nusabali

'Bali Tidak Diam' Ingin Edukasi Alasan Tolak Omnibus Law

  • www.nusabali.com-bali-tidak-diam-ingin-edukasi-alasan-tolak-omnibus-law

Titik kumpul di kampus Unud mendadak berganti tempat lantaran tiba-tiba dilakukan penyemprotan disinfektan.

DENPASAR, NusaBali
Aliansi Bali Tidak Diam kembali mengadakan aksi damai besar-besaran, Kamis (22/10). Agendanya sama, yakni, menolak Omnibus Law. Aksi yang direncanakan dimulai pukul 14.00 Wita sempat terhalang karena titik kumpul yang seharusnya berada di kampus Unud Sudirman dialihkan ke Student Center Unud di Jalan Dr Goris.


Belakangan diketahui bahwa kampus Unud Sudirman ditutup karena penyemprotan disinfektan antisipasi pandemi Covid-19.

Polisi juga sempat memeriksa SIM dan STNK sopir mobil komando untuk pengecekan dan dikembalikan lagi sehingga massa yang telah berkumpul bisa melanjutkan aksi. Akhirnya aksi massa yang beliputi mahasiswa dan buruh  itu pun dimulai pada sekitar pukul 15.30 Wita.

Aparat kepolisian dan pecalang desa adat terlihat ikut menjaga keamanan massa aksi. Aksi kali ini dimeriahkan dengan panggung budaya dan juga berorasi di areal Jalan PB Sudirman Denpasar.



Massa aksi berjalan dari areal Student Center dengan dipimpin mobil komando menuju ke jalan raya sembari menyerukan yel-yel dan menyanyikan lagu Buruh Tani Mahasiswa.

Massa berhenti tepat di Halte Sudirman 2 dan mengadakan panggung budaya. Dalam panggung budaya, secara bergantian, massa dari berbagai perwakilan yang juga ikut dalam aksi, seperti Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan perwakilan kampus-kampus yang ada di Bali juga melakukan orasi dan berpuisi. Selain itu massa juga sempat bernyanyi bersama menyanyikan lagu Bongkar dan Bento dari Iwan Fals.

Dalam orasinya, I Dewa Made Rai Budi Darsana, selaku Sekretaris Regional Bali FSPM, menegaskan bahwa Aliansi Bali Tidak Diam bukanlah aliansi yang ingin membuat kerusuhan di Bali, seperti hoaks yang sempat tersebar di sosial media Bali. “Aksi kami ini justru ingin mengedukasi masyarakat adat Bali mengapa kita perlu menolak Omnibus Law ini karena banyak hak-hak sebagai pekerja yang dilanggar. Kami hanya minta gerakan perjuangan kami tidak dibenturkan dengan adat masyarakat kita sendiri,” ucap Rai berapi-api.

Aksi Bali Tidak Diam sebelumnya sempat rusuh karena adanya isu SARA. Aliansi Mahasiswa Papua, pada kesempatan kali ini pun sempat berorasi menyatakan dukungan mereka untuk aksi ini. “Kami mahasiswa Papua yang ada di Bali juga ikut terlibat bersama kawan-kawan Aliansi Bali Tidak Diam. Karena yang menjadi poin penting kami adalah kami ingin memperjuangkan penghapusan penjajahan dan diskriminasi sesama manusia,” tutur Jeeno Aita selaku Ketua AMP.

Ketua LBH Bali, Ni Kadek Vany Primaliraning, juga sempat berorasi pada menit-menit akhir aksi. Selain menolak keras pengesahan Omnibus Law, ia juga mengkritisi penjagaan aparat yang berlebihan. “Aksi ini juga sebagai konsistensi dari kami. Harusnya banyak yang ikut. Namun, ada intimidasi dan penekanan sehingga massa berkurang,” ungkap Vany saat diwawancarai secara terpisah seusai aksi.

Vany juga menambahkan bahwa ada upaya-upaya penggunaan abuse of power dan premanisme pada massa aksi. “Aksi yang kami lakukan ini juga ingin berdiskusi atau berdebat langsung dengan bapak Gubernur Bali guna menanggapi Omnibus Law ini. Kami juga benar-benar mengetahui yang kami lakukan ini. Bahkan kami juga memperjuangkan hukum masyarakat adat bukan menghambat pariwisata Bali seperti yang dituduhkan,” jelas wanita berkacamata ini.

Aksi berakhir pada pukul 17.30 Wita karena desakan dari aparat kepolisian. Sebelum aksi berakhir, Satya Ranasika, Ketua BEM Unud, membacakan pernyataan sikap dari Aliansi Bali Tidak Diam yang kekeuh menolak dan meminta pembatalan Omnibus Law. Setelah itu massa kemudian membubarkan diri dengan tertib.*cla

Komentar