nusabali

Sanggar Qakdanjur Tampilkan Karya Gamut

  • www.nusabali.com-sanggar-qakdanjur-tampilkan-karya-gamut

202 sanggar atau kelompok seni se-Bali menjadi bagian dari program ‘Peragaan dan Pagelaran Seni via Virtual’ diselenggarakan Pemprov Bali.

DENPASAR, NusaBali

Peragaan ini serangkaian mewadahi kreativitas para seniman di tengah pandemi Covid-19. Salah satu dari 202 sanggar dimaksud yakni Sanggar Qakdanjur asal Sesetan, Kota  Denpasar.

Sanggar ini membawakan karya cukup kreatif, yakni gambelan mulut (gamut) dipadukan dengan alat musik genggong.Dalam karya tersebut, Qakdanjur merespon situasi sosial saat masyarakat harus tetap produktif dan kreatif agar bisa bertahan hidup.

Karya berjudul ‘Ayo Kreatif, Mari Produktif’ dipublish perdana di akun youtube Disbud Prov Bali, Sabtu (13/6),  menampilkan sosok Man Kenyung. Dia berjualan produk rumahan es daluman/cincau, lumpia, salad buah hingga sayuran demi kelangsungan hidup di masa pandemi. Kemudian ada juga sosok Gamut yakni pribadi yang kreatif mencipta Gamelan Mulut dengan gerak ‘agem lukus’ memberi energi baru untuk bersemangat. Dalam video tersebut juga diketengahkan alat musik genggong yang merupakan alat musik asal Banjar Pegok, Sesetan, Denpasar.

Pencipta karya gambelan mulut ‘Ayo Kreatif, Mari Produktif’, I Made Agus Wardana menuturkan, karyanya terinspirasi dari kondisi masyarakat saat ini, di mana banyak yang kehilangan pekerjaan kemudian berusaha membuat produk kreatif agar bisa dijual. Kondisi tersebut menyiratkan bahwa masyarakat tidak boleh menyerah dengan keadaan, kendati situasi belum kembali normal. Proses kreatif mulai dari mencari ide hingga pembuatan video memerlukan waktu sekitar sebulan. “Sebelumnya saya dikasitahu oleh Disbud Kota Denpasar untuk membuat karya inovatif yang ada kaitannya dengan Covid-19. Saya tergelitik saja melihat situasi yang berkembang di masyarakat, banyak anak-anak muda yang berhenti bekerja di hotel-hotel, justru sekarang produktif dan kreatif mereka membuat usaha. Mereka kreatif dan produktif di masa sulit. Proses berkarya saya ini dipengaruhi oleh fenomena itu,” ujar Made Wardana, Sabtu (13/6).

Pria yang akrab disapa Bli Ciaaattt ini menjelaskan, karyanya menggunakan gamelan mulut yang ditemukannnya pada tahun 2015. Gambelan jenis ini adalah memanfaatkan suara manusia yang meniru suara gamelan hingga mendekati suara gamelan itu sendiri. Uniknya, untuk menghasilkan gamelan mulut yang nyaris sama dengan gamelan sesungguhnya, Bli Ciaaattt harus juga sambil berekspresi. Gamelan mulut kemudian direkam menggunakan looper. “Kalau saya memainkan gamelan mulut itu tanpa ekspresi, sangat bero jadinya. Jadi visual, ekspresi, gerakan mata itu membantu membuat gamelan mulut menjadi berbeda. Sampai saat ini masih saya pelajari gamelan mulut ini,” jelasnya.

Bli Ciaaattt yang juga pernah tinggal selama 23 tahun di Belgia ini pun mengapresiasi program ‘Peragaan dan Pagelaran Seni via Virtual’ yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mewadahi kreativitas para seniman di tengah pandemik Covid-19. Menurutnya, ini bisa memotivasi para seniman terutama anak-anak muda untuk berkreativitas. “Banyak sekali seniman di media sosial, tapi tidak ada wadahnya. Misalnya, seniman upload karya di youtube pribadinya, kemudian dicopy orang, terus orang lain yang dapat untungnya. Padahal susah-susah berkarya. Nah, kalau konsep virtual ini saya sangat apresiasi. Seniman berkarya, kemudian diwadahi, dan diberikan pendanaan. Sekarang momentnya sangat baik, mudah-mudahan bisa berkelanjutan,” harap Wardana. *ind

Komentar