nusabali

PDIP Bali: Aspirasi Kader Jadi Masukan DPP PDIP

Cok Rat Dukung Jaya Negara-Arya Wibawa

  • www.nusabali.com-pdip-bali-aspirasi-kader-jadi-masukan-dpp-pdip

DENPASAR, NusaBali
Bergulirnya pasangan I Gusti Ngurah Jaya Negara-I Kadek Agus Arya Wibawa sebagai kandidat Calon Walikota (Cawali)-Calon Wakil Walikota (Cawawali) yang diusung PDIP di Pilkada Denpasar 2020, mendapat dukungan dari kader sepuh AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat.

Sementara, DPD PDIP Bali tegaskan aspirasi kader di bawah menjadi masukan bagi DPP PDIP dalam mengeluarkan rekomendasi paket calon. Cok Rat sepakat dengan kombinasi paket calon yang mempertimbangkan kewilayahan, sebagaimana pasangan Jaya Negara-Arya Wibawa. Menurut mantan Ketua DPD PDIP Bali ini, paket Jaya Negara-Arya Wibawa sebagai representasi kekuatan wilayah Denpasar Timur-Denpasar Selatan, masuk dari hitung-hitungan politik seperti yang dilontarkan anggota Dewan Pertimbangan Cabang PDIP Denpasar, I Ketut Ceteg Rurung. Pasalnya, untuk menggarap suara di Denpasar Selatan sebagai kecamatan dengan jumlah pemilih terbesar kedua setelah Denpasar Barat, patut diperhitungkan.

"Saya tidak berpihak kepada kandidat mana pun, saya tidak ada kepentingan. Rage sube tua (saya sudah tua). Pertimbangan kewilayahan masuk akal juga. Cuma, kan DPP PDIP yang harusnya segera menerbitkan rekomendasi. Apalagi, sudah tahapan Pilkada 2020 ini, supaya kader di bawah bisa secara pasti segera sosialisasi paket calon," jelas Cok Rat saat ditemui NusaBali di kediamannya di Puri Satria Den-pasar, Selasa (16/6).

Cok Rat menyebutkan, Kadek Agus Arya Wibawa yang dijagokan kalangans sesepuh PDIP sebagai kandidat Cawawali pendamping Jaya Negara, juga menjadi representasi regenerasi, selain mewakili kekuatan wilayah Denpasar Selatan. Menurut Cok Rat, politisi asal Desa Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini menjabat Sekretaris DPC PDIP Denpasar tersebut sudah sudah 4 periode duduk di DPRD Denpasar sejak tahun 2004.

"Sube pang domas dadi DPRD (sudah 800 kali jadi anggota DPRD, Red). Tapi, saya tegaskan kita tetap tunggu keputusan DPP PDIP.  Kalau sudah DPP PDIP memutuskan, di bawah pules (diam)," tandas mantan Bupati Badung 2000-2005 dan Ketua DPRD Bali 2009-2014 ini.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDIP Bali, I Gusti Ngurah Alit Kusuma Kelakan, mengatakan apa yang bergulir di bawah terkait dukungan terhadap Jaya Negara-Arya Wibawa sebagai representasi kewilayahan, akan menjadi masukan DPP PDIP dalam menerbitkan rekomendasi paket calon untuk Pilkada Denpasar 2020.

"Semua yang bergulir di bawah, termasuk aspirasi kader senior yang menginginkan paket Jaya Negara-Arya Wibawa, menjadi pertimbangan partai. Apa yang disampaikan kader senior di Denpasar tentang strategi kewilayahan, kita jadikan rujukan ketika menyampaikan pertimbangan di DPP PDIP," tegas Alit Kelakan saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Selasa kemarin.

Menurut Alit Kelakan, secara proses di organisasi atau mekanisme partai, nama-nama sudah diserahkan kepada DPP PDIP mengacu situasi yang berkembang di bawah. "Kita sudah setor nama-nama. Nah, siapa yang nanti direkomendasi dari nama-nama yang disetor itu, kita siap memenangkannya di Pilkada 2020,” jelas mantan Wagub Bali 2003-2008 yang kini duduk di Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali ini.

