nusabali

Plan Demi Eksistensi Kesenian Bali dari Dampak Pandemi Virus Covid 19

  • www.nusabali.com-plan-demi-eksistensi-kesenian-bali-dari-dampak-pandemi-virus-covid-19

Dampak dari merebaknya Virus Covid 19, dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Dunia. Di Bali, sector pariwisata yang menjadi tulang punggung masyarakat Bali, luluh lantak akibat terjangan Virus Covid 19 ini. Seketika pariwisata terdiam, layaknya denyut jantung yang melemah.

Sanggar Seni Kebo Iwa

Ditikam belati tajam hingga lumpuh berdarah. Segala perencanaan dari berbagai agenda kehidupakan yang direncanakan dari tahun sebelumnya, berbalik 180 derajat. Di Bali khususnya, terjadi peralihan rencana kegiatan hingga terjadi penundaan secara besar-besaran. Terjadi pembatasan kegiatan masyarakat, baik dalam bepergian, hingga aktivitas adat, seni, dan budaya.

Agenda kegiatan yang biasanya terjadi setiap bulan Maret yakni tepatnya dalam menyambut pergantian tahun Caka, Melasti, dan Pengerupukan merupakan alah satu ladang berkesenian, dimana seniman-seniman Bali menunjukan eksistensinya. Melalui kegiatan tersebut, muncul berbagai ide-ide dari intuisi baik dari perupa-peruba Bali yang diwujudkan dalam media seni patung yakni dalam pembuatan ogoh-ogoh, seniman Karawitan dalam menciptakan iringan gamelan Melasti, iringan arak-arakan ogoh-ogoh, seniman tari yang mengkreasikan diri melalui pragmentari. Semua tiba-tiba terhenti. Semangat yang menggebu-gebu untuk menyambut pergantian Tahun Caka, ditiadakan akibat berita merebaknya virus Covid 19 melalui media-media social yang memicu kekawatiran, dan dikawatirkan menyebar oleh pejabat-pejabat kita. Tak jarang, masyarakat Bali juga merasakan hal yang sama. Akibatnya, kegiatan perayaan tersebut dihentikan. Namun, kegiatan adat dan agama tetap berlangsung meski dengan petunjuk pola protokol kesehatan.

Di Tahun 2020 ini, agenda besar seperti Pesta Kesenian Bali (PKB) yang menjadi wadah seniman Bali, Nasional, bahkan Dunia untuk berkreativitas juga ditiadakan. Dasar pertimbangannya adalah aspek kerumunan masa, aspek etika, ataupun hal-hal lain yang menyangkut kesehatan dan keselamatan bersama. Dari informasi yang beredar, anggaran Dana kegiatan PKB dialihkan ke kegiatan penanganan korban COVID 19 di Bali. Ditiadakannya kegiatan ini juga berdampak bagi seniman-seniman kita semua. Bila dilihat proses pengerjaan maupun penggarapan materi sajian PKB, sudah ada yang berjalan. Namun harus terhenti ataupun ditunda hingga tahun depan.

Tatanan baru dalam berkesenian sudah dirancang dan dicetuskan oleh Pemerintah Provinsi Bali sebagai hasil diskusi dan pertimbangan yang dilakukan bersama Dinas Kebudayaan Kota dan Kabupaten yang ada di Bali melalui dikeluarkannya SURAT EDARAN NOMOR 3355 TAHUN 2020 Tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru yang didalamnya merujuk Pada Sektor Kegiatan Seni dan Budaya.

Selain itu, dalam aspek kegiatan kesenian di Bali, semenjak maraknya wabah Covid 19 ini, pelaku seni mengalami dampak yang berujung pada aktivitas berkesenian dan senimannya sendiri. Seniman yang hanya menghandalkan kegiatan pariwisata dari penyajian kesenian di hotel-hotel, villa, maupun tempat-tempat lainnya, terhenti sehingga mereka tidak mendapatkan penghasilan untuk menopang hidupnya. Akibatnya, tak jarang dari mereka yang merubah profesinya menjadi penjual makanan secara on line, bertani, membuka usaha kecil, kuliner, demi sesuap nasi untuk bertahan hidup. Mungkin kegiatan itu berbanding terbalik dengan keprofesiannya sebagai seniman. Apa boleh daya, itulah perjuangan yang mereka lakukan.

