nusabali

Tentukan Hari Baik Palebon, Sempat Tulis Kidung Covid-19

Pedanda Abah, Peraih Wija Kusuma dan Dharma Kusuma, Lebar

  • www.nusabali.com-tentukan-hari-baik-palebon-sempat-tulis-kidung-covid-19

Palebon Ida Pedanda Gede Ketut Abah akan dilaksanakan pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (29/10), bertepatan hari lahir almarhum, 29 Oktober 1947.

AMLAPURA, NusaBali
Seniman sastra Bali, Ida Pedanda Gede Ketut Abah, 73, dari Geria Jungutan, Banjar Beji, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, lebar pada Jumat (11/9) sekitar pukul 08.00 Wita. Sebelumnya, peraih penghargaan Wija Kusuma (1997) dan Lencana Dharma Kusuma (2005), ini sempat menjalani rawat inap di RS BaliMed Amlapura, namun kemudian pulang paksa, dan lebar (tutup usia) di Geria Jungutan.

Istri almarhum, Jro Istri Sukerti ketika ditemui di Geria Jungutan, Banjar Beji, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sabtu (12/9), menuturkan selama ini Ida Pedanda Gede Ketut Abah menolak menjalani perawatan di rumah sakit karena khawatir lebar di rumah sakit. Namun karena penyakit stroke yang diderita Ida Pedanda Gede Ketut Abah kambuh, maka diantar ke rumah sakit dan menjalani rawat inap sejak Jumat (14/8), tetapi pulang paksa pada Rabu (9/9). Selama di Geria Jungutan, almarhum dilayani seperti biasa.

Selama di RS BaliMed, Jro Istri Sukerti dan putra sulungnya Ida Bagus Yogi Swara terus bermimpi, almarhum telah ditunggu sang nabe dan nabe watra, di alam surga.

Sesaat sebelum lebar, almarhum Ida Pedanda Gede Ketut Abah badannya dilap dan berganti wastra (pakaian). Almarhum senyum-senyum dapat pelayanan dari sang istri dan putra sulung. Setelah selesai dilap dan berganti pakaian, hanya dua kali tarif napas panjang, kemudian lebar dengan tenang.

Jro Istri Sukerti menambahkan, sakit stroke diderita almarhum sejak tahun 2010. Saat hanya stroke ringan. Sakit stroke benar-benar dirasakan pada 2015, bahkan hingga sempat menjalani rawat inap selama tiga hari. Setelah sembuh, kondisi almarhum kembali normal. Namun strokenya kambuh lagi pada 2016, dan terakhir pada 14 Agustus 2020.

Lantaran di Desa Adat Bungaya, Kecamatan Bebandem ada halangan, maka layon Ida Pedanda Gede Ketut Abah, hanya digeseng (dibakar) pada Wraspati Paing Medangsia, Kamis (8/10), kemudian galih (tulang) kembali dibawa ke Geria Jungutan, Banjar Beji dilinggihang di bale sekapat. Sedangkan upacara palebon (ngaben) baru dilaksanakan pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (29/10), bertepatan hari lahir almarhum.

Ternyata hari baik palebon atau ngaben yang digunakan itu, merupakan pilihan almarhum Ida Pedanda Gede Ketut Abah. Karena sebelum menjalani rawat inap, almarhum sempat menulis kidung Covid-19, dan menentukan hari baik untuk menjalankan upacara ngaben.

Almarhum saat walaka bernama Ida Bagus Ketut Rai, dikenal sebagai seniman sastra Bali, menulis aksara Bali di daun lontar, melukis di daun lontar (prasi), menulis kidung, mengubah kaligrafi menjadi padma reka (gambar aksara yang dilagukan) diambil dari sinom, semarandhana, wargasari, mijil, pangkur, dan sebagainya.

Atas ketekunannya menggeluti sastra Bali, almarhum meraih penghargaan Wija Kusuma di PKB XVIII Tahun 1997, dan Lencana Dharma Kusuma Tahun 2005, yang merupakan penghargaan tertinggi bidang seni, yang dinilai berjasa dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni budaya.

Walau hanya menamatkan Sekolah Rakyat (SR) atau setingkat SD tahun 1957, almarhum sangat tekun menyusun karya sastra dengan melakukan banyak inovasi. Karya sastranya yang dikenal di antaranya, Peparikan Tantri, Peparikan Beradah, Geguritan Manukan, Geguritan Lawar Pabuan, Padma Reka, Geguritan Nara Soma, Kakawin Sabha Langa. Salah satu karya sastranya yang terkenal adalah ‘Manukan, Sidang Para Burung’.

Almarhum yang dikaruniai 4 anak dan 5 cucu itu, menyimpan banyak koleksi karya sastra dan beragam piagam penghargaan. Hanya saja penghargaan tidak dipajang dengan pertimbangan, tidak ada tempat.

“Sebelum lebar, saya sangat terkenang, almarhum terus menebar senyum saat badannya saya lap, dan berganti wastra. Walau selama ini dalam kondisi tidak enak badan, tetap bersemangat muput upacara,” ujar Jro Istri Sukerti, di sela-sela menerima para pelayat termasuk pelayat sejumlah Ida Pedanda. *k16

Komentar