nusabali

Polisi Terjun ke TKP Kumpulkan Bukti dan Fakta Baru

Pelaku Perampokan Disertai Pembunuhan Korban di Desa Depaha Masih Gelap

  • www.nusabali.com-polisi-terjun-ke-tkp-kumpulkan-bukti-dan-fakta-baru

Korban Ni Putu Sekar ditemukan tewas tergeletak bersimbah darah di lantai warungnya dalam kondisi tangan memegang uang pecahan Rp 5.000, yang mengindikasikan sedang melakukan transaksi saat dibunuh

SINGARAJA, NusaBali

Sehari pasca peristiwa maut, Tim Inafis Sat Reskrim Polres Buleleng dan Polsek Kubutambahan kembali menelisik Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus perampokan disertai pembunuhan korban Ni Putu Sekar, 51, di warungnya kawasan Banjar Dauh Pura, Desa Depaha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (14/7). Tim Inafis berupaya mengumpulkan bukti dan fakta baru dari setiap jengkal rumah tinggal sekaligus warung korban. Hingga Selasa kemarin, iudentitas pelaku belum terungkap.

Polisi belum mau membuka fakta baru yang ditemukan di TKP, yang dapat menjadi petunjuk awal pengungkapan pelaku perampokan sadis. Kapolsek Kubutambahan, AKP I Made Mustiada, menjelaskan dari hasil pengecekan barang pribadi korban, yang hilang hanya barang yang melekat di badan saja, seperti tas pinggang tempat menyimpan uang berisi dompet dan HP, serta kalung emas yang dipakai sehari-hari. Sedangkan barang berharga seperti perhiasan emas dan sertifikat tanah yang disimpan dalam lemari rumah korban, masih aman di tempat se-mula.

“TKP-nya sangat bersih, alat yang diduga dipakai memukul kepala korban juga belum kami temukan. Sementara barang bukti yang ditemukan dalam olah TKP ini, kami amankan untuk penyelidikan lebih lanjut sembari menunggu hasil otopsi dari Laboratorium Forensik RSUD Buleleng,” ungkap AKP Mustiada saat ditemui NusaBali di lokasi TKP, Selasa siang.

Menurut AKP Mustiada, polisi sedang berupaya untuk melakukan pengembangan dengan meminta kesaksian lebih banyak saksi. “Buat sementara, saksi yang sudah kami periksa baru 2 orang, yakni adik dan kakak korban. Mereka yang pertama kali melihat mayat korban tergeletak di warung (Senin siang, Red),” tandas mantan Kapolsek Sawan, Buleleng ini.

AKP Mustiada mengaku belum bisa berspekulasi tentang siapa pelaku perampokan maut yang menewaskan korban Ni Putu Sekar, janda berusia 51 tahun yang baru 4 bulan ditinggal suaminya yang meninggal dunia tersebut. Meski demikian, AKP Mustiada optimistis dapat mengungkap pelaku, cepat atau lambat.

Disebutkan, dari lokasi kejadian, korban Ni Putu Sekar ditemukan tewas tergeletak bersuimbah darah di lantai warungnya dengan posisi telungkup dalam kondisi tangan memegang uang pecahan Rp 5.000. Fakta itu mengindikasikan bahwa saat tewas dibunuh, korban Putu Sekar sedang melakukan transaksi dengan seorang pembeli misterius yang diduga adalah pelaku pembunuhan.

Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Depaha, I Made Semaraguna, mengatakan terkejut dengan kasus perampokan maut yang menewaskan warganya ini. Padahal, kata dia, selama ini keamanan dan ketertiban di Desa Depaha cukup terkendali dan hampir tak pernah ada gangguan berarti.

