nusabali

Kebutuhan Pupuk Organik Selama Pandemi Naik

  • www.nusabali.com-kebutuhan-pupuk-organik-selama-pandemi-naik

Kelompok Tani Ternak Sari Nandini memproduksi pupuk organik yang permintaannya mengalami lonjakan di masa pandemi.

SINGARAJA, NusaBali
Trend kegiatan berkebun dan bertani di tengah pandemi Covid-19 ternyata membawa berkah tersendiri bagi Kelompok Tani Ternak Sari Nandini di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Buleleng. Selama pandemi, permintaan pupuk dari limbah kotoran sapi yang mereka produksi meningkat.

Kelompok Tani Ternak Sari Nandini bergerak dalam pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik. Kelompok peternak sapi Bali beranggotakan 25 orang ini memelihara sapi dengan sistem kandang koloni. Setiap hari mereka memenuhi kebutuhan pupuk organik dari masyarakat. Juga permintaan pemenuhan pupuk organik bersubsidi dari pemerintah.

Ketua Kelompok Tani Ternak Sari Nandini I Ketut Mertaya mengaku sejak wabah Covid-19 berlangsung permintaan pupuk organik meningkat. "Dulu kami hanya distribusi pupuk organik bersubsidi, tetapi sekarang permintaan datang dari sejumlah masyarakat dan toko tani," kata pria yang juga Ketua HKTI Buleleng, Senin (12/10).

Kata dia, produksi pupuk dari kotoran sapi yang difermentasi sederhana selama 20 hari. Sebelum pandemi Covid-19 kapasitas produksi khusus pada pupuk padat dalam setahun rata-rata sebanyak 300 ton. Sedangkan pupuk cair 2 ribu liter. Namun saat ini selama pandemi hinhha mencapai 400 ton dan pupuk cair 3 ribu liter yang mereka produksi. "Kami melihat pandemi Covid-19 tidak hanya berpengaruh buruk ekonomi. Tetapi masyarakat mau beralih bekerja sebagai petani dan beralih juga menggunakan pupuk organik," sambungnya.

Mertaya menambahkan, dengan 20 ekor sapi yang kelompoknya pelihara mampu menghasilkan hingga 80 kilogram kotoran sapi setiap hari. Kemudian kencing sapi sebanyak 3 hingga 5 liter. "Kotoran inilah yang ditampung dan diolah menjadi pupuk. Selain itu kami kotoran sapi ini. Kami juga buat menjadi biogas. Kemudian biogas ini digunakan untuk keperluan memasak oleh anggota kelompok setiap hari," paparnya.

Untuk sistem pengelolaan Kelompok Tani Ternak Sari Nandini dilakukan bagi hasil. Hasil dari kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk, peternak mendapat bagian sebesar 75 persen. Sisanya 25 persen masuk kas. Begitu pula ketika sapi dijual 75 persen ke petani dan sisia 25 persen ke kas kelompok. "Jadi kami keuntungan atau hasil lebih memprioritaskan pembagian kepada petani. Karena mereka yang memilihara sapi dan mengolah pupuk," tutupnya.*cr75

Komentar