nusabali

We Love Bali untuk Pulihkan Pariwisata

Digelar Oktober-November, We Love Bali Libatkan 4.400 Peserta

  • www.nusabali.com-we-love-bali-untuk-pulihkan-pariwisata

Setiap kelompok yang terdiri dari 40 orang akan lakukan satu perjalanan selama 3 hari 2 malam, dengan menginap secara bergiliran di sejumlah kawasan wisata

DENPASAR, NusaBali

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) bersama Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan stakeholder menggelar program ‘We Love Bali’, dengan melakukan promosi mengunjungi objek-objek wisata di Bali dan sekaligus sosialisasi protokol kesehatan bidang pariwisata. Program pemulihan pariwisata bertajuk ‘We Love Bali’ ini akan melibatkan 4.400 peserta.

Agenda We Love Bali yang melibatkan 4.400 peserta nanti akan dibagi dalam kelompok kecil terdiri 40 orang. Tiap kelompok melakukan satu trip (perjalanan) selama 3 hari 2 malam, dengan menginap secara bergiliran di sejumlah kawasan wisata yang ada di Bali. Rencana ini terungkap dalam kegiatan Media Gathering yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, di Hotel Inna Heritage, Jalan Veteran Denpasar, Selasa (22/9) siang.

Program ‘We Love Bali’ akan digelar selama 2 bulan, Oktober-Novem-ber 2020 mendatang. Program ‘We Love Bali’ melibatkan 4.400 peserta dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahan swasta, karyawan biro perjalanan wisata, Pokdarwis, komunitas hobi, fotografer, influencer, dan media massa. Peserta akan mendapatkan fasilitas berupa akomodasi selama 2 malam di hotel atau home stay yang ditetapkan panitia, konsumsi, transportasi, tiket masuk DTW, biaya rapid test, dan perlengkapan lainnya.

Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali Akibat Dampak Covid-19, I Ketut Jaman, menyatakan 12 rute perjalanan sudah disiapkan untuk program ‘We Love Bali’. Dari 12 trip tersebut, 10 rute dipastikan sudah mendapatkan dukungan angggaran dari Kemenparkeraf. Sedangkan 2 trip lagi masih diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan. “Kunjungan ini akan mengkover seluruh 9 kabupaten/kota yang ada di Bali,” ujar Ketut Jaman dalam media gathering kemarin.

Ketut Jaman mencontohkan trip pertama program ‘We Love Bali’, di mana pserta berangkat dari Denpasar menuju Lovina (Buleleng). Mereka akan menginap semalam di Lovina. Esoknya, naik ke Kintamani (Bangli), lanjut menginap di Toyabungkah (tepi Danau Batur). “Jadi, ada kombinasi menginap di Buleleng dan Bangli,” tandas Jaman yang juga anggota Kelompok Ahli Pembangunan Gubernur Bali Bidang Pariwisata.

Sementara, Kadis Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa, menyatakan program ‘We Love Bali’ bertujuan memberikan edukasi terhadap penerapan protokol Cleanliness, Healty, Safey, dan Environment (CHSE) di Daya Tarik Wisata (DTW) dan Desa Wisata, melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di hotel dan DTW, memperkenalkan DTW dan Desa Wisata.

Selain itu, juga mempromosikan pariwisata Bali Era Baru kepada masyarakat luar melalui media sosial peserta, menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisman sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020, dan meningkatkan ekonomi tempat-tempat yang dikunjungi. “Ini sekaligus mempromosikan bahwa Bali telah melakukan langkah-langkah penerapan CHSE,” ujar Putu Astawa.

Jadi, menurut Astawa, implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa Bali telah melakukan langkah-langkah penerapan protokol CHSE dengan bersungguh-sungguh, didukung masyarakat (komunitas), akedemisi, pengusaha, dan media. Intinya, implementasi penerapan CHSE sangat penting untuk menunjukkan bahwa Bali sebagai destinasi wisata internasional, sungguh-sungguh berkomitmen dan mampu menerapkan protokol kesehatan.

Astawa menyebutkan, implementasi protokol CHSE melalui program ‘We Love Bali’ dukung Kemenparkeraf. Dukungan tersebut salah satunya dalam bentuk support angggaran sebesar Rp 20 miliar.  

Sementara itu, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparkeraf, Rizky Handayani, mengatakan program ‘We Love Bali’ tersebut dilatarbelakangi kondisi ekonomi Bali yang terdampak pandemi Covid-19. Masalahnya, perekonomi Bali bersandar pada sektor pariwisata.

Rizky mengatakan, dalam kondisi normal, Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pariwisata nasional. “Misalnya, kontribusi terhadap devisa negara yang mencapai Rp 116 triliun atau sekitar 41,43 persen dari devisa pariwisata nasional sebesar Rp 280 triliun dalam setahun,” ungkap Rizky yang juga hadir dalam media gathering kemarin.

Begitu juga jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak 6,3 juta orang tahun 2019 atau mencapai sekitar sebesar 39,1 persen dari wisatawan asing secara nasional yang mencapai 16,1 juta orang. Selain itu, pariwisata Bali juga memiliki peranan sangat strategis terhadap perekonomian Bali, yaitu mencapai 53 persen, terutama yang berkaitan dengan sektor jasa, UMKM, Koperasi, serta menampung tenaga kerja lebih dari 1 juta orang.

Namun, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 6 bulan, menimbulkan dampak luas dan serius dalam berbagai bidang kehidupan kesehatan, sosial, dan ekonomi termasuk pariwisata. “Oleh karena itu, pemerintah pusat dan Pemprov Bali sepakat untuk mematangkan tata cara, sistem, dan infrastruktur agar pemulihan pariwisata Bali dapat dilaksanakan dengan lancar dan sukses, serta tetap mampu menangani pandemi Covid-19 secara baik,” katanya. *k17

Komentar