Menurut Alit Kelakan, rekomendasi paket calon dari DPP PDIP untuk Pilkada 2020 serentak 6 daerah di Bali, hanya masalah waktu saja. Paket calon yang direkomendasi pun tidak mungkin diambil dari luar nama-nama yang berproses dan diusulkan ke DPP PDIP.

Terkait kualitas para kandidat Cawali Denpasar yang berproses di PDIP, kata Alit Kelakan, hampir sama. Baik Arya Wibawa maupun I Gusti Ngurah Gede sama-sama berkualitas. Keduanya juga kader terbaik PDIP di Denpasar.

"DPD PDIP Bali sudah menguji kandidat dengan survei. Tapi, DPD PDIP tidak punya kewenangan memutuskan. Nanti, DPP PDIP yang memutuskan. DPP PDIP punya pertimbangan-pertimbangan. Kalau ada pendapat senior, kewilayahan, dan kemampuan, semua masuk ke DPP PDIP,”

"Mereka yang sudah berproses dan yang pertimbangan yang kita berikan kepada DPP seperti tidak mungkin diluar dari yang kita usulkan dan pertimbangan yang kita ajukan, jadi tunggu DPP," tandas politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat ini.

Pasangan Jaya Negara-Arya Wibawa itu sendiri, sebagaimana diberitakan, bergulir dan mengerucut di lingkaran kader-kader senior PDIP Denpasar sejak sebulan lalu. Awalnya, ada dua alternatif pasangan Cawali-Cawawali Denpasar di internal PDIP. Selain Jaya Negara-Arya Wibawa, ada pula pasangan Jaya Negara-I Gusti Ngurah Gede. Keduanya merupakan paket kombinasi ‘kader-kader’.

Bedanya, Jaya Negara-Arya Wibawa merupakan representasi kekuatan kombinasi wilayah Denpasar Timur-Denpasar Selatan. Sedangkan Jaya Negara-Ngurah Gede merupakan representasi kekuatan yang terpusat di wilayah Kecamkatan Denpasar Timur.

IGN Jaya Negara merupakan politisi asal Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang kini Sekretaris DPD PDIP Bali dan masih menjabat sebagai Wakil Walikota Denpasar (2008-2010, 2010-2015, 2016-2021). Sedangkan I Gusti Ngurah Gede merupakan politisi asal Puri Pemayun, Desa Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur yang kini Ketua DPC PDIP Denpasar dan masih menjabat Ketua DPRD Denpasar.

Sebaliknya, Kadek Agus Arya Wibawa merupakan politisi asal Desa Pe-dungan, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini Sekretaris DPC PDIP Denpasar dan sekaligus Ketua Fraksi PDIP DPRD Denpasar.

Sesepuh partai yang kini anggota Dewan Pertimbangan Cabang (Deper-cab) PDIP Denpasar, I Ketut Ceteg Rurung, mengakui pihaknya mendu-kung Jaya Negara-Arya Wibawa direkomendasi sebagai pasangan Cawali-Cawawali Denpasar ke Pilkada 2020, karena pertimbangan kewilayahan. Ketut Ceteg menegaskan, sosok Jaya Negara sudah cukup mumpuni sebagai Cawali Denpasar, karena berpengalaman dua periode menjadi Wakil Walikota

"Karena Jaya Negara berasal daru wilayah Denpasar Timur, maka calon wakilnya lebih tepat dari Denpasar Selatan. Kita tidak mengatakan Gusti Ngurah Gede yang asal Denpasar Timur nggak layak. Bagi kita, Ngurah Gede dan Arya Wibawa ini sama-sama bagus kualitasnya. Tetapi, Jaya Negara-Arya Wibawa ini lebih tepat sebagai pembagian kewilayahan," tegas Ketut Ceteg kepada NusaBali, Senin (15/6). *nat

Komentar