nusabali

Seratusan Kapal di Serangan Nganggur

Pariwisata di Bali Masih Mati

  • www.nusabali.com-seratusan-kapal-di-serangan-nganggur

Sebagian besar kapal itu melayani angkutan wisatawan dengan menjelajah perairan di Bali dan sekitarnya. Namun ada juga yang hingga perairan Raja Ampat di Papua dan kawasan wisata bahari lainnya di tanah air.

DENPASAR, NusaBali
Seratusan kapal yang  sebagian besar mengangkut wisatawan terpakasa ‘docking’ alias menganggur dan tidak beroperasi. Penyebabnya pariwisata di Bali masih ‘mati’ akibat pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung enam bulan.

Sebagian besar kapal itu melayani angkutan wisatawan dengan menjelajah perairan di Bali dan sekitarnya. Namun ada juga yang melakukan pelayaran wisata dengan jarak cukup jauh. Diantaranya perairan Raja Ampat di Papua dan kawasan wisata bahari lainnya di tanah air.

Kepala Badan Usaha Desa (Bumda) Serangan yang mengelola Pelabuhan Sira Angen di Kelurahan Serangan, I Nyoman Turut menuturkan kondisi mengenaskan itu pada Selasa (8/9). “Ya karena pandemi semua kapal ini terpaksa mangkal di sini,” kata Nyoman Turut, sambil menunjukan seratusan kapal yang nganggur. Biasanya, jika tidak ada pandemi Covid-19,  pada sekitar Juli-Agustus sampai Oktober jumlah kapal yang mangkal tidak sebanyak saat ini. “Semua berlayar ,”ungkap Turut.

Pelayaran tersebut mulai dari perairan Serangan sambil menikmati water sport perairan di Lemnbongan , Nusa Penida dan kawasan Gili Terawangan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kebanyakan kapal-kapal yang melayani penyeberangan di perairan Bali dan sekitar hingga  sampai ke Gili Terawangan, jenis fast boat atau kapal cepat.

Sedang untuk pelayaran jauh Labuan Bajo (NTT) hingga Raja Ampat (Papua) dan kawasan wisata bahari lain di tanah menggunakan kapal atau perahu pinisi. Waktu pelayaran paling pendek sepekan.

“Itu ekslusif, karena seperti hotel fasilitasnya,” kata Turut, soal kapal-kapal pinisi yang mengapung di perairan Serangan.

Menurut Turut, sedangkan khusus penyeberangan ke Gili Terawangan, NTB sempat beroperasi setelah pariwisata Bali dibuka untuk wisatawan nusantara pada 31 Juli lalu. Namun Layanan penyeberangan dilakukan Blue Water-salah satu operator boat di Serangan. Namun per 14 Agustus, rehat operasional menyusul penutupan di Lombok, NTB.

“Entah karena apa. Tetapi kita di Serangan tetap buka. Hanya tamu sepi,” kata Turut. Tak beroperasinya boat maupun kapal-kapal angkutan wisatawan praktis membuat perekonomian warga Serangan dan sekitarnya terimbas. Mereka banyak kehilangan pekerjaan, baik sebagai awak boat, buruh angkut atau poter, hingga kegiatan UMKM seperti warung, penjualan buah, souvenir dan lainnya.

“Akhirnya kebanyakan kembali lagi sebagai nelayan (menangkap ikan),”  ujar Turut, sambil menyebut lagu ‘Nenek Moyangku Orang Pelaut’.

Dari pantauan seratusan  kapal maupun  fastboat mengitari hampir seluruh perairan kawasan Serangan. “Yang punya banyak dari luar. Namun karena gumine kene (pandemi Covid-19), banyak kapal tak aktif,” ujar seorang warga di pinggiran pantai Serangan. *K17

Komentar