Atlet Wushu PON Latihan di Klub

Pihak pelatih pun memaksimalkan latihan di klub, karena situasi pandemi Covid-19. "Kami bersyukur atlet memiliki motivasi dan tanggungjawab. Makanya, mereka rutin latihan di klubnya masing-masing. Dari empat atlet itu hanya satu dari daerah lain, yakni Tabanan," kata pelatih wushu PON Bali, Kadek Dedi Wahyudi, Minggu (20/9). Menurut Kadek Dedi, keempat atlet itu,  yakni Jeanyta Chandra di kategori tangan kosong dan senjata, I Ketut Adi Putra (tangan kosong dan senjata), Herry Yasmana (tangan kosong dan senjata), serta Made Parasuta Wijaya (tangan kosong dan senjata). Hanya Made Parasuta Wijaya asal Tabanan.

"Atlet dari Sasana Patriot Dewata sering latihan bersama. Sedangkan dari Tabanan, tidak kami paksakan, karena situasi pandemi," tandas Dedi Wahyudi.

Meski begitu, dalam berbagai kesempatan sempat diusahakan agar latihan bersama. Minimal seminggu sekali, meskipun tidak rutin dan jadwal tidak tentu. Yakni, menyesuaikan kesiapan atlet itu sendiri.

"Sempat kami pertemukan di Gym Darma Hasanudin Denpasar Barat. Secara umum fisiknya tidak begitu drop. Karena atlet rutin menjaga fisik secara teratur. Hanya saja teknik perlu diperbaiki perlahan," kata Dedi Wahyudi.

Bagi Dedi Wahyudi, latihan di klub atau sasana juga sesuai standar. Apalagi mereka sejatinya lahir dari proses pembinaan di klub. Teknik dasar dan pengetahuan awal dari klub atau sasana. Selebihnya itu, kan ada jadwal latihan tatap muka dengan pelatih PON.

"Latihan di klub atau sasana justru membantu kami menjaga performance atlet. Latihan bersama tinggal disejajarkan pemahamannya," tutur DediWahyudi.

Sementara soal hasil Pra PON di Bangka Belitung pada 2019, atlet wushu asal Bali di posisi empat besar di bawah Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta, untuk kategori seni. Kini kualitas atlet Bali wajib ditingkatkan, apalagi atlet wushu Bali Jeanyta Chandra diproyeksikan meraih medali di Papua.*dek