nusabali

Antisipasi Abrasi, Krama Kedonganan Tanam 2.500 Mangrove

  • www.nusabali.com-antisipasi-abrasi-krama-kedonganan-tanam-2500-mangrove

MANGUPURA, NusaBali
Krama Desa Adat Kedonganan, kelompok nelayan, mahasiswa, dan sejumlah organisasi pemuda melakukan penanaman pohon mangrove di Pantai Timur Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, Selasa (21/7) siang.

Sebanyak 2.500 batang mangrove ditanam di kawasan pesisir yang luasnya mencapai 1,3 hektare, sebagai upaya mengantisipasi abrasi. Bendesa Adat Kedonganan I Wayan Mertha, menerangkan penanaman mangrove ini sebagai salah satu upaya untuk memulihkan kembali titik-titik yang mangrovenya sudah berkurang atau mati. Sehingga, dengan penanaman itu diharapkan mangrove kembali tumbuh lebih rapat dan bisa menahan abrasi. Adapun 2.500 mangrove yang ditanam pada Selasa siang kemarin terdiri dari dua jenis, yakni mangrove bruguiera dan mangrove rhizophora, sumbangan dari Dinas Kehutanan Provinsi Bali.

“Luas lahan mangrove di Pantai Timur Kedonganan ini memang seluas 1,3 hektare. Tapi, untuk penanaman kali ini khusus di titik yang sudah kosong atau yang mangrovenya sudah mati. Jadi, 2.500 bibit mangrove ini akan mengisi sekitar setengah dari lahan tersebut,” ungkap Wayan Mertha di sela-sela penanaman mangrove pada Selasa siang kemarin.

Ke depannya, menurut Wayan Mertha, ribuan mangrove yang sudah ditanam itu akan terus dikontrol oleh pihaknya bersama tiga kelompok nelayan serta pemuda Kedonganan. Sehingga, mangrove yang sudah ditanam benar-benar tumbuh. Keterlibatan kelompok nelayan dan pemuda Desa Kedonganan ini bukan tanpa alasan. Dia berharap para pemuda sebagai generasi penerus turut menjaga lingkungan sekitar khususnya Pantai Timur Kedonganan.

“Kami melibatkan semua pihak, termasuk anak muda. Hal ini sebagai salah satu upaya agar mereka peduli dengan lingkungan dan alam. Untuk ribuan mangrove, sejatinya bukan jumlah yang ditanam yang kita lihat, tapi jumlah yang bertahan hidup itulah yang kita harapkan,” tandas Wayan Mertha.

Selain menahan abrasi, dengan penanaman mangrove di Pantai Timur Kedonganan itu ke depannya bisa menjadi destinasti wisata dengan nuansa berbeda. Apalagi, selama ini yang dikenal oleh masyarakat adalah Pantai Barat Kedonganan yang terkenal dengan kafe. Sehingga, saat ini pihaknya mulai mengoptimalkan keberadaan pantai timur itu dengan diawali penanaman mangrove. Bahkan, pihaknya sudah berencana menggabungkan aktivitas pariwisata dengan kegiatan nelayan tradisional. “Kawasan pantai timur ini sama sekali belum kita optimalkan. Makanya, kita mulai rancang dan konsep kawasan ini, yakni aktivitas masyarakat/nelayan menjadi daya tarik utama dan kegiatan pariwisata yang mempertahankan mangrove,” ungkap Wayan Mertha.

Di lokasi yang sama, Kepala Seksi Perlindungan Konservasi Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) UPT Tahura Ngurah Rai, I Ketut Subandi mengapresiasi upaya penanaman mangrove yang dilakukan Desa Adat Kedonganan. Menurut dia, penanaman mangrove ini banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atau kelompok nelayan. Tanaman mangrove bisa memberikan potensi kesejahteraan lantaran mangrove bisa menjadi tempat bertelurnya kepiting dan biota laut lainnya.

Terkait wacana wisata kawasan hutan mangrove, Ketut Subandi menyatakan hal itu bisa dilakukan, namun sifatnya terbatas dan harus sesuai kaidah konservasi. “Keberadaan mangrove ini bisa mensejahterakan masyarakat, sementara dari sisi wisata juga bisa. Tapi, tidak dengan membangun gedung dan lainnya, melainkan wisata alam terbatas atau ekowisata,” tutur Ketut Subandi. dar

Komentar