nusabali

Gerakan Bali Baca Buku Terapkan Belajar Kontekstual

  • www.nusabali.com-gerakan-bali-baca-buku-terapkan-belajar-kontekstual

DENPASAR, NusaBali
Komunitas Gerakan Bali Baca Buku menerapkan sistem pembelajaran kontekstual bagi anak-anak sekolah dasar di empat kabupaten di Bali, selama belajar daring.

"Kami mengkombinasikan kurikulum belajar di sekolah dengan kurikulum belajar kami sendiri yang kontekstual artinya sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi, kalau mereka anak-anak bukit ya kita berikan pelajaran yang sesuai," ujarnya.

Kalau situasi pandemi pihaknya berikan pelajaran kontekstual juga, kalau dari daerah pesisir ya tentang kelautan," kata Pendiri Komunitas Gerakan Bali Baca Buku, Pande Putu Setiawan saat ditemui di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan bahwa program kelas belajar dari Komunitas Gerakan Bali Baca Buku dilaksanakan setiap Minggu, dan berlangsung selama dua jam. Untuk waktu kelas belajar pada hari Minggu sifatnya tentatif, yaitu pukul 10.00 Wita atau 15.00 Wita.

Saat ini tercatat ada 12 kelas belajar di bale baca buku yang tersebar di Kabupaten Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Gianyar. Dalam satu kelas belajar, terdiri dari 10 sampai 30 orang. "Jadi yang kita lakukan dalam situasi pandemi, kita ikuti anjuran pemerintah dengan tutup total kelas, ketika situasi sudah adaptasi normal baru sudah mulai dibuka. Saat pandemi kami bikin podcast dongeng, rekaman-rekaman dongeng agar mereka banyak terhibur karena kami enggak bisa mengajar ke sana," jelasnya Pande.

Pembelajaran kontekstual juga mengajak anak-anak untuk mempelajari bidang pertanian organik seperti berkebun, dan kegiatan sosial lainnya. Selama masa pandemi ini, jumlah peserta yang mengikuti kelas mulai dibatasi maksimal 20 orang. "Tapi kita tetap menjaga semangat mereka agar tetap gembira, secara strategis tidak mengganti sistem pembelajaran yang asli, hanya mendukung moral saja dalam sistem pendidikan,"katanya.

Sementara itu, pembelajaran kelas minggu ini dilakukan di rumah warga setempat yang bersedia atau balai banjar desa sesuai asal anak-anak tersebut. "Masing-masing kelas belajar ada dua pengajar dari relawan Gerakan Bali Baca Buku. Untuk kesulitan, rata-rata karena keterbatasan HP dan ada juga keterbatasan jaringan kayak di Desa Subaya, Bangli. Jadi efektif sekali pertemuan seminggu sekali selama dua jam ini untuk memotivasi mereka agar senang belajar," ujar Pande. *ant

Komentar