nusabali

Galakkan Inovasi ‘Sambuk Matah’ Demi Lingkungan Bersih-Sehat

Desa Punggul, Abiansemal Masuk Nominasi Nasional Lomba Kesatuan Gerak PKK KKBPK-Kesehatan 2020

  • www.nusabali.com-galakkan-inovasi-sambuk-matah-demi-lingkungan-bersih-sehat

‘Sambuk Matah’ (Sampah Bukan Musibah, tetapi Berkah) mencakup beberapa inovasi yang digalakkan dalam penanganan sampah desa. Selama ini, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung punya motto ‘Sampah Desa, Tuntas di Desa’

MANGUPURA, NusaBali

Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung menorehkan prestasi tingkat nasional. Tim Penggerak (TP) PKK Desa Punggul berhasil masuk nominasi dalam Lomba Kesatuan Gerak PKK Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pem-bangunan Keluarga (KKBPK)-Kesehatan Tahun 2020 untuk kategori Lomba Li-ngkungan Bersih dan Sehat (LBS). Salah satu inovasi yang digalakkan Desa Punggul di bawah Perbekel Kadek Sukarma SKom, 47, hingga masuk nominasi nasional adalah ‘Sambuk Matah’ (Sampah Bukan Musibah, tetapi Berkah).

Selain Desa Punggul, sejumlah desa di Indonesia yang juga berhasil masuk nominasi nasional lomba LBS Kategori Kabupaten adalah Desa Nagari Palangki (Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat), Desa Sidomulyo (Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bambu, Kalimantan Selatan), Desa Prupuh (Kecamatan Penceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur), Desa Karya Mekar (Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung), dan Desa Girikerto (Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Jogjakarta).

Sedangkan untuk nominasi lomba LBS Kategori Kota, yang masuk nominasi nasional adalah Kelurahan Gampong Geuceu Kayo Jato (Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, Aceh), Kelurahan Kubang Utara Sikabu (Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawah Lunto, Sumatra Barat), Kelurahan Cilangkap (Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta), Kelurahan Perumnas Rahma (Kecamatan Lubuk Linggau Selatan, Kota Lubuk Linggau, Sumatra Selatan), dan Kelurahan Jagalan (Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerta, Provinsi Jawa Timur).

Kepala Desa (Perbekel) Punggul, Kadek Sukarma, mengatakan Tim Penggerak (TP) PKK Desa Punggul masuk dalam nominasi lomba LBS tersebut berdasarkan seleksi administrasi, laporan lomba, dan hasil rapat tim penilai lomba dari pusat. “Nominasi tersebut diumumkan dalam surat Tim Penggerak PKK Pusat tertanggal 9 Juni 2020. Nah, Desa Punggul masuk nominasi di urutan pertama,” ungkap Kadek Sukarma saat dikonfirmasi NusaBali, beberapa hari lalu.

Sukarma mengungkapkan, prestasi tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi Desa Punggul di tengah pandemi Covid-19. Menurut Sukarma, Desa Punggul mampu meraih prestasi tingkat nasional atas kerja keras bersama, dengan dibimbing langsung tim dari Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, dan Provinsi Bali. “Tanpa bimbingan itu, tidak mungkin kita tidak bisa berada sampai di titik ini. Jadi, ini adalah prestasi kita bersama,” jelas Sukarma yang juga Ketua Forum Komunikasi Perbekel Kabupaten Badung.

Sukarma mengisahkan, perjalanan panjang Desa Punggul masuk nominasi dalam Lomba Kesatuan Gerak PKK KKBPK-Kesehatan Tahun 2020 untuk kategori Lomba LBS (Lingkungan Bersih Sehat) tersebut juga tidak lepas dari prestasi selama ini. Sebelummya, Desa Punggul adalah Pelaksana Terbaik Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS) Provinsi Bali Tahun 2020. Sebelum menjadi yang terbaik tingkat Provinsi Bali, Desa Punggul lebih dulu meraih piagam penghargaan dari Bupati Badung sebagai ‘Role Model Desa Mandiri’ dengan Kinerja Tinggi Tuntas dalam Penerapan Pola 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Tahun 2019.

