nusabali

Kini Biogas Bisa Jadi Listrik, Gunakan Perantara Balon Biogas

  • www.nusabali.com-kini-biogas-bisa-jadi-listrik-gunakan-perantara-balon-biogas

Balon yang berberbahan dasar plastik menyerupai polybag ini mampu menampung hingga 200 liter biogas yang dihasilkan dari mesin digester.

DENPASAR, NusaBali
Tak sia-sia perjuangan I Gede Artha Negara berserta dosen dan rekan-rekannya dari Universitas Udayana. Penelitian mesin digester yang mengolah limbah organik dan kotoran ternak menjadi biogas dan generator listrik dari biogas yang telah dirintis sejak 2015, kini mengalami perkembangan. 

Kini, Gede Artha dan rekan-rekannya tengah menguji coba balon yang berisikan biogas sebagai perantara untuk disalurkan ke generator listrik. Balon biogas ini mulai dikembangkan pada tahun 2018. Kelima mahasiswa yang merintis penelitian ini yakni  I Gede Artha Negara, Wayan Guna Wijaya, I Kadek Sebayuana, Agus Rantia, Davidlie, dan disertai dengan dosen pembimbing, yakni Prof Dr Tjokorda Gde Tirta Nindhia ST MT.

Balon yang berbahan dasar plastik menyerupai polybag ini mampu menampung hingga 200 liter biogas yang dihasilkan dari mesin digester. Tergantung generator yang digunakan, daya listrik yang dihasilkan bisa beragam, seperti 1.000 watt atau 2.000 watt. Dalam menyangga balon ini, Gede Artha dan rekan-rekannya menggunakan tiang yang diikatkan pada balon. Pada dasarnya, balon ini memang tidak akan mengambang di udara karena masa jenis biogas (yang didominasi oleh metana) yang lebih berat dari udara. 

“Ini beda dengan helium. Kalau balon gas kan helium dia, makanya dia naik, ngambang. Karena masa jenisnya dia lebih kecil dari udara. Tapi biogas itu masa jenisnya lebih berat dari udara, tetap dia di bawah,” ungkap Gede Artha, Jumat (28/8).

Selain daripada tujuan utamanya untuk dihubungkan dengan generator listrik bertenaga biogas, balon biogas ini juga bisa dihubungkan ke kompor dengan semacam selang. Namun, fungsinya yang bisa dihubungkan ke kompor gas ini tak serta merta membuatnya biasa dikemas dalam bentuk tabung gas juga. Sementara itu, untuk kebutuhan penggunaan biogas untuk kompor masak, dilakukan dengan langsung menghubungkan mesin digester yang mengolah limbah organik menjadi biogas ke kompor. 

“Kita belum bisa vacuum ke dalam tabung gas elpiji, karena beda fase gasnya. Kalau gas elpiji itu kan harus cair dia di dalam tabung. Sedangkan untuk mencairkan biogas itu masih susah, jadinya kalau dipakai untuk di pembangkit listrik itu ditampung dalam balon dulu,” paparnya. 

Kini, beberapa mesin degister, generator listrik, dan balon biogas karya kelima mahasiswa S2 Teknik Mesin Universitas Udayana telah didistribusikan ke beberapa desa yang menjadi mitra Universitas Udayana, seperti Desa Baluk dan Mendoyo Kabupaten Jembrana, Desa Sukawati dan Kemenuh di Kabupaten Gianyar, dan Desa Anggabaya, Denpasar. Untuk saat ini, Gede Artha beserta timnya tengah mengujicobakan mesin dan balon biogas ini di Desa Buahan, Gianyar. 


Distribusi mesin ini lebih banyak dilakukan ke kelompok-kelompok tani yang memiliki ternak, yang disertai dengan monitoring dan evaluasi (monev) secara berkala. Untuk generator listrik sendiri, Gede Artha dan rekan-rekannya menyesuaikan kebutuhan dari pihak desa, untuk menyediakan mesin generator 1.000 watt atau lainnya. Dengan sebuah mesin generator berdaya 1.000 watt, dari hasil uji coba Gede Artha dan rekan-rekannya, lampu 10 watt bisa menyala hingga 30 menit. 

Untuk menyalakan listrik dalam skala yang lebih besar, berarti membutuhkan daya listrik yang lebih besar. Juga, pemenuhan kebutuhan listrik untuk skala rumah tangga memerlukan suplai biogas yang konstan, yang artinya perlu lebih banyak bahan pembuat biogas dan perlunya tambahan mesin digester. Satu mesin digester sendiri menghasilkan 500 liter biogas per harinya.

“Rumah-rumah tangga itu kan biasanya menggunakan konsumsi listrik 1.300 watt atau 900 watt. Generator yang digunakan harus lebih besar dari 1000 watt, ya kurang lebih 2.000, untuk mensupport kebutuhan rumah tangga. Tapi ya dengan catatan stok biogasnya harus banyak,” jelasnya.  

Uji coba yang dilakukan oleh tim Gede Artha juga menguji kadar emisi dari hasil pengolahan biogas menjadi listrik. Jika dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan dari bensin yang menghasilkan 4% emisi, maka listrik dari biogas yang dihasilkan hanya menghasilkan 0,7% emisi sehingga jelaslah, bahwa listrik dari biogas ini lebih ramah lingkungan.*cr74

Komentar