Seniman dalam berkreativitas seni tidak pernah diam. Akan selalu ada ide kreatif yang mereka lakukan. Media Virtual yang menjadi trending saat ini dimanfaatkan juga untuk berkreativitas. Ada seniman yang melakukan konser online dalam berkreasi seni, guna menunjukan eksistensi dan income materi yang didapatkan. Ada juga yang melakukan kelas-kelas daring untuk mengajar kesenian kepada anak-anak didiknya.

Perhatian akan nasib seniman Bali nampaknya sudah mulai digagas dan menjadi diperhatikan oleh pengambil kebijakan, baik dari Gubernur Bali yang mengeluarkan Surat Edaran No. 7194 Tahun 2020 Tentang Panduan Tindak Lanjut Terkait Penjegahan Virus Covid 19 di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, maka Pelaksanaan Kegiatan Peragaan dan Pementasan Seni Dilaksanakan dam Bentuk Media Virtual. Kesenian Virtual terorganisir melalui Dinas Kebudayaan Provisi Bali. Kegiatan ini menjadi salah satu media dan ajang bagi seniman-seniman Bali untuk selalu bergerak, berkreatifitas, dan menjaga keseniannya. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mengagendakan kegiatan ini yang berlangsung dari bulan Juli hingga September. Ada tiga lokasi yang ditetapkan menjadi objek berkreativitas yakni, Musium Le Mayour, Taman Budaya Art Centre, dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi). Seluruh sanggar-sanggar, sekaa, komunitas, yayasan, yang ada di masing-masing kabupaten dan kota di Bali. Mereka berkesempatan untuk ambil bagian pada kegiatan ini. Mereka diwajibkan mengirimkan proposal yang nantinya akan dikoreksi oleh Tim Kurator dari Dinas Kebudayaan. Bagi yang dinyatakan lulus, akan didanai kegiatan kreativitas seninya senilai Rp. 10.000.000 per sekaa/yayasan/sanggar. Akhir dari kegiatan ini adalah penyajian karya seni melalui media Virtual yang diunggah melalui akun-akun sosial media seperti; YouTube, Instagram, Face Book, dan Whatsapp dengan tetap mematuhi petunjuk protokol kesehatan.

Dalam situasi seperti sekarang ini, kegiatan ini sangat relevan dilakukan guna menunjang kehidupan para seniman dan eksistensinya dalam berkarya seni. Lalu bagaimana dengan Kabupaten-kabupaten, Kota yang lain dalam membuat program untuk menjaga keberlangsungan berkesenian itu untuk hidup? Diperlukan keseriusan dan program yang matang untuk memberikan peluang kepada seniman-seniman kita untuk terus berkarya. Seniman dan hasil karya seninya merupakan salah satu barometer kemajuan Seni dan Budaya Bali. Sebagai instansi seni, Dinas Kebudayaan Kabupaten, Kota memiliki andil untuk membuat gagasan, ide, program, untuk menyikapi Pandemi ini menjadi Plan demi eksistensi seni budaya Bali dan juga senimannya. Kita bersama harus memikirkan strategi apa yang harus kita rancang hari ini bahkan kedepannya. Jangan terbelenggu oleh materi secara finansial. Kita semua yakin Kabupaten, Kota, mampu untuk membuat terobosan-terobosan baru untuk memajukan seni, adat, dan budaya di tengah Pandemi ini. Kita tidak tahu kapan semua ini akan berakhir, namun pemerintah instansi-instansinya diharapkan mampu mendorong, mensuport seniman, praktisi-praktisi seni untuk berkreativias. Semoga terlahir gagasan baru untuk para seniman yang dapat kita nikmati melalui karyanya.

Akan hal itu, seniman dengan intuisinya akan selalu bergerak menemukan sesuatu yang baru. Berkarya seni secara mandiri mutlak dilakukan. Dalam situasi sekarang ini, juga diperlukan kreativitas yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Seperti; penggalian warisan leluhur, menulis, dokumentasi, rekontruksi, dan maupun pemberian penghargaan kepada seniman tua. Dari kegiatan tersebut, walaupun secara materi belum kita dapatkan, namun pengetahuan, pengalaman, kedekatan emosional, dengan seniman tua justru merupakan karma dari hidup. Mari terus berkarya, berbuat, dan jujur dari hati untuk mewarisi kesenian ini. Gerak seniman tidak akan pernah terhenti. Gajah Mati Meninggalkan Gading, Seniman Mati Meninggalkan Karyanya. Salam Budaya. Rahayu.


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar