nusabali

Kearifan Lokal Bali dan Tantangannya Kini

  • www.nusabali.com-kearifan-lokal-bali-dan-tantangannya-kini

DENPASAR, NusaBali
Kearifan lokal adalah suatu kekayaan budaya suatu daerah yang mengandung nilai-nilai luhur, pandangan hidup, kebijakan dan kearifan hidup.

Kearifan lokal di Bali tidak hanya dimulai saat zaman kerajaan Bali Kuno, tetapi bahkan dari zaman prasejarah.

Itulah yang terungkap dalam sarasehan ‘Nilai-nilai Kearifan Lokal Bali Dalam Diorama Monumen Perjuangan Rakyat Bali’ yang digelar monument setempat, Kamis (22/10).

Pada sarasehan hari pertama, kearifan lokal Bali dibahas pada dua zaman. Narasumber Prof Dr I Wayan Ardika MA menjelaskan ‘Kearifan Lokal Bali pada Zaman Prasejarah’, sedangkan narasumber Prof Dr I Gde Parimartha membawa topik tentang ‘Kearifan Lokal Bali pada Zaman Pemerintahan Bali Kuno’. Sedangkan sarasehan hari kedua akan membahas tentang ‘Kearifan Lokal Bali pada Zaman Logam’ oleh Drs Ida Bagus Sidemen SU, dan ‘Kearifan Lokal Bali pada Zaman Melawan Penjajahan’.

Pada masa prasejarah, Prof Ardika menjelaskan berbagai kearifan lokal Bali bisa dilihat dari sistem penguburan dan pemanfaatan seperti nekara, sarkopagus, tempayan dan tanpa wadah juga menunjukkan kearifan lokal.

“Wadah kubur dari batu yang lazim dikenal dengan sarkopagus juga menunjukkan bentuk dan hiasan yang beragam, seperti bentuk pola hias melawak atau bondres dianggap memiliki kekuatan magis untuk menjaga roh dan mengantarkan ke alam baka. Keragaman ini dapat dikatakan perkembangan lokal atau kearifan lokal,” ujarnya.

Sementara itu, sistem penguburan mencerminkan kegotongroyongan dan toleransi yang sudah tumbuh pada masa prasejarah. Pembuatan wadah kubur dan upacara penguburan tidak dapat dilakukan keluarga sendiri, namun melibatkan orang lain, kerabat dan masyarakat secara umum.

“Termasuk juga sejumlah punden berundak juga ditemukan di Bali sebagai simbol gunung dan tempat bersemayamnya roh leluhur. Berbagai kearifan lokal ini masih berlaku hingga saat ini,” jelas guru besar arkeologi Universitas Udayana tersebut.

Sedangkan narasumber lainnya, Prof Dr I Gde Parimartha mengulas tentang kearifan lokal Bali pada zaman kerajaan Bali Kuno. Pada zaman kerajaan Bali Kuno, kearifan lokal yang tumbuh dan melekat adalah konsep seperti Bhinneka Tunggal Ika, Catur Warna, Desa Kala Patra, Trikaya Parisudha, Tri Samaya, dan sebagainya.

“Semua itu menjadi pegangan hidup masyarakat Bali di masa Bali Kuna dan sangat dimengerti sampai sekarang. Akan tetapi, berbagai gerakan dan nilai-nilai baru yang berkembang cukup mempengaruhi, sehingga terjadi perubahan di sana sini,” ungkapnya.

Menurutnya, peranan desa adat dan tokoh-tokoh masyarakat sangat penting dalam memandu nilai-nilai kearifan lokal di Bali agar tetap hidup dan lestari. Sebab saat terjadi perubahan, seringkali tampak masyarakat lebih bersifat pasif dan membiarkan perubahan nilai terjadi tanpa berusaha mengatasinya. *ind

Komentar