nusabali

Kunang-Kunang Jadi Objek Wisata Baru di Taro

  • www.nusabali.com-kunang-kunang-jadi-objek-wisata-baru-di-taro

GIANYAR, NusaBali
Konservasi atau penangkaran Kunang-kunang menjadi objek wisata baru di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar.

Objek wisata dengan sebutan The Fire Flies Garden ini terletak di Banjar Taro Kaja, tidak jauh dari Pura Gunung Raung. Konservasi serangga yang bercahaya di malam hari ini tercipta berkat kolaborasi apik dari pemilik lahan Nyoman Tunjung dan anaknya I Komang Petak, dengan konseptor I Wayan Wardika.

Di atas lahan seluas 3,5 hektare, I Wayan Wardika membuat konsep objek wisata kekinian dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem alam semesta. “Ini adalah sebuah konservasi alam dan lingkungan. Ingin menciptakan keseimbangan semesta, ekosistem terjaga dan semua makhluk hidup bisa berdampingan. Salah satunya kunang-kunang,” jelasnya, Selasa (25/8).

Dijelaskan Wardika, kunang-kunang hanya hidup pada lingkungan yang nyaman, jauh dari polusi udara, pencemaran air, dan udara yang masih segar, sejuk dan asri. Sehingga dikatakan, saat ini populasi kunang-kunang sangat jarang ditemui. “Beruntung di Desa Taro dengan alam yang mendukung, kunang-kunang masih banyak bercahaya di malam hari. Dan agar tetap terjaga, tempat ini dikondisikan supaya nyaman untuk kunang-kunang,” jelas pemilik Tegal Dukuh Camp yang mantan pekerja Kapal Pesiar ini.

Guna menjaga keseimbangan alam, area persawahan yang ada di sekitar tempat penangkaran dikelola dengan konsep pertanian organik. “Sejak dulu memang tata kelolanya tanpa menggunakan pestisida dan bahan sintetis lain, itu dipertahankan sehingga kami bisa menciptakan pertanian organik. Semua habitat di sawah ini terjaga,” terang Wardika.

Dia juga menggunakan pupuk organik yang berasal dari hasil pengolahan sampah organik diperkaya dengan biomasa hewan. "Terutama kotoran Lembu Putih. Hewan yang disakralkan oleh masyarakat setempat," inbuhnya. Dipilihnya ikon kunang-kunang, juga beranjak dari hasil karya tulis ilmiah yang pernah dibuatnya sekitar tahun 2000 silam. “Tyang ikut Lomba Karya Tulis Ilmiah Inovatif tingkat nasional 10 tahun lalu,” jelasnya. Adapun tema Karya tulisnya tentang Pemanfaatan Kunang-Kunang sebagai Atraksi Wisata Alternatif untuk Mendukung Ecotourism di Ubud. “Kemudian setelah 10 tahun, tyang coba kembangkan disini karena masih sangat mudah menenui kunang-kunang. Sedangkan di Ubud saat ini, sudah jarang bisa melihat kunang-kunang,” ungkapnya.

Dengan melakukan penangkaran kunang-kunang, Wayan Wardika ingin memperdalam penelitiannya kembali. "Penangkaran ini juga dibantu pihak Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Merekalah yang mendampingi sisi ilmiah dan biologis Kunang-kunang tersebut," jelasnya.

Cara penangkaran, kata Wardika cukup mudah dengan mengkondisikan keasrian alam tetap terjaga, terutama kualitas air, udara dan media hidup.

Hanya saja, melihat kelipan cahaya kunang-kunang hanya bisa dinikmati pada malam hari. Sehingga untuk mengisi waktu kunjungan, area konservasi disulap menjadi taman dengan beberapa spot selfie. Selain itu, di area ini terdapat restoran yang menyajikan menu lokal. Salah satunya ubi singkong goreng crispy disajikan dengan lelehan gula aren. “Pemandangan alam disini bisa dinikmati 360 derajat, karena sekeliling masih sangat asri. Pengunjung bisa jalan di pematang sawah, ada lembah, bisa juga berkebun. Dan sedang kami rancang atraksi matekap membajak sawah yang bisa dicoba,” ujarnya.

Ditambahkan Komang Petak, The Fire Flies Garden sejatinya rencana dibuka sejak bulan April 2020 lalu. Namun karena pandemic Covid-19, tempat ini baru resmi dibuka untuk umum 8 Agustus 2020 lalu. “Kami berproses sejak Januari 2020. Rencana buka bulan April, tapi karena pandemi, terpaksa ditunda,” jelas pria kelahiran 1979 ini. Sebelum disulap menjadi tempat konservasi, awalnya lahan milik keluarganya ini berupa sawah. Hasil panen berupa padi, selalu dipergunakan untuk kebutuhan pangan keluarga beserta beberapa pekerja. “Hanya sisanya yang dijual,” jelasnya. Menurut Komang Petak, keberadaan kunang-kunang memang cukup banyak di area sawah tersebut. “Ketika Wardika datang kesini, dia tertarik mengembangkan tempat ini. Saya yang awam di bidang pariwisata nurut saja, Wardika yang mengkonsep semua,” ungkap Komang Petak yang pengrajin sanggah sejak Tahun 2006 ini.*nvi

Komentar