nusabali

Ketiga seniman bersama karyanya, instalasi seni Panah Cakra Baskara

Panah Cakra Baskara, Simbol Perlawanan Terhadap Covid-19 di Pantai Legian

  • www.nusabali.com-ketiga-seniman-bersama-karyanya-instalasi-seni-panah-cakra-baskara

MANGUPURA, NusaBali
Memasuki gapura Pantai Legian, Kecamatan Kuta, Badung, kini pengunjung bakal disambut dengan sebuah karya seni berbentuk busur panah.

Inilah Panah Cakra Baskara, karya tiga seniman sebagai pengingat akan pandemi Covid-19. Tiga seniman, AA Made Oka Fariana, I Made Kona, dan Mangku Wayan Darsana, ketiganya asli Legian yang merupakan bagian dari Komunitas Legian Spirit of Art.

Instalasi ini berupa simbol Panah Cakra Baskara yang diambil dari Salya Parwa, yakni bagian kesembilan dalam epos Mahabharata. Dikisahkan, Prabu Salya yang diangkat sebagai panglima perang Korawa usai tewasnya Karna, mengeluarkan ajian sakti Candra Birawa. Ajian ini mampu mengeluarkan jutaan makhluk raksasa yang bisa membelah diri. Adapun Sang Yudistira yang kemudian berhadapan dengan Salya usai mendapatkan wejangan dari Sri Krisna. Dengan panah bermata cahaya Cakra Baskara, maka Prabu Salya gugur, yang turut membuat ajian Candra Birawa miliknya lenyap.

Penggalan wiracarita tersebut, tak ubahnya seperti situasi pandemi yang tengah dihadapi semua orang saat ini. Bak ajian Candra Birawa, Covid-19 seakan tak kunjung menghilang, namun terus meluas. “Karena ada cerita itu, terbersit untuk membuat model seperti ini, sehingga apa yang mau kita representasikan dalam cerita ini bisa nyambung,” ujar AA Made Oka Fariana, Minggu (4/10).

Maka, Panah Cakra Baskara ini merupakan perwujudan vaksin tempur Covid-19 yang akan memusnahkan pandemi ini. Dalam karya ini, arah mata panah yang seolah menancap di Pantai Legian ini merupakan bentuk permohonan restu pada Ibu Pertiwi sebagai ibu yang melahirkan makhluk di bumi, untuk menghilangkan dan nyomia makhluk penyebab wabah agar kembali ke asalnya dan tidak lagi mengganggu isinya.

Terungkap, ide untuk membuat instalasi seni ini berasal dari salah seorang staf prajuru di Desa Adat Legian, I Wayan Mudita. Dengan memakan waktu kurang dari sepekan dalam proses pembuatannya, instalasi ini telah dipasang sejak sebelum Purnama lalu pada Wraspati Kliwon Langkir, Kamis (1/10). Akhirnya, bertepatan pada Purnama Kapat, instalasi seni dengan rentangan busur dan panah selebar 12 meter ini diupacarai secara Hindu.

“Memang kita kejar, dari pagi sampai malam karena waktunya mepet sekali. Dan ini kan termasuk besar. Sebenarnya ini idealnya mungkin dikerjakan lebih dari seminggu, namun karena kita ingin cepat selesai, ya kita kejar dan syukur, sebelum hari Purnama itu sudah bisa kita pasang dan kita upacarai sesuai dengan budaya kita pada hari Purnama Kapat kemarin,” lanjut seniman yang bertugas pada bagian ukiran dalam pengerjaan Panah Cakra Baskara.

Pemilihan lokasi untuk pemasangan seni ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu. “Kalau pemasangannya itu kita tidak ada petunjuk, karena lokasi yang tepat di antara tempat yang lain kita pakai lokasi ini. Karena ini kita anggap bagus, ada objeknya, kebetulan juga ada patung-patungnya, dan kita anggap suci juga,” kata Mangku Wayan Darsana.

Kesucian lokasi ini juga diperkuat dengan konsep segara-gunung, di mana instalasi ini berdiri tepat di tengahnya. “Pemasangan ini sesuai dengan konsep, laut sebagai segara dan kebetulan di sini ada palinggih yang merupakan gunung. Di antara segara dan gunung, berdirilah ini,” tandas Made Kona. Para seniman ini berharap, agar karya ini menjadi simbol perlawanan terhadap Covid-19. Mereka pun turut mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan. *cr74

Komentar