nusabali

45 Komunitas Seni Gambarkan Kisah Kasih Ni Pollok-Le Mayeur Lewat Pagelaran Virtual

  • www.nusabali.com-45-komunitas-seni-gambarkan-kisah-kasih-ni-pollok-le-mayeur-lewat-pagelaran-virtual

DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 45 komunitas seni merespon tema ‘Semara Turida, Refleksi Estetika dan Kisah Kasih Ni Pollok-Le Mayeur’ ke dalam pagelaran seni virtual yang dipublikasi di kanal YouTube Disbud Provinsi Bali.

Selain memberi ruang pada seniman selama pandemi, pagelaran virtual ini juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyosialisasikan dan mempromosikan keberadaan Museum Le Mayur yang selama ini kurang diminati generasi muda Bali.

“Sebenarnya ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan oleh Kemendikbud RI untuk Museum Le Mayeur. Berhubung masih dalam situasi pandemi, atas saran Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, kami memanfaatkan dana DAK ini untuk membuat pagelaran seni virtual dengan tema Refleksi Estetika dan Kisah Kasih Ni Pollok-Le Mayeur. Padahal kami awalnya berencana membuat Pekan Apresiasi Ni Pollok-Le Mayeur yang dipusatkan di Museum Le Mayeur sendiri,” ujar Kepala UPTD Museum Bali, I Wayan Andra Septawan, Rabu (2/9).

Sebanyak 45 komunitas seni yang terlibat untuk menyajikan pergelaran virtual ini ditentukan berdasarkan hasil kurasi oleh para kurator bekerja sama dengan 9 Dinas Kebudayaan kabupaten/kota. Berbagai sajian yang digarap oleh para komunitas cukup beragam. Ada yang berpijak dari seni sastra, seni teater, seni tari, seni musik maupun seni rupa. Namun demikian, keseluruhannya tetap mengacu kepada tema yang diberikan. Untuk menggarap pergelaran virtual masing-masing komunitas diberikan dana kreativitas sebesar Rp 10 juta. Seluruh tayangan video dapat ditonton di kanal Youtube Dişbud Provinsi Bali.

“Tujuan pertunjukan dan peragaan virtual ini untuk memberikan peluang kepada seniman-seniman muda bagaimana mereka menyiasati dampak Covid-19 dengan tetap berkarya. Covid-19 bukan halangan, tapi tantangan. Kami bangga, karena lewat pagelaran virtual ini para seniman juga mengalami perkembangan dari sisi manajemen,” jelasnya.

Diakui oleh Andra Septawan, minat generasi muda di Bali masih minim untuk mengunjungi Museum Le Mayeur. Sejauh ini, kunjungan ke museum tersebut lebih banyak dari wisatawan mancanegara dan seniman. Karena itu, publikasi dalam pagelaran virtual ini diharapkan bisa memantik minat generasi muda saat ini untuk mengunjungi Museum Le Mayeur secara langsung. “Seniman yang berkunjung ke Museum Le Mayeur pun terbatas hanya seniman lukis saja. Kami berharap nantinya Museum Le Mayeur tidak saja dikenal, namun juga dipakai sebagai inspirasi untuk menciptakan karya. Sehingga muncul Le Mayeur-Le Mayeur lainnya,” tandas Andra Septawan. *ind

Komentar