nusabali

Dampak Covid-19, Kerajinan Anyaman Pandan Tidak Laku

  • www.nusabali.com-dampak-covid-19-kerajinan-anyaman-pandan-tidak-laku

AMLAPURA, NusaBali
Pandemi Covid-19 menyebabkan perajin anyaman pandan hilang gairah. Sebab produksi anyaman pandan tidak laku.

Di Karangasem terdata ada 398 unit usaha anyaman pandan mempekerjakan 444 orang. Salah satu pusat kerajinan anyaman pandan ada di Desa Adat Tumbu, Kecamatan Karangasem. Saat normal, anyaman tikar pandan laku Rp 240.000 per lembar.

Bendesa Adat Tumbu, I Made Tirtayasa, mengungkapkan nyaris semua ibu rumah tangga di Desa Adat Tumbu merangkap menjadi perajin anyaman pandan. Hasil kerajinan anyaman pandan Desa Tumbu yakni tas, sandal, dompet, tikar, dan lainnya. Saat normal, hasil produksi secara rutin diambil oleh pengepul. Di Desa Tumbu terdata sebanyak 150 unit usaha kerajinan anyaman pandan mempekerjakan 175 orang. “Pandemi Covid-19 membuat produksi anyaman bambu tidak laku,” ungkap Made Tirtayasa, Jumat (28/8).

Perajin anyaman pandan dari Banjar Tumbu Kelod, Ni Ketut Puji, mengakui hasil produksinya sejak beberapa bulan terakhir ini tidak laku. Barang jadi jika distok berisiko cepat rusak. “Dijual ke pasar juga kurang laku. Saya buat anyaman tas, sandal, dompet, dan tikar,” ungkap Ni Ketut Puji. Hal senada diungkapkan perajin Ni Ketut Karya, 62. “Saya menganyam satu bidang tikar memerlukan waktu 6 hari. Saat normal terjual Rp 240.000 per lembar. Namun sekarang macet,” kata Ni Ketut Karya. *k16

Komentar