nusabali

Kasek SLB Sebut Daring dan Luring Sama-sama Sulit

  • www.nusabali.com-kasek-slb-sebut-daring-dan-luring-sama-sama-sulit

AMLAPURA, NusaBali
Pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) di SLB Negeri Karangasem sama-sama sulit.

Apalagi mengajar siswa autis dan hiperaktif. Saat kondisi normal saja guru kesulitan mengajar mesti konsentrasi penuh. Guru mengirim materi daring mesti disertai video untuk menjelaskan menggunakan bahasa isyarat. Materi luring juga demikian.

Kasek SLB Negeri Karangasem, Mudi Dwikorahesti, mengatakan metode daring dan luring sama-sama sulitnya. SLB Negeri Karangasem membawahi SDLB, SMPLB, dan SMALB. Awalnya mendata 148 orangtua siswa untuk mengetahui mereka punya HP android dan buat WA. Hanya saja, masing-masing orangtua beda-beda memiliki siswa, sehingga tidak bisa disamakan jadi satu grup. Makanya dibagi-bagi, ada grup WA untuk siswa SDLB, grup WA SMPLB dan, grup WA SMALB. Cara itu juga kurang efektif karena setiap jenjang pendidikan, beda kelas.

Misalnya untuk SDLB, dibagi beberapa kelas sesuai masalah fisik dihadapi siswa. Bahkan ada kelas khusus untuk siswa autis dan hiperaktif, bisa satu kelas isinya 1 siswa hingga 2 siswa. “Memang ruwet sekali pembelajaran daring dan luring, membimbing siswa dengan beragam masalah fisik,” katanya, Selasa (4/8). SLB Tetap diupayakan agar sebagian bisa belajar daring dan sebagian luring. Caranya dengan mengirim materi melalui HP milik orangtua siswa. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas-tugas, dan hasilnya disetor melalui HP orangtua siswa.

Ada juga pembelajaran melalui luring dengan cara orangtua siswa datang ke sekolah ambil materi, kemudian materi dikerjakan siswa di rumah. selanjutnya hasil pekerjaan siswa disetor orangtuanya ke sekolah. "Cara lain, dengan mendatangi siswa ke rumahnya. Khusus untuk 1 siswa hingga 2 siswa masih bisa dilakukan kunjungan, jika banyak siswa sulit memberikan pelayanan optimal dengan mengandalkan 29 guru,” tambah Mudi Dwikorahesti.

Tercatat 148 siswa, SDLB, SMPLB dan SMALB, yakni SDLB kelompok C1 (tuna grahita sedang) sebanyak 18 siswa, kelompok C (tuna grahita ringan) sebanyak 40 siswa, autis sebanyak 12 siswa, kelompok A (gangguan pada mata) sebanyak 3 siswa dan kelompok B (tuna rungu wicara) sebanyak 25 siswa. Untuk SMPLB kelompok B sebanyak 6 siswa, kelompok C1 sebanyak 17 siswa, kelompok A sebanyak 2 siswa, dan kelompok autis sebanyak 4 siswa. Sedangkan SMALB kelompok B sebanyak 7 siswa dan kelompok C dan C1 sebanyak 14 siswa, total 148 siswa. Mudi Dwikorahesti berharap para orangtua sebagai pengganti guru di sekolah, tetap optimal mendampingi siswa. *k16

Komentar