nusabali

Krama Berebut Ceceran Darah Sapi untuk Dioleskan ke Sekujur Tubuh

Tradisi Mejaga-jaga di Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa Dilaksanakan dengan Protokol Kesehatan

  • www.nusabali.com-krama-berebut-ceceran-darah-sapi-untuk-dioleskan-ke-sekujur-tubuh

Tradisi ‘Mejaga-jaga’ yang bermakna sebagai ritual untuk menjaga wewidangan secara niskala, digelar krama Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kecamatan Klungkung setahun sekali pada Tilem Karo

SEMARAPURA, NusaBali

Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kecamatan Klungkung kembali menggelar tradisi ritual ‘Mejaga-jaga’ saat Tilem Karo pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (18/8) pagi. Karena berlangsung di tengah pandemi Covid-19, pelaksaan prosesi ritual tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker. Dalam tradisi ini, krama rebutan ceceran darah sapi cula yang ditebas, untuk dioleskan ke sekujur tubuh.

Sesuai namanya, tradisi ‘Mejaga-jaga’ adalah ritual untuk menjaga wewidangan (wilayah) Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa secara niskala. Ritual ini menggunakan hewan kurban sapi cula yang disembelih menggunakan blakas sudamala, kemudian darahnya dioleskan ke sekujur tubuh krama setempat.

Pantauan NusaBali, tradisi ritual Mejaga-jaga dipusatkan di Catus Pata (Perempatan) Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa, Selasa pagi mulai pukul 07.00 Wita. Diawali dengan ritual memandikan sapi pilihan. Kemudian, sapi yang telah dimandikan itu diarak oleh krama yang didominasi yowana (kalangan pemuda). Saat diarak, sapi tersebut diikat dengan tujuh tali.

Pertama kali sapi diarak ke arah utara sampai di ujung desa, tepatnya di depan Pura Puseh Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa. Di lokasi ini, digelar ritual khusus di mana sapi ditebas bagian pantat sebelah kanan oleh Pamangku Catus Pata. Sapi tersebut ditebas menggunakan blakas sudamala yang disakralkan, hingga darahnya berceceran. Darah inilah diperebutkan krama, lalu dioleskan ke sekujur tubuh mereka.

Ceceran darah sapi kurban tersebut diyakini bertuah untuk menjaga wewidangan Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa secara niskala. Selain itu, darah sapi kurban juga dipercaya mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Habis arak-arakan ke utara, prosesi dilanjutkan dengan mengarak sapi yang sudah terluka ke arah selatan menuju jaba Pura Dalem Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa. Dari jaba Pura Dalem, arak-arakan kembali melewati Catus Pata, kemudian menuju arah timur ke perbatasan Banjar Besang Kawan dan Banjar Besang Kangin. Selanjutnya, arak-arakan menuju arah barat ke areal Pura Prajapati. Terakhir, arak-arakan kembali ke Catus Pata Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa.

Di masing-masing empat penjuru mata angin dan Catus Pata, dilakukan upacara matur piuning dan persembahyangan yang dipimpin para pamangku bersama prajuru desa. Setelah selesai diarak, sapi cula kemudian disembelih dan diolah dagingnya untuk caru, sesuai dengan pengider-ider. Sedangkan kulit dan kepalanya dijadikan bayang-bayang (bagian dari caru). Pengolahan daging dan jeroan sapi cula menjadi bahan caru dilakukan krama di areal Catus Pata Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa.

Menurut Bendesa Adat Besang Kawan Tohjiwa, I Wayan Sulendra, penyembelihan sapi kurban tak boleh dilakukan di tempat lain, tapi harus di Catus Pata, sekalipun  sedang hujan lebat, misalnya. Tradisi ritual mejaga-jaga ini rutin digelar setahun sekali pada Tilem Karo (bulan mati kedua sistem penanggalan Bali).

"Krama desa adat tidak berani mengubah rentetan tradisi yang sudah diwariskan secara turun-menurun itu. Tradisi ini harus dilaksanakan. Dulu pernah ditiadakan karena kesibukan krama yang menggalar upacara ngaben. Akibatnya, tak berselang lama, beberapa krama meninggal mendadak, selain juga terjadi gagal panen,” kenang Wayan Sulendra kepada NusaBali di sela kegiatan tradisi ritual mejaga-jaga di Catus Pata Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa, Selasa kemarin.

Menurut Wayan Sulendra, tradisi ritual Mejaga-jaga ini digelar dengan tujuan untuk menghidari terjadinya malapetaka bagi krama desa adat. Tradisi Menjaga-jaga adalah ritual untuk menetralkan atau membersihkan alam, baik parahyangan, pawongan, maupun palemahan.

Sementara itu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta berkenan hadir dalam pelaksanaan tradisi ritual mejaga-jaga di Catus Pata Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa, Selasa kemarin. Bupati Suwirta hadir bersama Plt Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Klungkung, Luh Ketut Ari Citrawati.

Sebelum tradisi ritual dimulai, Bupati Suwirta sempat mengikuti persembahyangan bersama. Bupati Suwirta berharap agar seluruh krama Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa bisa mengikuti protokol kesehatan dengan baik dalam setiap menggelar upacara adat dan keagamaan. "Ikuti segala bentuk aturan dari pemerintah, hal yang paling penting diperhatikan protokol kesehatan harus terus dijaga dengan sebaik-baiknya, agar kita semua bisa terhindar dari penyebaran wabah Covid-19," harap Bupati Suwirta. *wan

Komentar