nusabali

Pamangku Pakai APD, Sembahyang Saraswati Terapkan Protokol Covid-19

  • www.nusabali.com-pamangku-pakai-apd-sembahyang-saraswati-terapkan-protokol-covid-19

Pamangku Pakai APD, Sembahyang Saraswati Terapkan Protokol Covid-19

DENPASAR, NusaBali
Persembahyangan Hari Suci Saraswati yang jatuh pada, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (4/7) di Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar digelar dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat sebagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pamangku tampak memakai alat pelindung diri (APD) seperti masker dan face shield. Pamedek yang masuk ke dalam pura juga dibatasi maksimal 50 orang saja. Namun penerapannya masih belum semulus yang diharapkan. Pamedek yang akan masuk Pura malah berkerumun, mereka antre tanpa menerapkan social distancing (jaga jarak).

Dari pantauan NusaBali, sekitar pukul 09.30 Wita, pamedek yang tangkil ke Pura Jagatnatha awalnya tidak terlalu banyak, protokol kesehatan bisa terlaksana dengan baik. Namun, semakin siang sampai sekitar pukul 11.00 Wita, Pamedek yang berada di luar untuk mengantre masuk semakin banyak. Walau mereka diwajibkan cuci tangan dan cek suhu tubuh, namun mereka tidak menerapkan protokol social distancing yang membuat pecalang kewalahan.

Penua Pecalang Desa Adat Denpasar, Made Mudra, saat ditemui di lokasi mengaku cukup kewalahan memberikan peringatan kepada kerumunan pamedek yang datang. Mereka malah ingin saling lebih dulu masuk ke dalam Pura. Padahal kata dia, waktu untuk persembahyangan masih panjang. "Kami sudah berjaga, mengingatkan, mensosialisasikan tetapi pamedek yang masuk ramai, tidak mau antre," kata Made Mudra.

Pihaknya sudah mengimbau agar mereka tetap melakukan proses protokol kesehatan mulai dari cuci tangan, memakai masker, cek suhu tubuh dan melakukan social distancing. Namun yang menjadi permasalahan adalah social distancing-nya. "Mereka rela panas-panasan untuk antre masuk. Tapi antrenya tidak berbaris malah mereka berkerumun. Tim kami berkali-kali memperingatkan," jelasnya.

Dengan mereka memaksa berkerumun panas-panasan, akibatnya suhu tubuh mereka malah naik. Sehingga beberapa pamedek yang suhu tubuhnya mencapai 38 derajat tidak diperbolehkan masuk ke dalam pura. Mereka diberikan jeda untuk istirahat sambil berteduh agar suhu tubuh kembali normal.

Sementara, Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar, Raka Purwantara, mengungkapkan, persembahyangan saat ini sudah mengacu pada surat Kementerian Agama nomor 15 tahun 2020 bahwa untuk semua tempat ibadah melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. Dengan pembatasan tempat persembahyangan ada pembatasan mereka untuk kontak langsung dengan pamedek lainnya.

Selain penerapan protokol kesehatan pihaknya juga membatasi pamedek masuk ke areal pura. "Mereka yang masuk bergantian. Kami batasi 50 orang agar tidak berdesakan. Jadi setelah 50 orang sisanya di luar dulu tidak diperbolehkan masuk. Mereka sebelum masuk wajib masker, cuci tangan dan cek suhu tubuh. Selain itu Pamangku juga kami berikan perlengkapan alat pelindung diri (APD) berupa masker dan face shield," jelas Raka Purwantara.

Suasana berbeda saat Hari Suci Saraswati yang merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan ini di sekolah-sekolah, juga berbeda kali. Padahal biasanya persembahyangan Saraswati diikuti oleh ratusan siswa, guru dan pegawai dengan sejumlah rangkaian ritual upacara keagamaan.

"Persembahyangan Hari Saraswati kali ini memang cukup berbeda dari pelaksanaan yang kami lakukan sebelumnya. Khususnya terkait dengan penerapan protokol kesehatan saat rangkaian upacara di sekolah," ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMK Pariwisata Dalung, Badung, Ni Luh Erawati, di Badung, Sabtu kemarin dilansir antara.

Di tengan pandemi Covid-19 saat ini, persembahyangan diselenggarakan secara sederhana dan hanya diikuti oleh 25 orang peserta yang terdiri dari perwakilan siswa, guru dan pegawai sekolah. Seluruh peserta ritual upacara juga wajib mengikuti berbagai protokol kesehatan, seperti wajib mengenakan masker, mencuci tangan di wastafel yang telah disediakan serta mengikuti skema physical distancing yang sudah diatur menggunakan stiker penanda pengaturan jarak. Selain itu, seluruh peserta upacara juga wajib menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan untuk petugas yang berinteraksi dengan peserta upacara lainnya mengenakan face shield atau pelindung wajah, serta sarung tangan.

"Mungkin melakukan sembahyang dengan menggunakan alat pelindung diri ini masih belum terbiasa, tapi ini tidak mengurangi makna dari persembahyangan dan memang harus dilakukan untuk mencegah virus Corona," katanya. *mis

Komentar