nusabali

Desa Adat Buleleng Ngamargiang Tirta Penyapuh Jagat

  • www.nusabali.com-desa-adat-buleleng-ngamargiang-tirta-penyapuh-jagat

Pamargin tirta penyapuh jagat dilakukan dengan cara masirat diikuti tirta pakemit dan tirta Besakih bhatara turun kabeh.

SINGARAJA, NusaBali

Desa Adat Buleleng bersama Satgas Gotong Royongnya kembali ngamargiang tirta penyapuh jagat ke wawidangan yang mewilayahi 14 banjar adat di Buleleng, Sukra Wage Kuningan, Jumat (25/9) sore. Pamargin tirta penyapuh jagat dilakukan dengan cara masirat diikuti tirta pakemit dan tirta Besakih bhatara turun kabeh yang sudah dipendak Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Buleleng dari MDA Provinsi Bali.

Upacara ngamargiang tirta penyapuh jagat diawali dengan upacara persembahyangan di pura Kantor Desa Adat Buleleng. Kemudian tim bergerak menggunakan mobil yang berisi tiga tirta itu ke wawidangan desa adat Buleleng dengan nyiratin sepanjang areal yang dilintasi.

Bendesa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna, mengutamakan upacara penyapuh jagat itu dilaksanakan sesuai dengan Surat Edaran MDA Provinsi Bali, untuk menghalau virus Covid-19 yang masih ada di Buleleng hingga saat ini di secara niskala.

Sebelumnya Desa Adat Buleleng juga sempat ngamargiang tirta pamahayu jagat yang medal (keluar) dari Pura Siwa Sapu Jagat yang berlokasi di Banjar Adat Banjar Paketan pada awal April lalu. Sedangkan upacara penyapuh jagat kembali dilakukan secara serentak di Bali.

“Prosesnya kami mulai dari Jumat pagi diawali mendak tirta di MDA Kabupaten kemudian sembahyang bersama sebelum ngamargiang. Sebanyak 14 banjar adat juga kami instruksikan nunas tirta di sini untuk dilakukan di wawidangan masing-masing,” jelas mantan Kepala Dinas Pariwisata Buleleng ini.

Dalam ngamargiang tirta penyapuh jagat dilakukan dengan tahapan yang sudah diatur. Prajuru adat pertama kali untuk wawidangannya akan nyiratang tirta panyapuh pertama kali sebagai simbol pembersihan jagat. Kemudian dilanjutkan dengan tirta pakemit yang juga akan distanakan di Pura Sekretariat Desa Adat dan terakhir tirta dari Pura Besakih yang dimohonkan untuk memberikan keselamatan dan anugerah kepada jagat agar cepat terbebas dari Covid-19.

Tak hanya diterapkan di wawidangan saja, ketiga tirta itu juga bisa ditunas (diminta, red) warga untuk pembersihan diri. Tahapan pengaplikasiannya pun sama, hanya jumlah dan caranya berbeda. “Kalau untuk krama tirta penyapuh diraup 11 kali untuk palukatan (pembersihan diri), kemudian tirta pakemit juga raup 11 kali, sedangkan tirta Besakih terakhir dengan aturan maketis 3 kali, raup 3 kali dan tunas (minum) tiga kali,” ungkap Sutrisna.

Sementara itu selain ngamargiang upacara penyapuh jagat Desa Adat Buleleng juga tidak melaksanakan piodalan di kahyangan tiga. Prajuru adat hanya melakukan upacara guru piduka. Seperti pada piodalan Pura Segara dan Pura Desa yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan Rabu (17/9) lalu sudah ditunda. begitu juga piodalan di Pura Dalem Buleleng yang biasanya jatuh pada Redite Umanis Langkir, Minggu (27/9) mendatang juga hanya menghaturkan upacara guru piduka.

“Selain mentaati edaran dari MMDA dan PHDI Bali diperkuat SE Gubernur, kami di internal desa adat dalam awig-awig juga telah mengatur sesuai rujukan lontar Sundarigama dan Segara Gumi jika ada wabah atau gering agung seperti saat ini tidak melakukan piodalan hanya guru piduka saja,” jelas dia.*k23

Komentar