nusabali

Petani Kopi Terimbas Bantuan Paket Sembako

  • www.nusabali.com-petani-kopi-terimbas-bantuan-paket-sembako

DENPASAR, NusaBali
Program-program bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak Covid-19 memberi imbas positif bagi pelaku UMKM.

Terutama pelaku UMKM yang memproduksi bahan kebutuhan pokok, termasuk di antaranya produksi kopi olahan. Kalangan pelaku UMKM kopi mengaku serapan produksinya terbantu karena adanya permintaan dadakan tersebut. “Astungkara setelah dua bulan merosot, kini ada permintaan kopi,” ujar I Komang Sukarsana, salah seorang petani kopi asal Kintamani Bangli, Rabu (1/7).

Volume permintaan tersebut lumayan banyak yakni 5 ton kopi bubuk. Menurut Sukarsana  pesanan kopi bubuk sebanyak 5 ton signifikan dan tentu mengembirakan. Setidaknya bisa membantu petani kopi yang sebelumnya ikut terpuruk pemasarannya, baik pasaran ekspor maupun pasar lokal akibat pandemi Covid-19 .

Mesin-mesin penggilingan kopi yang sempat setop beroperasi kini aktif kembali. Demikian juga aktivitas kopi di hulu ikut meningkat, khususnya panen dan kegiatan turunannya.  “Walau tidak rutin namun cukup membantu, sehingga kami jadi optimis,” ujar Sukarsana.

Sukarsana  menyatakan permintaan kopi tersebut  berkaitan dengan program -program  bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak Covid-19. Sebagaimana diketahui bantuan- bantuan yang di antaranya banyak berupa paket bahan kebutuhan pokok. Item dari paket tersebut selain beras adalah kebutuhan konsumsi lain lain. Kopi atau bubuk kopi di antaranya. “Ini menunjukkan konsumsi kopi meningkat selama lebih banyak tinggal di rumah  karena pandemi Covid-19,” ucapnya.

Untuk memenuhi pesanan tersebut, Sukarsana menyatakan beberapa kelompok tani di kawasan sentra kopi di Bali diajak serta. Salah satunya di kawasan Wanagiri, Buleleng. “Kami mengajak para petani kopi hutan yang cakupannya mencapai 50 hektare,” terangnya.

Secara produksi volume kopi hutan dibawah produksi kopi pola intensif atau perkebunan. Namun produksi kopi hutan merupakan salah satu jenis kopi organic yang menjadi salah satu trend dalam bisnis perkopian. Itulah satu keunggulan dari produksi kopi hutan. “Kami juga melibatkan Bumdes untuk untuk pengadaan kopi ini,”ujarnya.

Sebelumnya akibat pandemic Covid-19, sub sektor perkopian juga terimbas. Mulai dari pengusaha dan petani mengalami kesulitan. Serapan pasar lokal untuk konsumsi menurun salah satunya karena sektor pariwisata anjlok. Itu ditunjukkan tutupnya gerai kopi, roaster, villa dan hotel. Ekspor juga tidak ada.

Padahal di pihak lain mulai Juni merupakan musim panen kopi, sehingga stok kopi dipastikan meningkat. “Kita harus berusaha agar bisa bertahan. Teman- teman banyak menjual kopi bubuk atau kopi siap saji,” ucap Sukarsana. *k17

Komentar