nusabali

Dibangun di Tengah Semangat Awas Bencana

Pura Penataran Agung, Desa Adat Nangka, Karangasem

  • www.nusabali.com-dibangun-di-tengah-semangat-awas-bencana

AMLAPURA, NusaBali
Pura Penataran Agung di Banjar/Desa Adat Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, pasti menjadi bagian penting daalam catatan sejarah pendirian pura pura di Karangasem, kelak.

Karena sejak memulai rencana, pembangunan pura ini telah dihadang pelbagai rintangan. Baik teknis maupun non teknis. Rintangan awal berupa erupsi Gunung Agung, 22 September 2017. Bencana yang mengebohkan rakyat Bali hingga dunia internasioal ini

sebagai titik awal realisasi pembangunan pura tersebut. Sebab  lokasi pura berada di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III atau 3,5 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung yang masih di wilayah Karangasem.

Rintangan selanjutnya, adanya indikasi muncul dari pejabat eksekutif dan legislative. Beberapa kalangan pejabat ada yang mencoba menjegal pembangunan pura tersebut. Caranya, antara lan, menolak anggaran dana BKK (bantuan keuangan khusus) Kabupaten Karangasem untuk masuk APBDesa 2018 di rekening Desa Bhuana Giri, sebesar Rp 5,2 miliar.

Kajari Amlapura I Nyoman Sucitrawan hingga menengahi persoalan itu. Pejabat adhyaksa ini terjun langsung meyakinkan dana BKK yang masuk ABPD 2018, bisa digunakan. Asalkan dimasukkan ke dana APBDes Perubahan Desa Buana Giri Tahun 2018. Selanjutnya, dana ini diamprah sesuai mekanisme.

APBDes Perubahan Tahun 2018, digarap dengan dana BKK dimasukkan. Pembangunan pura ini pun mulai dikebut sejak April 2018. Proses pembangaun berakhir Agustus 2018. Khusus untuk dana pembangunan fisik dialokasikan Rp 4 miliar, disisakan Rp 1,2 miliar untuk dana Karya Mamungkah lan Nubung Daging.

Dana Rp 4 miliar tersebut dioptimalkan untuk mewujudkan sejunlah bangunan yakni  Bale Panjang, Bale Pebantenan, Tiga Unit Candi Gelung Kori, Tembok Panyengker Lengkap Dengan Paduraksa, Bale Pesandekan, Bale Pasimpenan, Dua Unit Palinggih Tugu, Candi Bentar, Bale Kulkul, dan Bale Gong. Sedangkan Bale Selonding merupakan dihaturkan atau punia dari Ketua Panitia Pembangunan Pura, I Gusti Made Tusan. Haturan ini lengkap dengan material urugan, alat berat, dump truk senilai Rp 420,85 juta. Sedangkan Bale Pawedaan merupakan punia Desa Adat Nangka senilai Rp 225 juta.

Sebenarnya dana Rp 4 miliar masih kurang, untuk membangun beberapa unit bangunan itu. Adanya tambahan bangunan Bale Kulkul, Candi Bentar dan plang nama Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung, karena ada dana punia Rp 1,895 miliar.

Tantangannya bukan sebatas itu saja. Selama membangun palinggih dan bangunan pelengkap lainnya, Gunung Agung terus erupsi. Para pekerja  pun was was. Para pekerja sambil bekerja terbiasa diguyur hujan abu. Setiap saat pekerja bangunan melapor kepada Ketua Panitia Pembangunan I Gusti Made Tusan. Mereka merasa khawatir, jika Gunung Agung itu erupsi memuntahkan lahar panas, akan sangat kesulitan menyelamatkan diri.

Akumulasi kekhawatiran itu mampu diredam Ketua Panitia Pembangunan I Gusti Made Tusan. Dia berusaha meyakinkan dan memotivasi para pekerja. Dia sangat meyakini bahwa Pura Penataran Agung yang tengah dibangun untuk linggih (stana) Ida Bhatara Gunung Agung. Maka logikanya, tidak mungkin Gunung Agung erupsi di tengah membangun pura untuk stana Ida Bhatara Gunung Agung.

Keyakinan Gusti Made Tusan ada benarnya. Erupsi Gunung Agung berakhir, Pura Penataran Agung tuntas dibangun. Namun hambatan belum berhenti, bahka masih menghadang. Giliran terjadi gempa bumi, 5 Agustus 2018, menyebabkan palinggih Padma Tiga, Candi Gelung Kori dan Candi Bentar rusak, sebagian roboh dan hancur. Kerusakan ini tentu memerlukan biaya perbaikan yang tak kecil. Di tengah itu pula, krama Desa Adat Nangka menyiapkan Karya Mamungkah lan Nubung Daging, puncaknya, Anggara Umanis Wayang, Selasa, 18 September 2018.

Akhirnya Karya Mamungkah lan Nubung Daging digelar, dengan khusyuk. Namun tantangan dari alam tetap saja terjadi dan  datang silih berganti. Bencana menyusul berupa puting beliung merobohkan Bale Pesantian di jeroan Pura Penataran Agung, Kamis (21 Januari 2019). Bangunan beratap ijuk bertiang enam itu ambruk. Panitia pun  melakukan perbaikan hingga kembali berdiri dan dipelaspas. Ternyata, kasus serupa kembali terjadi menimpa Bale Pesantian, diterjang puting beliung, Minggu (5 Januari 2020), bersamaan dengan bangunan Bale Gong di jaba Pura Penataran Agung.

Kedua bangunan yang roboh bersamaan telah tuntas dibangun kembali, dengan struktur permanen, menggunakan tiang pancang beton. Bale Pesantian yang kembali dibangun menelan biaya Rp 180 juta dan Bale Gong menghabiskan biaya Rp 350 juta. "Nanti diplaspas bersamaan upacara 18 bulan, Karya Mamungkah lan Nubung Daging, di Pura Penataran Agung, Soma Paing Kelawu," jelas Bendesa Adat Nangka I Ketut Oka, dihubungi di Pura Penataran Agung, Banjar/Desa Adat Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (12/6).

Usai Karya Mamungkah, masih dilakukan penataan. Antara lain, memasang paving di jeroan dan jaba pura, juga penataan jalan raya dan parkir. Imbas dari pembangunan Pura Penataran Agung itu, akses jalan jadi lebar. Sebelumnya lebar jalan hanya 6 meter, kini lebar jalan  hingga 12 meter, juga telah dibangun jembatan. Dengan jembatann itu, warga dalam setiap musim hujan tidak perlu khawatir atau kesulitan menyeberangi sungai. Sepanjang jalur menuju Pura Penataran Agung dipasangi lampu penerangan jalan. Lamou-lampu ini memudahkan setiap saat ada umat sedharma menggelar persembahyangan.

I Ketut Oka mengatakan, krama Desa Adat Nangka sebagai pangempon pura, selanjutnya hanya melakukan penataan. Pura ini masih memerlukan bangunan pendukung antara lain Pawaregan, Pasraman Sulinggih, Pos Jaga dan lain-lain.

Sebenarnya awal berdirinya Pura Penataran Agung, tahun 2007, berdiri palinggih Padma Tiga dan beberapa palinggih lainnya. Tetapi cukup lama pembangunannya tidak berlanjut. Setelah I Gusti Ayu Mas Sumatri menjadi Bupati Karangasem 2016, langsung membuat terobosan menuntaskan pembangunan dengan menggunakan dana BKK. *nant

Komentar