nusabali

Lima Rumah Tangga di Dencarik Sudah Tak Beli Gas Elpiji

Manfaatkan Biogas Kelompok Ternak Sapi Sari Nandini, Gratis!

  • www.nusabali.com-lima-rumah-tangga-di-dencarik-sudah-tak-beli-gas-elpiji

Bak penampungan diisi kotoran sapi tambahan sebanyak dua atau tiga ember dalam waktu tiga hari sekali.

SINGARAJA, NusaBali
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas memang sudah bukan merupakan barang baru lagi. Beberapa kelompok ternak di desa-desa sudah mulai memanfaatkan kotoran ternaknya untuk dimanfaatkan menjadi biogas. Namun, banyak di antara kelompok ternak ini yang tidak bertahan lama. 

Namun di Banjar Dinas Baingin, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, terdapat kelompok ternak yang telah memanfaatkan energi biogas dari kotoran sapi sejak tahun 2018 lalu, yang kini masih mempertahankan eksistensinya. Dialah Kelompok Ternak Sapi Sari Nandini, kelompok tani yang beranggotakan 25 petani sekitar dengan jumlah petani yang aktif merawat kandang sapi sebanyak 12 orang.

Secara total, kelompok yang telah terbentuk sejak tahun 2017 ini kini memiliki 22 ekor sapi yang mampu menghasilkan hingga 30 ton kotoran per bulannya. Sebagian dari kotoran inilah kemudian diolah menjadi biogas, sementara sisa pengolahan biogas beserta kotoran lainnya diolah menjadi pupuk. 

Untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk, di lahan seluas 9,5 meter persegi ini terpasang tempat penampungan biogas sebesar 4 meter kubik yang tertanam di sebelah bagian kandang. Pengisian bak penampungan ini dilakukan dengan mencampurkan kotoran sapi segar dengan air yang kemudian diaduk, yang kemudian mengalir ke bak penampungan. Tak perlu menunggu lama, biogas yang terbentuk tanpa campuran bahan lainnya ini pun siap dipakai. 

“Pengolahan biogas ini tidak memerlukan teknik yang njelimet. Tinggal kita buat penampungan berupa bak, kita gali ke bawah, lalu ditutup. Dan dibuatlah saluran-saluran itu. Sederhana sekali, tidak perlu lagi njelimet harus ada campuran kimia. Karena kotoran sapi sendiri kan sudah mengandung gas,” ujar I Ketut Mertaya selaku pengurus Kelompok Tani Sari Nandini, Kamis (27/8).

Di awal penerapan biogas di kelompok ternak ini, bak penampungan sebesar 4 meter kubik ini diisi penuh dengan biogas yang terbentuk selama satu minggu. Namun setelahnya, bak penampungan diisi kotoran sapi tambahan sebanyak dua atau tiga ember dalam waktu tiga hari sekali. 

“Ini ada 22 sapi di peranakannya, itu sebagian besar kita olah menjadi kompos. Untuk pengisian baknya, itu pertama saja 4 meter kubik, selanjutnya kita tambahkan tiga hari sekali, dua sampai tiga ember ukuran 20 kilogram. Sapi itu tiap hari mengeluarkan kotoran per sapi sebanyak 6 kilogram kotoran basah. Kalau ada 22, ya kalikan saja, jadi 30 ton sebulan,” lanjut Ketut Mertaya.

Dengan pembuatan biogas yang dilakukan secara rutin, maka pasokan biogas oleh Kelompok Ternak Sapi Sari Nandini tetap berjalan secara konstan. Kelima rumah tangga di sekitar tempat pengolahan biogas ini pun telah menggunakannya setiap hari secara gratis, dengan catatan, para warga ini turut berpartisipasi dalam pemeliharaan alat pembuat biogas ini.


Kadek Ayu Mertini, salah satu warga yang telah memanfaatkan biogas ini mengaku, telah menggunakan biogas ini sehingga tak pernah lagi membeli gas elpiji. Biogas yang dialiri melalui rangkaian pipa menuju kompor biogas di rumahnya ini cukup untuk keperluan memasaknya sehari-hari. “Sama sih rasanya seperti menggunakan kompor biasa. Agak irit sih, kalau biasanya kan beli (elpiji) yang 3 kilogram itu berapa harganya,” ujar wanita yang telah empat bulan terakhir ini kembali ke Dencarik akibat pandemi ini. 

Sejauh ini, memang tangki penampungan biogas seukuran 4 meter kubik ini baru bisa mengaliri lima rumah tangga di Banjar Baingin. Namun, Ketut Mertaya mengungkapkan, terdapat keinginan untuk menambah kapasitas biogas tersebut. “Saya ada rencana untuk itu. Dengan biaya yang lumayan ini, sekitar Rp 15 juta per unit. Kalau nambah lagi dua unit, bagaimana perekonomiannya? Kalau bisa lima orang, berapa nanti berlangganan?” paparnya.

Kendati masih belum semua dari kotoran sapi termanfaatkan untuk biogas, sejauh ini pengolahan limbah sapi oleh Kelompok Tani Sari Nandini tidak menghasilkan limbah sisa yang terbuang. Pasalnya, sisa kotoran setelah diolah menjadi biogas akan kembali dikeringkan bersama dengan kotoran lainnya untuk dijadikan pupuk. 

Tak ketinggalan, urine dan air sisa memandikan sapi beserta dengan limbah rumah tangga pun turut dimanfaatkan, terutama sebagai fermentasi pupuk dan pupuk cair. Bahkan, Ketut Mertaya mengungkapkan, bahwa kelompok tani ini mengalami kewalahan untuk memenuhi permintaan pupuk produksinya.*cr74

Komentar