nusabali

Diburu saat Tidur, Dagingnya Dipakai Sate dan Lawar

Lika-liku Bisnis Penyu Langka Beromset Ratusan Juta di Bali

  • www.nusabali.com-diburu-saat-tidur-dagingnya-dipakai-sate-dan-lawar

DENPASAR, NusaBali
Penyu yang masuk dalam hewan dilindungi masih terus menjadi target perburuan liar. Meski pemerintah dan aparat kepolisian sudah menyatakan perang terhadap perburuan hewan langka ini, namun masih saja ada pemburu liar yang nekat beraksi.

Selain karena harganya yang mahal, permintaan dari penikmat daging penyu juga masih sangat tinggi. Masih banyaknya perburuan liar penyu ini bisa dilihat dari penangkapan yang dilakukan Polda Bali dalam sebulan terakhir. Diawali dari penggerebekan warung Kayu Manis di Jimbaran pada Rabu (26/6) lalu. Dari penggerebekan ini, petugas berhasil mengamankan 12 ekor penyu hijau yang akan dipotong dan dijadikan lawar. Berlanjut dengan penangkapan yang dilakukan Dit Polairud Polda Bali yang berhasil mengamankan 7 penyelundup 36 ekor penyu hijau di Perairan Serangan, Denpasar pada Sabtu (12/7) lalu.

NusaBali mendapatkan kesempatan bertemu dengan salah seorang mantan pelaku bisnis jual beli penyu ini. Pria yang mengaku sempat bisnis jual beli penyu selama 2 tahun inipun mengungkap bagaimana lika-liku bisnis penyu ini dijalankan khususnya di wilayah Denpasar dan sekitarnya.

Disebutkan, kebanyakan penyu yang dijual kepada beberapa pemilik rumah makan untuk diolah menjadi makan seperti lawar, sate dan lainnya. Menariknya, meski menjual hewan langka untuk dikonsumsi, namun rumah makan ini buka secara terang-terangan. “Yang saya tahu hanya ada tiga rumah makan yang menjual olahan penyu ini. Yang satu Warung Kayu Manis yang sudah digerebek Polda Bali, dua lainnya ada di kawasan Gianyar dan masih buka sampai sekarang. Ada juga pedagang catering yang jualan menunggu pesanan,” ujar sumber yang mewanti namanya tidak disebutkan ini.

Untuk penyu yang dijual memiliki harga berbeda-beda sesuai dengan ukuran. Di Bali sendiri ada sebutan khusus untuk ukuran penyu yang dijual mulai harga Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta ini. Sumber menyebutkan, sekali datang, pemburu penyu bisa membawa 50 ekor hingga 100 ekor penyu. Jika dikalkulasi dengan harga rata-rata satu ekor penyu Rp 3 juta, penyelundup yang membawa 50 ekor penyu bisa mendapatkan pundi-pundi uang hingga Rp 150 juta. “Mereka biasa kerja sebulan sekali sampai dua kali,” beber sumber.

Untuk mencari penyu di lepas pantai ini sendiri hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu saja. Mereka biasa berangkat mencari penyu jika ada orderan dari bandar besar penyu. Lokasi favorit para pemburu penyu ini berada di sekitar Perairan Gerajakan, Banyuwangi. “Sekali berangkat biasanya ada lima sampai sepuluh orang crew di kapal. Bandar biasanya memberi bekal bensin dan makanan untuk para pemburu penyu ini,” jelasnya.

Untuk mencari penyu di Gerajakan ini, pemburu harus menyelam ke dasar laut untuk mencari goa-goa dimana penyu-penyu ini tidur. Jika bertemu penyu yang sedang tidur, penyelam akan mengaitkan tali yang dibawanya ke leher penyu tersebut. Lalu rekan lainnya yang berada di atas kapal akan menarik penyu ini. “Biasanya penyu akan melawan. Nanti nahkoda kapal akan mengikuti kemana saja penyu itu akan melawan sampai nanti akan lemas dan ditarik ke atas kapal,” jelasnya.

Yang membuat miris, di atas kapal kaki penyu tersebut akan dibor untuk diikat. Pemburu liar ini hanya perlu waktu 2 sampai 3 hari untuk bisa mendapatkan 50 ekor penyu. “Saya pernah lihat sendiri kaki penyu itu dibor dan diikat. Makanya kenapa kaki penyu itu bisa terikat di atas kepalanya, ya karena kakinya dibor dan diikat tali,” ujar sumber tersebut.

Dia mengaku sering melihat penyu-penyu hasil perburuan liar itu menangis. Bahkan beberapa kali dirinya dan anaknya selalu mimpi didatangi penyu yang menangis itu. “Lalu beberapa bulan lalu saya putuskan berhenti menggeluti bisnis ini. Meskipun bisnis ini sangat menjanjikan,” terang pria yang memiliki 2 anak ini.  

Ditambahkan, selain dari pemburu liar, ada juga penyelundup penyu musiman yang berasar dari Sumberkima, Buleleng. Ada juga penyelundup lain dari kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk penyelundup dari NTB ini biasanya menjual daging penyu yang sudah dipotong-potong dan diselundupkan melalui jalur darat. “Sasarannya ya warung-warung penjual olahan penyu,” bebernya.

Terkait indikasi adanya keterlibatan petugas dalam lika-liku bisnis penyu ini, sumber enggan berkomentar lebih jauh. Apalagi selama ini peyelundupan selalu menggunakan jalur laut dan bongkar muat penyu dilakukan di sekitar perairan Serangan, seperti yang baru-baru ini diungkap Dit Polairud Polda Bali. “Semua bisa dilihat di lapangan. Bagaimana bisnis ini berjalan tanpa pernah disentuh. Padahal secara terang-terangan,” sentilnya.

Sementara itu, Dir Polair Polda Bali, Kombes Toni Ariadi Effendi belum mau berkomentar terkait maraknya aksi penyelundupan penyu di sekitar perairan Bali. Dihubungi via Whatsapp namun tidak ada jawaban.

Sementara itu, aktivis perlindungan hewan, Amank Tribowo mengatakan terkait penyelundupan penyu untuk rumah makan yang semakin meningkat, merupakan tugas pihak terkait seperti kepolisian untuk penanganannya. Dia juga berterima kasih atas komitmen kepolisian dalam memberantas penyelundupan penyu seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu. “Kami sangat mengapresiasi langkah tegas Dit Polairud Polda Bali untuk memberantas jaringan penyelundupan penyu ini,” tegas Amank yang merupakan aktivis dari Jakarta Animal Aid Network ini. *rez

Komentar