nusabali

Ekspor Gazebo Belega Mati Suri

Bilah Bambu Dijual untuk Rangka Layangan

  • www.nusabali.com-ekspor-gazebo-belega-mati-suri

GIANYAR, NusaBali
Pandemi Covid 19 sejak pertengahan Februari 2020  membuat ekspor gazebo (balai bengong dari bambu) mati suri

Bahkan gazebo yang sudah selesai digarap terpaksa digudangkan karena tidak bisa dikirim ke negara tujuan ekspor.  Menyiasati kelesuan ekspor, hampir semua pekerja kerajinan bambu menjual bilah bambu sebagai bahan layang-layang. Bambu yang digunakan adalah bambu petung ukuran besar dan yang sudah tua. Salah satu penjual bilah bambu layangan asal Banjar Kebon Kaja, Desa Belega, Wayan Sukarma menyebutkan bambu bahan gazebo terpaksa dijual untuk bilah layangan. "Kami disini memanfaatkan peluang, bambunya kami jual untuk bahan layangan," jelas Wayan Sukarma, Selasa (30/6).

Bilah bambu didatangkan dari Kabupaten Tabanan dan dijual dengan berbagai ukuran panjang. "Per bilah yang pendek dijual Rp 20.000 dan ada yang sampai Rp 50.000," jelasnya. Disebutnya, bambu tersebut untuk bahan gazebo, namun karena dijual bilahan dan permintaan banyak, maka dijual saja. Selain menjual bilahan bambu, Sukarma bersama putranya, Putu Dedi Gunawan membuat layang-layang jenis Celepuk dan Bebean. "Sorenya sehabis jualan, kami sekeluarga membuat layangan, ada sejumlah pesanan dari kabupaten lain, " jelas Dedi Gunawan.

Bahkan, penjualan katik sate untuk upacara juga mengalami kelesuan penjualan. Disebutnya, upacara yadnya sangat menurun penyelenggaraannya, sampai jualan katik sate juga mengalami kelesuan. Sedangkan layangan Celepuk yang kecil dijual Rp 25.000 sampai Rp 35.000 per buah. Sedangkan layangan Bebean dijual paling murah Rp 25.000 - Rp 100.000, tergantung ukuran. "Kami memanfaatkan situasi, kebetulan musim layangan, kami beralih profesi sementara," jelasnya.

Perbekel Belega Ketut Trisnu Jaya mengapresiasi warganya yang bisa mendulang rupiah di masa pandemi. Dikatakan, ada sekitar 75 pekerja bambu untuk gazebo diistirahatkan, sehingga kini beralih menjual bilah bambu dan layangan. "Pekerja gazebo bambu ada yang dari NTT, Lombok dan sekitar Bali, semua dipulangkan, sehingga beralih membuat layangan," jelas Trisnu Jaya. Dengan mengambil peluang yang ada, sehingga mampu menghidupi keluarga.

Diakuinya, ekspor kerajinan bambu Belega saat ini ada pada titik nol. "Ekspor kerajinan bambu sudah mati suri, hampir semua eksportir merumahkan karyawannya, " beber Trisnu Jaya. Walau demikian, warganya bisa mengambil peluang, sehingga tidak menganggur sama sekali. Dikatakannya lagi Desa Belega yang sampai saat ini zero kasus Covid 19, seluruh elemen bersatu melakukan protokol kesehatan. *nvi

Komentar