nusabali

GIPI: We Love Bali Pembuktian Kesiapan Prokes

  • www.nusabali.com-gipi-we-love-bali-pembuktian-kesiapan-prokes

DENPASAR, NusaBali
Program  We Love Bali diakui berimbas positif bagi pariwisata Bali.

Imbas tersebut baik dari sisi ekonomi, penerapan protokol kesehatan atau Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE), serta tentu saja kesempatan  menikmati fasilitas kepariwisataan Bali bagi para pesertanya.

Ketua Bali Tourism Board (BTB) atau Gabungan Pengusaha Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan Senin (12/10). “Walau kecil, namun ada dampaknya,” ujar Gus Agung, sapaan tokoh pariwisata asal Sanur, Denpasar.

Gus Agung menunjuk program-program We Love Bali yakni trip disertai menginap pada DTW yang  tersebar di Bali. Perjalanan dengan penerapan protokes yang ketat tersebut, lanjut Gus Agung, menunjukkan penerapan prokes bukan hanya isapan jempol, tetapi benar- benar diterapkan.

Tandas Gus Agung, hal ini penting untuk membangun trust kepada masyarakat baik nasional maupun internasional, bahwa Bali benar-benar menerapkan prokes. Sehingga apabila pariwisata  dibuka nanti, masyarakat pariwisata khususnya merasa yakin dengan penerapan protokol CHSE.

Yang kedua, lanjut Gus Agung, secara ekonomi berdampak pada pendapatan industri pariwisata. Hotel-hotel yang dijadikan tempat menginap peserta, dapat pemasukan. Juga usaha terkait lainnya. “Walau tidak banyak, tetapi adalah sedikit pendapatan,” lanjut Gus Agung. Seperti orang kehausan, katanyam dapat sedikit air mengurangi dahaga.

Sebaliknya bagi peserta lewat Program We Love Bali, hal ini menjadi kesempatan menikmati keindahan dan keunikan alam Bali dengan kekayaan budayanya. Seperti bagaimana peserta bisa menikmati fasilitas hotel berbintang. “Jadi ini bagus untuk promosi juga,” katanya.

Namun tak semua DTW maupun kawasan wisata merasa imbas program We Love Bali. Usaha wisata tirta atau water sport belum merasa kecipratan.“Tetap masih jadi dagang togog,” ujar I Made Wetar, salah seorang pengusaha water sport di kawasan Tanjung Benoa, Kuta Selatan.

Dagang togog yang dimaksud adalah ungkapan  untuk menggambarkan keadaan sepi, sehingga pengelola hanya bisa bengong saja seperti togog atau patung. “Mungkin karena sedikit sehingga tidak ada yang ke sini,” kata Wetar. *k17

Komentar