“Karena prestasi itu, Desa Punggul lolos sebagai wakil Bali dalam Lomba Kesatuan Gerak PKK KKBPK-Kesehatan Tahun 2020. Desa Punggul kemudian masuk dalam nominasi khusus untuk kategori Lomba Lingkungan Bersih Sehat,” papar Sukarma.

Disebutkan, dalam upaya mewujudkan lingkungan bersih dan sehat, pengelolaan sampah keluarga menjadi salah satu kebijakan dari pemerintah Desa Punggul. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung program pemerintah yaitu mewujudkan Bali Bersih dan Hijau (Bali Clean and Green). Dengan menggunakan teknologi digital, Desa Punggul mampu berinovasi dalam hal memenuhi tujuan utama pelaksanaan lingkungan bersih dan sehat, dengan inovasi yang disebut ‘Sambuk Matah’ (Sampah Bukan Musibah, tetapi Berkah).

‘Sambuk Matah’ mencakup beberapa inovasi yang kini digalakkan di Desa Punggul dalam penanganan sampah desa. “Kami punya motto ‘Sampah Desa, Tuntas di Desa’. Makanya, kami berupaya semaksimal mungkin bagaimana mengolah sampah supaya tuntas di desa,” tandas Sukarma.

“Ini juga sejalan dengan program Bupati yang tertuang dalam Peraturan Bupati Ba-dung Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik dan Peraturan Bupati Badung Nomor 48 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle melalui Bank Sampah,” lanjut ayah empat anak dari pernikahannya dengan Ni Kadek Sunarti ini.

Beberapa inovasi dimaksud, meliputi pertama, Bank Sampah. Di Desa Punggul telah terbentuk 5 Bank Sampah, yakni Bank Sampah Mangu Srikandi Banjar Kelodan, Bank Sampah Mangu Srikandi Banjar Trinadi, Bank Sampah Mangu Srikandi Banjar Tengah, Bank Sampah Mangu Srikandi Banjar Padang, dan Bank Sampah Mangu Srikandi Banjar Teguan. Tiap bank sampah banjar terdiri dari 5 orang pengurus, meliputi direktur, sekretaris, bendahara, pemilah, dan penimbang.

Kedua, Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Punggul Hijau, yang dibangun di atas tanah seluas 10 are di wilayah Banjar Kelodan, Desa Punggul. Dengan adanya kebijakan Pemkab Badung, Desa Punggul telah mengadakan perjanjian kerja sama dalam pengelolaan sampah desa dengan BUMDes. “Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dikumpulkan oleh Bank Sampah, lalu dijual ke BUMDes, dan selan-jutnya diproses di TPS 3R,” terang Sukarma.

“Bahkan, Desa Punggul menyediakan Buku Tabungan Bank Sampah. Hasil olahan sampah plastik ini menghasilkan barang yang mempunyai nilai ekonomis, seperti tas, suvenir, piala, cinderamata, patung, hiasan dinding, topeng, dan karya kreatif lainnya,” lanjut suami dari Ni Kadek Sunarti, yang kini menjabat Ketua Tim Peng-gerak PKK Desa Punggul.

Ketiga, pembangunan Tong Edan. Tong Edan adalah sebuah tong yang terbuat dari bak komposter, merupakan tempat sampah yang digunakan untuk menampung sam-pah dapur/rumah tangga yang kemudian diolah menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Pengolahan pupuk ini merupakan inovasi unggulan Desa Punggul.

Cara kerjanya, sampah organik/sisa-sisa makanan basah berupa kulit buah, sisa sa-yur, sisa nasi, sisa kopi, dan sampah dapur lainnya dimasukkan ke dalam tong edan, lalu disemprotkan cairan yang diberi nama Liang (cairan yang berfungsi untuk me-nghilangkan bau dan mempercepat proses pembusukan). Setelah 3 minggu sampai 1 bulan, sampah tersebut dapat berubah serta menghasilkan pupuk cair yang dapat digunakan untuk pupuk tanaman. Sedangkan pupuk padat dapat digunakan sebagai kompos.

