nusabali

Rekor, Pertumbuhan Ekonomi Bali Minus 10,98 Persen

  • www.nusabali.com-rekor-pertumbuhan-ekonomi-bali-minus-1098-persen

DENPASAR, NusaBali
Dampak pandemi Covid-19  menyebabkan tekanan berat pada perekonomian Bali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat  Triwulan II 2020, ekonomi Bali mengalami kontraksi  minus 10,98 persen secara year on year (yoy).

Jumlah tersebut lebih jauh lebih rendah dari Triwulan I di mana ekonomi Bali tumbuh minus 1,14 persen. Dibandingkan pertumbuhan ekomnomi nasional, Bali jeblok hampir dua kali lipat, karena di Triwulan II, nasional ‘hanya’ minus 5,32 persen.

Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho menyatakan, pertumbuhan negatif  terdalam tersebut merupakan yang terdalam selama ini. “Ya sepanjang ingatan,” jelasnya, Kamis (6/8). Pandemi Covid-19 yang menyebabkan  industri pariwisata Bali kolaps, diakui oleh Adi Nugroho sebagai pemicu utama kontraksi ekonomi Bali.

Indikasi melorotnya pertumbuhan ekonomi ditunjukkan dari beberapa indikator. Di antaranya sisi lapangan usaha sebagian besar lapangan usaha utama tumbuh negatif. Tercatat hanya  hanya tiga lapangan usaha yang tumbuh positif, yaitu informasi/komunikasi, jasa kesehatan, dan real estate.

Sedangkan sektor transportasi dan penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami kontraksi minus 39,48 persen dan minus 33,10 persen. Kedua sektor ini sangat erat hubungannya dengan pariwisata di mana menjadi tulang punggung perekonomian Bali (sekitar 58 persen ekonomi Bali tergantung pada pariwisata).

 Kebutuhan listrik, terutama di hotel-hotel, di masa pandemi ini juga menurun yang menyebabkan sektor listrik, gas, dan air tumbuh minus 21,04 persen.  Hal ini  disebabkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara yang tumbuh negative, minus  99,97 persen (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan penutupan penerbangan internasional dari dan ke Bali dalam antisipasi penyebaran Covid-19. Kinerja lapangan usaha tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan antisipasi dan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.Dari sisi permintaan, semua komponen pengeluaran tumbuh negatif dengan kontraksi terdalam pada komponen ekspor luar negeri (-93.02 persen( yoy). Kinerja ekspor luar negeri yang kontraksi disebabkan penurunan kunjungan wisatawan mancanegara. Selain itu, kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi juga tercatat kontraksi, masing-masing -3.57 persen dan -15,48 persen.

Kinerja impor juga terkontraksi sebesar -89.68 persen seiring dengan tertahannya kinerja pariwisata sehingga menurunkan permintaan bahan makanan impor serta adanya tekanan pelemahan nilai tukar rupiah.  *k17

Komentar