nusabali

Rendah, Partisipasi Petani Ikut Asuransi

  • www.nusabali.com-rendah-partisipasi-petani-ikut-asuransi

Padahal AUTP yang disubsidi pemerintah memiliki premi yang sangat murah untuk petani dengan nilai klaim risiko cukup besar.

SINGARAJA, NusaBali

Program Asuransi Usaha Tanam Padi (AUTP) yang disediakan pemerintah selama ini untuk menjamin risiko gagal panen petani sepi peminat. Petani hanya cukup membayar premi Rp 36 ribu untuk satu kali masa tanam per satu hektare lahan.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta dihubungi Kamis (24/9), AUTP disiapkan pemerintah pusat untuk melindungi lahan petani dari risiko gagal panen. Baik karena musibah kekeringan, serangan hama maupun bencana alam. Jika terjadi risiko gagal panen minimal 75 persen, maka petani akan mendapatkan klaim asuransi sebesar Rp 6 juta per hektare sebagai ganti rugi biaya operasional yang telah dikeluarkan.

“Sebenarnya sangat ringan sekali karena sudah disubsidi pemerintah dari premi normal Rp 140 ribu per satu kali masa tanam per satu hektare lahan petani hanya perlu bayar Rp 36 ribu sisanya disubsidi pemerintah. Namun nampaknya asuransi padi belum minded di petani,” jelas Sumiarta.

Kadis Sumiarta menjelaskan jika dilihat dari situasi pertanian di Buleleng dan pengalaman dari tahun ke tahun, petani masih enggan mengasuransikan lahan pertaniannya, meskipun risiko kerugian cukup tinggi.

Salah satu faktor penyebab hal itu karena kebanyakan petani di Buleleng adalah petani penggarap. Sedangkan pemilik lahan terkadang tak memahami pentingnya dan perlunya asuransi padi untuk menekan kerugian. Selain itu dari alasan yang diungkapkan petani enggan mengasuransikan tanaman padi mereka karena klaim baru dibayarkan ketika kerusakan atau gagal panen di atas 75 persen.

Hal ini yang ke depannya akan digenjot Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng selain memberikan bantuan benih untuk meringankan kerugian petani. “Nanti kami akan hadirkan testimoni petani yang sudah merasakan manfaatnya, toh juga keikutsertaan ini untuk mereka juga,” imbuhnya.

Sejauh ini dari ratusan subak basah yang ada di Buleleng hanya tiga subak saja mengasuransikan padi mereka. Namun dari tiga subak itu juga tak semua anggota subaknya ikut serta.Total peserta AUTP di Buleleng hanya 62 orang petani dengan luasan lahan tak lebih dari 30 hektare. Seluas 24,84 hektare di Subak Lanyahan dan Subak Babakan di Desa Tamblang Kecamatan Kubutambahan dan Subak Bangah Desa Panji Kecamatan Sukasada Buleleng.

Jumlah kepesertaan AUTP itu pun masih jauh dari target yang dipasang Dinas Pertanian Buleleng tahun 2020 ini sebanyak 200 hektare dari total luas tanam padi 9.687. “Harapan kami, petani bisa menyadari risiko dan mengasuransikan tanaman padi mereka karena kita tidak tahu jug akapan bencana itu datang, baik disebabkan karena alam maupun serangan hama,” ungkap Kadis Sumiarta. *k23

Komentar