nusabali

Penjualan Ukiran Batu Pilah Terpuruk

  • www.nusabali.com-penjualan-ukiran-batu-pilah-terpuruk

DENPASAR,NusaBali
Dampak pandemi Covid-19 benar-benar ‘merusak’ hingga ke bawah. Salah satunya kerajinan kreasi batu padas limbah hanyutan atau batu kali yang biasa disebut pilah tak bisa berkelit untuk menyiasati krisis tersebut.

Penjualan ukiran dengan still aneka wajah beragam ekpresi masih lesu dan sepi, yang membuat bisnisnya terpuruk.

“Sangat beda dengan dulu,” ujar Ni Wayan Mandeg (60 tahun), penjual  patung pilah di Banjar Mawang Klod, Desa Lod Tunduh, Kecamatan Ubud, Selasa (13/10). Mandeg, nenek empat cucu ini langsung menyebut pandemi Covid-19 jadi biang keladi, sehingga tidak ada turis ke Bali. Pebisnis kecil seperti Mandeg pun harus merasa dampaknya. “Kadang sama sekali tidak dapat jualan,” kata perempuan, yang puluhan tahun menjual ukiran pilah.

Hanya karena tidak ada pekerjaan lain, tiap hari Mandeg setia menunggui lapak jualannya. Harapannya siapa tahu ada yang berbelanja. “Kalau dulu hampir setiap hari tiyang dapat jualan,” kata Mandeg.

Patung ukiran pilah tidak mahal. Harganya antaranya Rp 30 sampai Rp 40 ribu per biji. Tergantung besar kecil dan banyak sedikitnya pembelian. Makin banyak pembelian harganya makin murah. Bahan baku diambil dari batu pilah hanyutan Tukad Wos yang mengalir di sebelah barat Banjar Mawang Klod.

“Mogi corona niki gelis suud (semoga pandemi Covid-19  segera berakhir,” kata Mandeg berharap, sambil menata patung pilah dagangan. *K17.

Komentar