nusabali

Pariwisata Lesu, BUMDes Ambengan Garap Usaha Dupa

  • www.nusabali.com-pariwisata-lesu-bumdes-ambengan-garap-usaha-dupa

Unit usaha yang sebelumnya terkait pariwisata babak belur selama empat bulan terakhir sehingga memerlukan inovasi.

SINGARAJA, NusaBali

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Giri Sedana, Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, kini menggarap usaha pembuatan dupa. Unit bisnis ini mulai dikembangkan lantaran lesunya sektor pariwisata selama pandemi Covid-19. Sejumlah destinasi wisata di Desa Ambengan yang dikelola di bawah naungan BUMDes Giri Sedana, tutup total sejak Maret 2020.

Sekretaris BUMDes Giri Sedana I Nyoman Nova Suparta mengakui, penutupan sejumlah destinasi wisata selama pandemi hampir empat bulan ini, berimbas terhadap pendapatan BUMDes Giri Sedana. Karena unit usaha yang dikembangkan didominasi sektor pariwisata. Antara lain, pengelolaan destinasi Air Terjun Jembong, Air Terjun Blue Lagoon, Air Terjun Aling-aling, serta wisata lainnya.

Sejumlah destinasi wisata yang dikelola bersama Darma Wisata Desa Ambengan selama ini menyumbangkan sebagian besar pendapatan BUMDes Giri Sedana. "Pendapatan dari wisata hampir nol. Sebelumnya, tiap destinasi wisata per bulan menyumbangkan sedikitnya Rp 14 juta untuk pendapatan BUMDes," ujarnya, Minggu (5/7).

Untuk mengisi kekosongan pendapatan, BUMDes yang didirikan tahun 2019 ini mulai menjajaki unit usaha lain yakni pembuatan salah satu prasarana upakara sejak awal April 2020. Modal awal Rp 1 juta untuk membeli bahan baku. "Dengan mengembangkan usaha pembuatan dupa bisa mendapatkan pendapatan di BUMDes Giri Sedana, mengingat selama pandemi pendapatan dari wisata hampir tidak ada," ujarnya lagi.

Nova Suparta menjelaskan, ide usaha pembuatan dupa sejatinya sudah direncanakan sejak lama. Pihak BUMDes mengajukan proposal untuk pengadaan alat pembuat dupa senilai Rp. 50 juta ini ke Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Provinsi Bali pada November 2019 lalu. Namun lantaran belum ada tenaga yang bisa mengoperasikannya, alat tersebut terpaksa harus disimpan dulu.

Alat tersebut saat ini sudah digunakan membuat ribuan batang dupa dengan melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Ambengan setelah sebelumnya diikutkan dalam pelatihan pembuatan dupa. Dalam sehari BUMDes Giri Sedana mampu memproduksi hingga 30 kilogram dupa dengan berbagai ukuran dan kemasan. "Untuk ukurannya bervariasi mulai dari 16 hingga 28 centimeter. Kemasannya, ada yang beratnya 2 ons, 5 ons, setengah kilogram hingga 1 kilogram," bebernya.

Dupa yang dikemas dengan merek 'Lotus' ini djual seharga Rp 10.000 - Rp 35.000. Sementara ini dupa tersebut hanya dipasarkan di kawasan desa yang dihuni oleh 1.219 KK ini. "Permintaan terus meningkat, bahkan kemarin ada yang meminta 100 kg, namun belum bisa kami penuhi mengingat keterbatasan tenaga. Jadi sementara hanya bisa memenuhi untuk di wilayah desa Ambengan saja," ucap pria yang pernah bekerja sebagai PMI (pekerja migran Indonesia) ini.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Ambengan Ni Luh Putu Suastini menjelaskan, pembuatan dupa dikerjakan mulai pukul 08.00 Wita - 16.00 Wita. Dalam sehari pembelian dupa di tempatnya mencapai 15 kilogram. Namun permintaan dupa saat ini terus meningkat hingga 25 kg, karena menjelang hari raya umat Hindu, antara lain Pagerwesi. Bahkan stok dupa yang biasanya disimpan juga terpaksa dijual.

Dia menyampaikan bahan baku dupa yakni serbuk kayu cendana dan batang bambu China masih didatangkan dari Desa Kubutambahan dan Kota Denpasar. "Ada tiga jenis serbuknya, warna coklat, coklat tua, dan hitam. Masing-masing berbeda, ada yang campuran serbuk arang dan ada yang tidak. Sedangkan yang diminati tergantung selera mereka masing-masing. Ada yang suka yang warna coklat, ada juga yang hitam," tutur Suastini.

Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, pihaknya bersama BUMDes berencana menambah tenaga kerja untuk membantu menambah kapasitas produksi. Sehingga nantinya dupa tersebut bisa lebih luas dipasarkan tidak hanya di Desa Ambengan saja. "Astungkara nanti mungkin kami latih juga dari anggota KWT lainnya, sehingga bisa menambah produksi," tutupnya.*cr75

Komentar