nusabali

Tak Tahu Arah Pulang, Ditemukan di Hutan Kawasan Banjar Angseri

Lagi, 8 Orang Tersesat Saat Pendakian di Puncak Bukit Adeng, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti

  • www.nusabali.com-tak-tahu-arah-pulang-ditemukan-di-hutan-kawasan-banjar-angseri

Setelah dua kali beruntun dalam kurun tiga hari terjadi kasus rombongan pendaki tersesat, pihak Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan putuskan untuk tutup sementara jalur pendakian ke puncak Bukit Adeng

TABANAN, NusaBali

Hanya dalam kurun tiga hari, dua kali secara beruntun terjadi kasus rombongan pendaki tersesat saat melakukan pendakian di puncak Bukit Adeng, Banjar Munduk Lumbung, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kasus terakhir, Rabu (9/9) dinihari, ada 8 pendaki yang dilaporkan tersesat di puncak Bukit Adeng.

Informasi di lapangan, 8 pendaki yang dilaporkan tersesat di puncak Bukit Adeng ini terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan. Mereka akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat di tengah hutan kawasan Banjar/Desa Angseri, Rabu pagi pukul 05.30 Wita, setelah beberapa jam dilakukan pencarian.

Sebelum dilaporkan tersesat, 8 pendaki ini diketahui berangkat bersama-sama dari Denpasar, Selasa (8/9) pagi. Romboangan pendaki dari kalangan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Denpasar yang berusia rata-rata 20 tahun ini, mulai melakukan pendakian puncak Bukit Adeng melalui kawasan Banjar Munduk Lulumbang, Desa Angseri, Selasa siang pukul 11.00 Wita.

Setelah puas rekreasi sambil selfie, sore sekitar pukul 17.00 Wita mereka turun dari puncak Bukit Adeng. Namun, dalam perjalanan turun, mereka tidak tahu arah pulang, sehingga tersesat. Rombongan yang tersesat ini pun melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada BPBD Tabanan seraya minta bantuan penjemputan. Laporan kasus ini kemudian diteruskan ke aparat Desa Angseri, Basarnas, Polsek Baturiti, dan Koramil Baturiti.

Namun, laporan yang masuk ke petugas dan aparat desa sangat terlambat, sudah lewat tengah malam. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widyatmika, menjelaskan upaya pencarian oleh tim gabungan yang melibatkan Basarnas, kepolisian, aparat TNI, dan masyarakat Desa Angseri ini baru bisa dilakukan mulai Rabu dinihari pukul 03.30 Wita.

"Setelah dilakukan upaya pencarian selama 2 jam, 8 pendaki yang tersesat ini akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat di tengah hutan kawasan Banjar Angseri, Desa Angseri sekitar pukul 05.30 Wita. Mereka masih bisa jalan turun," ujar Trisna Widyatmika.

Para pendaki yang terdiri dari 5 pria dan 3 perempuan ini ditemukan di lereng Bukit Adeng kawasan Banjar Angseri. “Padahal, mereka awalnya mendaki melalui kawasan Banjar Munduk Lumbang, Desa Angseri,” ungkap Perbekel Angseri, Nyoman Warnata.

Menurut Perbekel Nyoman Warnata, 8 pendaki yang tersesat ini sebelumnya tidak melapor saat hendak melakukan pendakian. Seharusnya, mereka melapor saat hendak melakukan pendakian, sehingga bisa didampingi seorang pemandu agar jangan sampai tersesat.

“Kami justru baru mengetahui adanya pendaki tersesat ini setalah dapat laporan dari BPBD Tabanan, Rabu dinihari. Kami kemudian ikut melakukan pencarian mulai pukul 03.30 Wita,” sesal Warnata, yang dinihari kemarin ikut terjadi dalam pencarian pendaki tersesat ini.

Paparan senada juga disampaikan Kapolsek Baturiti, AKP Fachmi Hamdani. Disebutkan, sebagian besar rombongan pendaki puncak Bukit Adeng tidak melapor saat hendak melakukan pendakian. Padahal, mereka harusnya minimal melapor dulu aparat Desa Angseri, agar diberikan arahan mengenai situasi dan kondisi medan. “Pendaki seharusnya didampingi pemandu agar tak salah arah," papar AKP Fachmi Hamdani.

