nusabali

Bukan Kopi Biasa, Racikan ala Coffee Shop

Sopir Travel Alih Profesi Jualan Kopi

  • www.nusabali.com-bukan-kopi-biasa-racikan-ala-coffee-shop

DENPASAR, NusaBali
Melintasi Jalan Raya Puputan Renon, Kecamatan Denpasar Selatan, pemandangan deretan pedagang mobil yang berada di pinggir jalan raya ini kini ditambah satu pemandangan unik.

Terdapat satu buah sepeda gayung yang dimodifikasi sedemikian rupa dan berisikan kargo yang menjual kopi ala coffee shop. Ialah Ketut Astika, pria asal Buleleng yang memiliki usaha ini.


Astika sebelumnya merupakan pelaku pariwisata, yakni seorang sopir travel. Namun sejak pandemi, dia kehilangan pekerjaan.

Tak mau menyerah dengan keadaan, Astika beralih menjual kopi dengan konsep sepeda kargo. Konsep ini memadukan dua kegemarannya sekaligus, hobi bersepeda dan pecinta kopi.

“Saya suka olahraga sepedaan. Terus, saya lihat di Eropa sana ada banyak seperti ini. Menurut saya sangat menarik buat saya sendiri. Namanya kan cargo bike, depannya kargo, bike sepeda gayung. Jadi idenya ya seperti ini. Cargo bike untuk jualan kopi,” ungkap Ketut Astika pada NusaBali, Kamis (22/10).

Ketut Astika sendiri baru mulai berjualan sejak 1 Oktober 2020 lalu. Namun, ide untuk berjualan dengan konsep ini telah ada sejak sebelum pandemi melanda.

Dirinya yang kehilangan pekerjaan sejak pertengahan Maret lalu, akhirnya mengeksekusi ide ini hingga bisa berjalan mulai bulan Oktober. Dalam memodifikasi sepeda hingga berisikan kargo ini, Ketut Astika mengeluarkan modal sebesar 7 hingga 8 juta rupiah.

Kendati bernama lengkap Ketut Astika, namun merek dagang yang terpampang pada kargo kopi ini bernama Made Coffee, yang diambil dari nama sang anak. Setiap pagi, Astika mengayuh sepeda kargo ini dari rumahnya yang berlokasi di Jalan Tukad Balian Renon, dan berjualan di pinggir Jalan Raya Puputan, Renon, tepatnya di dekat Bank BCA Cabang Renon. Perjalanan yang ditempuh dengan mengayuh sepeda kargo ini memakan waktu kurang lebih 20 menit.

Dia mulai berjualan dari jam 7.30 atau pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore.“Tergantung situasi cuaca. Kalau sore kan kadang-kadang agak dingin, jam setengah 6 pulang dah,” lanjut pria asal Mayong, Kabupaten Buleleng ini.

Kopi yang dijual oleh Ketut Astika pun bukanlah kopi biasa, namun dirinya menghadirkan menu kopi hits layaknya seorang barista. Beberapa menunya, antara lain kopi tubruk dan kopi susu, dengan beragam jenis kopi yang digunakan yaitu Kopi Arabika Kintamani, Arabika Toraja, Arabika Flores, Robusta Pupuan, Robusta Java, dan House Blend. Semua jenis kopi ini terdisplay dengan rapi di atas kargo dengan brand Made Coffee ini.

Alat-alat peracik kopi langsung di atas kargo sepedanya ini pun terbilang lengkap. Terlihat, seperti manual grinder, V60, Frech press, hingga teko leher angsa.

Kopi yang diracik langsung di tempat pun dijual dengan harga yang terjangkau, yakni mulai Rp 8.000 hingga Rp 12.000. Ditambah dengan konsep yang menarik ini, Astika bisa menjual 20 hingga 25 cup kopi per harinya.

Keterampilan meracik kopi Astika pelajari secara otodidak. Penyuka seni meracik kopi ini ingin menyajikan kopi yang digiling langsung di tempat, sehingga terlihat keaslian kopinya.

“The art of makin coffeenya saya senang. Di situ kan ada seni, ada passion. Ada seni bagaimana meracik kopi biar enak buat pelanggan,” tuntas pria berusia 47 tahun ini. *cr74

Komentar