nusabali

Industri Hotel Baru Bisa Bangkit di 2021

  • www.nusabali.com-industri-hotel-baru-bisa-bangkit-di-2021

Okupansi banyak didorong oleh perjalanan udara. Namun perjalanan udara juga terbebani dengan biaya rapid test dan swab test.

JAKARTA, NusaBali

Pandemi Covid-19 membuat industri perhotelan yang menggantungkan hidup pada pergerakan orang terkatung-katung. Hingga akhir tahun, pertumbuhan industri hotel dan restoran diperkirakan masih melemah. Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyatakan, potensi okupansi hotel untuk saat ini masih berkisar di level 20 hingga 30 persen saja, itu pun untuk hotel yang terletak di kawasan destinase wisata. Untuk hotel biasa, pertumbuhannya diperkirakan hanya berada di level single digit.

Adapun, hal itu disebabkan oleh masyarakat yang belum berani keluar rumah terutama untuk berlibur. "Karena meskipun PSBB dilonggarkan, orang-orang masih takut untuk keluar rumah kecuali kalau terpaksa perjalanan bisnis. Keluarga kalau mau jalan-jalan itu masih mengandalkan tempat yang nggak jauh," kata Maulana dikutip laman Liputan6.com, Senin (29/6).

Maulana melanjutkan, okupansi hotel di seluruh Indonesia sangat dipengaruhi perjalanan orang dari jalur udara. Hingga saat ini saja, pergerakan orang masih belum signifikan. Bahkan untuk bepergian dengan pesawat, penumpang harus merogoh kocek lebih dalam untuk rapid test dan PCR test.  "Mau terbang saja kan mahal, harus ada rapid test, PCR, kalau bukan untuk berbisnis, orang-orang masih enggan, kalau untuk berlibur, keluarga-keluarga masih memanfaatkan tempat-tempat yang bisa dijangkau kendaraan darat," katanya.

Selain mengandalkan pergerakan orang jarak jauh, okupansi hotel juga bergantung pada perjalanan dinas pemerintah, yang kontribusinya mencapai 30 hingga 50 persen terhadap keterisian hotel secara keseluruhan. "Tapi 6 bulan ke depan, kemungkinan besar pemerintah nggak akan melakukan perjalanan dinas, karena pemerintah sudah merancang 6 bulan ke depan kondisi harus seefisien mungkin, jadi ekspektasinya, kondisi hotel mungkin bisa bangkitnya tahun depan," jelasnya.

Sementara untuk restoran, Maulana mendapatkan kabar dari pengelola mall bahwa okupansi pusat perbelanjaan masih minim, sekitar 20 persen dari 50 persen yang dibatasi. Dengan demikian, hal itu juga bergantung kepada keterisian restoran yang ada di mall. Hal yang sama juga terjadi di restoran yang berdiri di atas bangunan sendiri. Biasanya, pemesanan makanan dalam jumlah banyak dilakukan oleh pegawai kantor yang terbiasa makan siang bersama-sama di sela waktu kerja atau catering untuk acara kantor. "Tergantung dari pergerakannya, kantor sekarang sudah mulai masuk tuh. Namun untuk recoverynya, memang semuanya ini saling berkaitan," ujarnya. *

Komentar