“Selama ini, aman-aman saja, makanya saya selaku aparat desa juga sangat terkejut menerima kabar duka ini. Korban secara pribadi rasanya tidak ada punya masalah. Setiap pagi almarhum ke pasar, kemudian buka warung. Pas sebelum kejadian sekitar jam satu siang (Senin pukul 13.00 Wita, Red) saya juga sempat melintas di depan warungnya. Saat itu keliatannya biasa saja,” kenang Made Semaraguna di sekitar lokasi TKP, Selasa kemarin.

Korban Putu Sekar sendiri memang hidup seorang diri sejak 4 bulan terakhir, pasca ditinggal mati suaminya, I Made Sriada, yang meninggal karena stroke. Made Sriada merupakan suami ketida dari korban Putu Sekar. Dari perkawinannya dengan Made Sriada, korban Putu Sekar tidak memiliki anak.

Sang suami, Made Sriada, hanya memiliki 4 anak dari pernikahan sebelumnya, masing-masing 2 laki-laki dan 2 perempuan. Dua dari 4 anaknya itu merantau ke Sulawesi sebagai transmigran, sedangkan 2 anaknya yang lain tinggal terpisah dari korban Putu Sekar.

Menurut adik ipar korban, Made Sri Gampil, 53, yang tinggal di belakang rumah almarhum Putu Sekar, dirinya tidak mendengar teriakan sedikit pun saat kejadian maut, Senin siang. Padahal, adik dari Made Sriada (suami korban) ini sempat beberapa kali mondar-mandir di jalan depan rumah korban untuk mencari keperluan dapur.

“Tidak ada saya dengar teriakan. Saya dengarnya saat Desak Liarmi (kakak korban, Red) menangis. Pas saya lihat ke depan, sudah ada darah berceceran di lantai. Saya pikir kalau pingsan, tidak mungkin ada banyak darah. Akhirnya saya cari Pak Kadus,” cerita Sri Gampil.

Menurut Sri Gampil, selama menikah dengan kakaknya, Made Sriada, korban Putu Sekar dikenal tak banyak bicara. Meski ada hubungan ipar, Sri Gampil dan Putu Sekar juga tidak saling bercerita dan bertukar pikiran. “Jarang juga saya ke sana, dia juga tidak pernah ke sini (rumah Sri Gampil). Orangnya memang agak tertutup,” kenangnya.

Sri Gampil menyebutkan, pihak keluarga saat ini masih menunggu kedatangan anak tiri korban, I Made Ngurah Suarjana, yang tinggal di Sulawesi untuk upacara pecaruan dan pemakaman jenazah almarhum. Selain itu, jenazah korban belum dipulangkan dari rumah sakit, sembari menunggu kepulangan Made Ngurah Suarjana.

Sementara itu, kakak korban Putu Sekar, yakni Desak Made Liarmi, menceritakan saat menemukan adiknya tergeletak tewas bersimbah darah di lantau warungnya, Senin siang pukul 14.00 Wita, dia bermaksud membeli dedak. Desak Liarmi yang tak pernah menikah hingga usia 63 tahun, setiap malam menginap di rumah korban sejak 4 bulan terakhir, sekadar untuk menemaninya tidur. Desak Liarmi biasanya datang ke rumah korban petang hari pukul 18.00 Wita dan pulang keesokan paginya pukul 06.00 Wita.

 “Pas kejadian, saya sudah pulang. Waktu mau kasi makan babi, dedaknya kebetulan habis, sehingga saya ke warung adik saya (korban) untuk beli dedak. Untung saya ke warung. Kalau tidak, bisa malamnya baru ketahuan adik saya meninggal,” tutur Desak Liarmi yang ditemui NusaBali di rumah Made Sri Gampil, Selasa kemarin.

Menurut Desak Liarmi, adiknya tidak pernah mengeluh ada masalah apa pun, sampai kemudian ditemukan tewas dibunuh perampok. “Dia memang tidak pernah cerita ada masalah apa. Semuanya bai-baik saja. Kalau saya datang menginap ke rumahnya, biasa langsung tidur, paginya pulang lagi,” jelas Desak Liarmi. *k23

Komentar