nusabali

Merantau Sejak 1963, Rabas Hutan Jadi Desa ‘Terpencil’ Karang Agung

Perjuangan Transmigrans Bali di Kabupaten Way Kanan, Lampung Diangkat dalam Film Pangapti

  • www.nusabali.com-merantau-sejak-1963-rabas-hutan-jadi-desa-terpencil-karang-agung

Saat ini transmigrans asal Bali di kawasan terpencil Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, Lampung berjumlah 100 KK

JAKARTA, NusaBali

Perjuangan transmigrans asal Bali di Provinsi Lampung diangkat menjadi film dokumenter. Film berjudul ‘Pangapti’ ini mendokumentasikan potret perjuangan transmigrans Bali, di mana mereka berada di Bumi Ruwa Jurai sejak tahun 1963 silam.

Menurut produser film Pangapti, Andre Nuaba, film dokumenter tentang perjuangan transmigrans Bali di Provinsi Lampung, khususnya di pelosok kabupaten Way Kanan, baru finishing pada 20 Oktober 2020. Film Pangapti ini rencananya akan ditayangkan di Bali TV, 29 Oktober 2020 sore pukul 16.30 Wita.

Andre Nuaba menyebutkan, film dokumenter berjudul Pangapti (berarti harapan) ini dibuat, mengingat program transmigrasi yang digulirkan pemerintah sejak tahun 1963, menyisakan berbagai cerita pilu dan inspirastif. "Tujuan program transmigrasi yang digagas pemerintah pasca kemerdekaan Indonesia adalah untuk pemerataan penduduk dan ekonomi. Namun, ternyata ini menyisakan berbagai cerita pilu dan inspi-ratif. Dan, itu banyak belum diketahui orang. Salah satunya, bagaimana perjuangan transmigrans Bali di pelosok Way Kanan," ujar Andre Nuaba kepada NusaBali di Jakarta, Kamis (22/10).

Hal itulah yang menginspirasi Andre Nuaba untuk membuat film dokumenter berjudul Pangapti. “Pangapti itu artinya sebuah harapan, yang menceritakan kisah pilu dan beratnya perjuangan para transmigran Bali ketika memulai kehidupan baru," papar Andre Nuaba.

Andre Nuaba mengisahkan, transmigrans Bali dulunya berjuang membuka hutan belantara untuk mendirikan kampung baru. Di awal bertani, tanaman mereka belum menghasilkan karena banyaknya hama, tikus, dan gajah. Kondisi semakin parah, karena jaminan hidup yang dijanjikan pemerintah terputus. Maklum, situasi sedang kacau akibat adanya peristiwa G 30 S/PKI 1965, sehingga mereka hanya makan singkong dan daunnya.

Lokasi pembuatan film Pangapti itu sendiri berlangsung di Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Desa Karang Agung merupakan sebuah desa terpencil di tengah ratusan ribu hektare kebun tebu milik PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI). “Lokasi kampungnya sangat jauh dari keramaian kota, karena berada di tengah hutan dan kebun tebu yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Selatan," terang Andre Nuaba.

Menurut Andrea Nuaba, dulu transmigrans asal Bali yang mulai membangun Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan sebagian besar berasal dari Kabupaten Badung dan Tabanan. Mereka yang paling awal transmitgrasi di sini adalah keluarga I Nyoman Seneng dan keluarga I Wayan Samo. Mereka mengikuti program pemerintah, yakni Komando Operasi Gunung Agung (KOGA) pasca bencana Gunung Agung Meletus tahun 1963. Kalau sekarang, transmigrans asal Bali di desa terpencil ini berasal dari berbagai kabupoaten/kota se-Bali.

Sampai saat ini, kata Andre Nuaba, transmigrans asal Bali di Desa Karang Agung, Kecamatan Pakuan Ratu, berjumlah 100 Kepala Keluarga (KK). Mengingat lokasi desanya terpencil, Andre Nuaba selaku produiser filam Pangapti harus mengerahkan tim produksi secara terbatas, yaitu hanya dua orang.

Pembuatan film Pangapti ini dilakukan sejak 13 September 2020 sampai tuntas per 20 Oktober 2020. Pengambilan video dilakukan selama 5 hari. Pengambilan video juga dilakukan saat ada piodalan di Pura Eka Sida Karsa, Desa Karang Agung, agar krama Hindu Bali pas berkumpul.

Andre Nuaba menyebutkan, film dokumenter Pangapti dibuat dengan tujuan spesifik dan taktis, yakni untuk membuka jalur komunikasi baru antara masyarakat di Desa Karang Agung dengan publik. "Tujuan film ini agar bisa jadi advokasi sosial, di mana mereka yang punya kewenangan bisa turut memberi perhatian," katanya.

Paparan sendiri juga disampaikan camera person film Pangapti, Made Astrama. Menurut Made Astrama, saat ini transmigrans Bali di Desa Karang Agung banyak sekali memiliki kendala, mulai dari akses jalan, keterbatasan infrastruktur, masalah kesehatan, pendidikan, sampai masalah keamanan karena rawan begal. “Harapannya, dengan adanya film Pangapti ini kita bisa membuka ruang publik yang mungkin nantinya dapat membantu meringankan masalah-masalah mereka," harap Made Astrama.

Made Astrama mengatakan, film Pangapti ini rencananya akan tayang secara daring di beberapa platform sosial media. Waktunya belum ditentukan. Astrama berharap film ini juga bisa tayang di televisi. "Kami sangat senang, apabila nanti ada stasiun TV yang berkenan menayangkan film Pangapti. Sebab, film ini bukan hanya sekadar dokumenter, tapi juga advokasi sosial," katanya. *k22

Komentar