AKP Fachmi menyebutkan, setelah ditemukan dalam kondisi selamat, 8 pendaki yang sempat tersesat ini langsung diberikan pengarahan dan pembinaan. Selanjutnya, mereka dibolehkan pulang ke Denpasar.

Ini untuk kedua kalinya dalam kurun tiga hari terjadi kasus pendaki tersesat di puncak Bukit Adeng. Sebelumnya 6 orang pendaki asal Denpasar juga tersesat saat mendaki ke puncak Bukit Adeng, Minggu (6/9) lalu.

Mereka yang tersesat itu merupakan bagian dari rombongan pendaki berjumlah 25 orang. Rombongan dibagi menjadi 2 kloter. Untuk kloter pertama, 6 pendaki berangkat duluan dan bermalam di areal parkir bawah, Sabtu (5/9) malam. Sedangkan kloter kedua berjumlah 19 pendaki, baru berangkat dari Denpasar, Minggu pagi pukul 08.00 Wita. Selanjutnya, mereka bergabung dengan 6 orang kloter pertama yang bermalam di areal parkir bawah, lalu 25 pendaki tersebut sama-sama mendaki ke puncak Bukit Adeng, pukul 10.30 Wita.

Tiba di puncak Bukit Adeng siang sekitar pukul 12.30 Wita, 25 pendaki asal Denpasar ini kemudian melaksanakan persembahyangan, bersih-bersih, dan sesi foto bersama. Kemudian, Minggu sore pukul 15.00 Wita, 25 pendaki ini turun bersama-sama dari puncak Bukit Adeng.

Namun, di tengah perjalanan, ternyata 6 orang dari rombongan berjumloah 25 pendaki diketahui menghilang. Kasus ini pun dilaporkan ke Polsek Baturiti. Laporan baru masuk, Senin (7/9) dinihari sekitar hari pukul 02.00 Wita. Selanjutnya, puaya pencarian oleh tim gabungan dilakukan mulai pukul 04.00 Wita, dengan melibatkan aparat Desa Angseri, petugas Basarnas, dan kepolisian.

Pada akhirnya, 6 pendaki yang tersesat itu ditemukan di tengah hutan areal Pura Pucak Tapak, Senin pagi pukul 08.16 Wita. Kasusnya sama persis, di mana rombongan ini juga tidak melapor ke aparat Desa Angseri, sebelum melakukan pendakian. Padahal, kawasan puncak Bukit Adeng ini termasuk kawasan sakral dan keramat, yang tidak dikhususkan untuk pendakian, melainkan lebih ke perjalanan spiritual.

Menurut Perbekel Nyoman Warnata, dDi kawasan puncak Bukit Adeng terdapat 3 pura, masing-masing Pura Pucak Bukit Adeng (di bawah), Pura Anyar (di pertengahan), dan Pura Pucak Tapak (posisi paling atas). Karena itu, kawasan ini amat disakralkan.

Kasus pendaki tersesat secara beruntun dalam kurun tiga hari terakhir ini, menjadi pelajaran bagi pihak Desa Angseri. Menurut Perbekel Warnata, belajar dari kasus ini, untuk sementara pendakian ke puncak Bukit Adeng ditutup sementara, hingga nanti ada keputusan lebih lanjut.

Penutupan ini dilakukan untuk mencegah terulangnya kasus serupa. Namun, kalau untuk kegiatan spiritual, masih dibolehkan mendaki puncak Bukit Adeng, dengan syarat harus lapor terlebih dahulu. "Kita sudah putuskan, tolong disebarkan bahwa untuk sementara pendakian ke puncak Bukit Adeng ditutup," tegas Warnata, Rabu kemarin.

Warnata mengatakan, setiap daerah dan gunung memiliki situasi-kondisi berbeda-beda. "Meskipun para pendaki bisa menaklukkan Gunung Rinjani, misalnya, mereka belum tentu bisa menaklukkan pucak Bukit Adeng di daerah kami, karena situasinya berbeda," tegas Warnata. *des

Komentar