjabat Sekretaris Koppas Srinadi (1998-2010).

Ngakan Nata awalnya bergabung di Kppas Srinadi tahun 1987, setahun setelah tamat dari SMA Saraswati Klungkung. Dia mengawali kariernya dengan menjadi kolektor atau juru tagih tabungan dan kredit (1987-1993). Saat itulah pria kelahiran 5 Agustus 1967 ini mulai kenal dengan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, karena sama-sama menjadi kolektor di Koppas Srinadi.

Di bawah pimpinan Ngakan Nata, Koppas Srinadi kini berkembang menjadi salah satu koperasi terbaik di Bali. Koppas Srinadi menjalankan 9 bidang usaha, masing-masing unit simpan pinjam, unit grosir, unit swalayan mini, unit percetakan dan konveksi, unit swalayan bangunan, unit supermarket inti, unit wisata tirta, bengkel, hingga unit Penyiaran Radio Srinadi 99,7 FM. Koppas Srinadi kini memiliki 290 karyawan dan anggota sebanyak 13.068 orang.

Menurut Ngakan Nata, pengelolaan usaha koperasi tidak beda dengan jenis usaha lainnya, sama-sama mengutamakan profesional dan integritas. "Menjadi pengurus atau pengelola koperasi harus dijalani dengan keikhlasan, kejujuran, dan dedikasi loyalitas dalam pengabdian. Karena kita di koperasi bukan selaku pemilik, tapi koperasi itu milik bersama," katanya.

Jika pengurus koperasi tidak memiliki rasa ikhlas, kata Ngakan Nata, maka mereka tak akan betah. Selain itu, besar dan majunya koperasi juga sangat ditentukan oleh jumlah anggotanya. Jika anggotanya sedikit dan itu-itu saja, lalu siapa yang mau dilayani? "Koperasi yang baik adalah komunal," tegas ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Ketut Kerti ini. *wan

Komentar