Inovasi keempat, Minyak Sereh. Minyak ini merupakan hasil pemanfaatan peka-rangan di wilayah Desa Punggul yang ditanami tanaman sereh oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Punggul. Selain bisa digunakan sebagai bumbu penyedap masakan, bisa juga diolah dan dikemas sebagai minyak esensial. “Jadi, menghasilkan olahan berupa Minyak Sereh Botol Hijau dan Minyak Lemongrass,” beber Perbekel dengan pendidikan terakhir S1 Teknologi Informasi ini.

Inovasi kelima, daur ulang sampah plastik menjadi baju khusus untuk pentas. Inovasi keenam, limbah kolam lele difermentasi menjadi pupuk organik untuk tanaman hidropomik. Inovasi ketujuh, timbunan sampah liar diubah menjadi taman desa. Inovasi kedelapan, pembangunan taman telajakan. Inovasi kesembilan, pemanfaatan lahan kosong dijadikan Taman Tugu Pahlawan.

Inovasi ke-10, pengadaan pedestal dan tiang bendera. Inovasi ke-11, pembersihan drainase jalan lingkungan. Inovasi ke-12, pemasangan perangkap sampah di aliran sungai. Inovasi ke-13, penataan telajakan, halaman TK, dan PAUD Werdi Kumara Desa Punggul. Inovasi ke-14, Gebogan Bali yang terbuat dari buah lokal dan janur non plastik. Inovasi ke-15, Jumat Bebas Asap Rokok. Inovasi ke-16, sabun VCO, yakni sabun yang terbuat dari bahan minyak VCO dengan bahan baku kelapa yang terpilih. Inovasi ke-17, Liang yakni cairan yang dibuat oleh TP PKK Desa Punggul yang merupakan hasil fermentasi yang bermanfaat untuk menghilangkan bau dan mempercepat proses pembusukan pada sampah dapur.

Menurut Sukarma, 17 inovasi inilah yang dinilai oleh tim dari pusat, sehingga Desa Punggul ahirnya masuk nominasi Lomba Lingkungan Bersih Sehat. Karena Indonesia sedang pandemi Covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemerintah pusat memutuskan tidak ada pemenang/penghargaan Pakarti Utama/Pakarti Madya. Nominator juga tidak mendapatkan trofi/piala.

Kabupaten/Kota yang masuk nominasi, kata Sukarma, hanya akan diberikan piagam penghargaan. Bagi Sukarma, hal ini bukan masalah. Ajang lomba yang diikuti merupakan sebagai bentuk evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kesiapan desa menerapkan lingkungan bersih sehat. “Ini kita jadikan evaluasi, karena tujuan utama kita memang bukan semata-mata mencari piala atau sebuah penghargaan,” tegas Perbekel yang sempat menduduki sederet jabatan, seperti Direktur CV Agus Co-mputer Collage, Direktur PT Putra Rajawali, Manajer Koperasi Sinar Mulya, dan Wakil Ketua Akurindo Bali ini.

Meski begitu, Sukarma berharap dengan masuknya TP PKK Desa Punggul dalam nominasi nasional, PKK Desa Punggul lebih bersemangat dan terus meningkatkan inovasi-inovasi demi kemajuan desa. Prestasi ini tentu menjadikan kebanggaan tersen-diri bagi PKK Desa Punggul. “Selamat kepada Tim Penggerak PKK Desa Punggul telah meraih nominasi. Terima kasih kepada seluruh warga dan PKK di tingkat banjar yang terus mampu bekerja sama dengan baik,” katanya.

Desa Punggul sendiri sebelumnya sudah dinobatkan sebagai Desa Digital. Desa ini pun sudah memiliki sejumlah aplikasi khusus pelayanan publik. Desa Punggul kini menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Desa. Melalui aplikasi ini, cukup berbekal NIK KTP, semua data masyarakat sudah terekam. Desa Punggul berpenduduk 3.083 jiwa, terdiri dari 1.533 laki-laki dan 1.550 perempuan, yang tinggal di 5 banjar dinas, yakni Banjar Teguan, Banjar Padang, Banjar Tengah, Banjar Trinadi, dan Banjar Kelodan. *asa

Komentar