nusabali

Keseruan Mangsi Eating Competition di Mangsi Grill Master

  • www.nusabali.com-keseruan-mangsi-eating-competition-di-mangsi-grill-master

DENPASAR, NusaBali.com
Bertepatan dengan momen perayaan HUT Republik Indonesia ke-75, Mangsi Grill Master menggelar Mangsi Eating Competition yang berlokasi di outlet Mangsi Grill Master di Jalan Teuku Umar Barat, Pemecutan Klod, Denpasar.

Secara keseluruhan, terdapat 46 tim yang masing-masing terdiri dari dua orang peserta yang mengikuti babak penyisihan lomba makan bertemakan ‘Mix Your Own Grill’, Senin (17/8).

Adanya lomba ini tak lepas dari strategi Mangsi Grill Master untuk memperkenalkan menu-menu andalan Mangsi. Sebelumnya, Mangsi lekat dengan image sebagai kedai kopi, yang kemudian berubah dengan nama Mangsi Grill Master. “Kita ini kan resto, terus kita punya konsep baru di restoran kita yang sebelumnya dikenal dengan Mangsi Coffee. Ini sebenarnya kita ingin merubah citra itu sedikit demi sedikit menjadi Mangsi Grill. Jadi transformasi Mangsi Coffee ke Mangsi Grill, kita harus memperkenalkan ke publik soal citarasa makanan kita,” ujar Kadek Dwita Apriyani, co-founder Mangsi Grill Master. 

Jumlah peserta yang mengikuti perlombaan ini terbilang fantastis. Pasalnya, dari target peserta sebanyak 40 tim, ternyata lomba ini disambut baik oleh masyarakat sehingga terdapat 46 tim (92 peserta, red) yang berlomba dalam babak penyisihan. “Mangsi ini buka acara lomba, kita sounding di Instagram dan yang lainnya, ternyata animo masyarakatnya cukup tinggi. Dalam tiga hari kita buka pendaftaran, panitia awalnya menargetkan 40 peserta. Awalnya kita sempat pesimis. Ternyata tiga hari dibuka pendaftarnya sudah 41,” terang Kadek Dwita. 


Karena tingginya animo masyarakat ini, maka babak penyisihan dibagi menjadi dua sesi, yang masing-masing diikuti oleh 23 tim. Dalam babak ini, setiap tim harus menghabiskan makanan sebanyak 750 gram yang tersaji dalam tempo sesingkat-singkatnya. Beberapa menu yang tersaji dalam babak ini yaitu kentang, salad, dan sosis.

Dari masing-masing sesi, dicari sebanyak 5 pemakan tercepat yang kemudian akan melaju ke babak semifinal. Tentunya keseluruhan lomba ini menerapkan protokol kesehatan, dan juga pihak panitia yang senantiasa mengingatkan peserta lomba dan supporter untuk menerapkan prokes. “Secara awam kita tahu apa yang harus dilakukan, seperti disinfeksi ruangan sebelum acara dimulai, kemudian mengingatkn di poster-poster bahwa kita tetap melakukan protokol kesehatan,” lanjut Kadek Dwita. 

Nah, di babak semifinal, kesepuluh tim yang lolos sebelumnya disajikan makanan sebesar 1.250 gram dengan menu beef, grilled chicken, butter rice, dan spageti. Dari semifinal, dipilih 5 tim yang kemudian akan beradu di babak final, yang akan disajikan menu andalan Mangsi, yakni 2.000 gram sajian beragam daging, mulai dari grilled chicken, grilled beef, dan grilled sausage yang disajikan dengan kentang dalam satu nampan. untuk memperebutkan juara I dan juara II. Jika ditotal, jumlah makanan yang tersaji hingga babak final yakni sebesar 4 kilogram. 


Terlihat berbagai macam strategi digunakan para peserta di babak penyisihan untuk menghabiskan makanannya, mulai dari membagi jenis makanan yang dimakan oleh setiap anggota tim, hingga makan menggunakan kedua tangan. Rata-rata, kesulitan dihadapi para peserta untuk memakan chips kentang yang tersaji, yng idak bisa langsung ditelan. Banyak dari peserta yang kemudian meremas kentang tersebut lebih dulu agar lebih mudah dikonsumsi. 

Salah satu tim yang menggunakan strategi ini, yaitu Geng Babon yang beranggotakan Darya Kartika dan Luh Diah Rosa Cahayantari. Mereka bercerita, strategi ini baru terpikirkan setelah kompetisi dimulai, saat tahu bahwa kentangnya agak susah untuk ditelan langsung. “Strateginya itu sih tadi di tengah jalan. Meresmaskan kentangnya itu di tengah jalan, kita nggak ada kepikiran. Soalnya kita kan nggak pernah makan kentangnya sebelumnya. Mungkin tadi pakai satu tangan soalnya. Coba kalau tadi pakai dua tangan, satu sambil meremas, satu lagi sambil makan,” kesan Rosa Cahayantari diamini oleh Darya Kartika. 

Memang, lomba ini didominasi oleh kaum pria dengan jumlah peserta perempuan hanya berjumlah dua orang dari dua tim yang berbeda. Rosa Cahayantari sendiri menjadi salah satu dari dua perempuan yang mengikuti kompetisi ini. Dirinya memang menggemari siaran makan mukbang dan hobi kuliner, sehingga tertarik untuk mengikuti lomba ini.*cr74

Komentar