nusabali

Kerugian Operator Arung Jeram Capai Rp 39,9 Miliar

  • www.nusabali.com-kerugian-operator-arung-jeram-capai-rp-399-miliar

SUKABUMI, NusaBali
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) menyebutkan dampak pandemi Covid-19 terhadap operator wisata arung jeram di Indonesia, termasuk Bali, selama empat bulan mencapai Rp39,9 miliar akibat penutupan sementara aktivitas sebagai upaya mencegah penyebaran virus tersebut.

"Di Indonesia ada sedikitnya 200 operator wisata arung jeram yang tersebar di 17 sungai di 12 provinsi. Akibat pandemi seluruh operator tidak bisa beroperasi, sehingga sama sekali tidak ada pendapatan atau pemasukan," kata Ketua FAJI Amalia Yunita di Sukabumi, Senin (17/8).


Menurut dia, untuk mengetahui seberapa besar kerugian yang dialami operator wisata arung jeram, pihaknya melakukan survey dan dari 200 operator yang menjawab sebanyak 43 operator maka dikalkulasikan kerugiannya hampir mencapai Rp40 miliar.

Tidak menutup kemungkinan, jika seluruh operator menjawab kerugiannya lebih besar. Apalagi dari hasil survei itu operator hanya bisa bertahan tiga bulan untuk tetap menjaga stabilitas keuangan seperti membayar honor karyawan dan lainnya.

Kerugian yang dialami insdustri wisata yang memanfaatkan arus sungai akibat pembatalan berbagai kegiatan dan puncaknya saat libur Idul Fitri 1441 H, seharusnya pada saat libur hari besar keagamaan itu menjadi momen seluruh operator mendulang pendapatan.

Sebab, di hari raya biasanya jumlah kunjungan melonjak. Tapi, karena pandemi dan adanya kebijakan dari pemerintah di setiap daerah dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19, seluruh operator tidak bisa beroperasi.

Tapi kondisi seperti ini pun dialami operator wisata arung jeram tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga di berbagai negara lain. Maka dari itu, FAJI pun mengambil langkah dan upaya untuk mengurangi dampak khususnya yang dirasakan karyawan.

Seperti mengusahakan agar karyawan operator arung jeram bisa mendapatkan kartu pra-kerja dan mengumpulkan bantuan-bantuan lainnya. Dampak lainnya juga sangat dirasakan oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena tidak adanya aktivitas (kunjungan) maka sudah dipastikan mereka tidak mendapatkan pemasukan.

"Berbeda dengan krisis ekonomi pada 1998 lalu, objek wisata arung jeram malah dipenuhi wisatawan yang ingin menghilangkan stres, tapi akibat Covid-19 semua kegiatan pariwisata terhenti, sebab objek wisata merupakan zona rawan terjadinya penyebaran virus tersebut karena merupakan pusat keramaian dan orang datang dari berbagai daerah," tambahnya.*ant

Komentar