nusabali

TK dan SD di Karangasem Belajar Luring

  • www.nusabali.com-tk-dan-sd-di-karangasem-belajar-luring

AMLAPURA, NusaBali
Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) di Karangasem kebanyakan belajar luring (luar jaringan) atau offline.

Sebab untuk TK lebih banyak bermain dan bernyanyi sehingga sulit menerapkan belajar dalam jaringan (daring). Sehingga wajib tatap muka, perkenalkan alat-alat bermain dan cara menggunakannya.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika, mengakui kebanyakan TK dan SD di Karangasem menggelar pembelajaran offline. “Logikanya, bagaimana mungkin bisa belajar daring untuk siswa TK dan SD. Terutama untuk TK, kesulitan itu diakui pemerintah pusat,” kata I Gusti Ngurah Kartika, Jumat (31/7). Dikatakan, pembelajaran di TK lebih banyak bermain dan bernyanyi, sehingga harus tatap muka, memperkenalkan alat-alat bermain, cara menggunakannya, juga mengenal sesama teman sekolah, nyanyi bersama dan sebagainya.

I Gusti Ngurah Kartika mengaku dilema dalam memberlakukan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19, apalagi Karangasem masuk zona merah. Sementara Ketua IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia) Cabang Karangasem yang juga Kasek TK Negeri Pembina Karangasem I Dewa Ayu Anom Pratiwi juga mengakui kesulitan memberlakukan pembelajaran daring. Sebab materi pembelajaran lebih banyak bermain dan bernyanyi, juga lebih banyak pengenalan benda-benda. “Saya berupaya lakukan pembelajaran daring, tetapi tidak optimal. Juga saya lakukan luring, tetapi tidak mungkin guru-guru mendatangi setiap siswa ke rumahnya masing-masing,” katanya.

Dewa Ayu Anom Pratiwi mengaku telah berkoordinasi dengan orangtua siswa dan buat grup WA orangtua murid. Melalui grup WA itulah dikirim materi dan orangtua siswa membimbing anak dan merekam gunakan HP. Hasil pembelajaran di rumah dikirim ke WA grup. Terpisah, Kasek SD Negeri 7 Seraya di Banjar Kecag Balung, Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, I Made Salin, mengaku kesulitan pembelajaran daring. Sebab siswa tinggal di bebukitan lagi pula tidak punya HP. “Daring dan luring juga kesulitan. Kami membimbing 189 siswa,” kata I Made Salin.

Pendiri PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Pratama Widya Pasraman Amerta Yulia di Banjar Geluwung, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, I Wayan Mertayasa, mengaku pembelajaran dibagi dua, daring dan luring. “Luring itu dengan cara sekali-sekali guru pengajar mendatangi siswa ke rumahnya,” jelas Wayan Mertayasa. *k16

Komentar