nusabali

215 Pedagang-Pengunjung Pasar Galiran, Klungkung Dirapid Test, 4 Reaktif

Dalam Sehari Rapid Test di Gilimanuk Kembali Tembus 2.010 Orang

  • www.nusabali.com-215-pedagang-pengunjung-pasar-galiran-klungkung-dirapid-test-4-reaktif

Pelaksanaan rapid test di Terminal Galiran, Klungkung menyasar orang-orang yang sempat kontak dengan pedagang Pasar Galiran yang positif Corona di pasar.

SEMARAPURA, NusaBali

Dinas Kesehatan (Diskes) Klungkung menggelar rapid test massal terhadap 215 orang di Terminal Galiran, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Sabtu (13/6) pagi. Sasaran rapid test ini merupakan pedagang maupun pengunjung pasar yang sempat kontak dengan pedagang Pasar Galiran positif Covid-19 atau Corona.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Klungkung, I Nyoman Suwirta, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, Ni Made Swapatni dan Kepala Dinas Perhubungan Klungkung, I Nyoman Sucitra, memantau langsung proses rapid test massal tersebut.

Kata Bupati Suwirta, rapid test di Terminal Galiran ini menyasar orang-orang yang sempat kontak dengan pedagang yang positif corona di pasar. "Kita melakukan pengetesan sebanyak 215 orang lebih yang kontak dengan yang positif. Ini terus kita kembangkan dan mencari informasi dengan siapa saja yang diajak berinteraksi serta menelusuri sedetail mungkin,” ujar Bupati Suwirta. Untuk hasil rapid testnya sebanyak 4 orang dinyatakan reaktif. Mereka pun langsung dites swab. Tak hanya 4 orang ini, sebanyak 18 orang lainnya yang kontak erat dengan dengan pedagang positif Covid-19 juga ikut dicek swab, sehingga jumlahnya 22 orang.

"Apa yang kita lakukan ini ingin sesegera mungkin memutus penyebaran dari Covid-19 ini. Pasar umum ini aman untuk dikunjungi dengan melakukan protokol kesehatan dengan baik,” tandasnya.

Sementara transmisi lokal Covid-19 di Klungkung, terus bertambah dari 10 pasien baru yang diumumkan Jumat, 7 orang di antaranya merupakan pedagang di Pasar Galiran. Sedangkan 3 pasien lagi terdiri dari 1 pegawai sebuah instansi di Kecamatan Klungkung dan 2 keluarganya. Dengan tambahan 7 pasien dari kalangan pedagang Pasar Galiran, maka secara keseluruhan ada 14 pedagang di Pasar Galiran yang positif Covid-19.

Sementara penggunaan alat rapid test untuk sopir dan kernet masuk Bali di Pelabuhan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, kembali mengalami peningkatan drastis. Dalam sehari per, Jumat (12/6) tercatat ada 2.010 orang yang dirapid test. Dari 2.010 orang itu, 10 orang menunjukkan hasil reaktif.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jembrana, dr I Gusti Agung Putu Arisantha, mengatakan penggunaan 2.010 rapid test dalam sehari pada, Jumat juga menjadi rekor baru tertinggi di Gilimanuk. Sebelumnya, rekor tertinggi penggunaan rapid test yang dipusatkan di Gedung Tourism Information Centre (TIC) Teluk Gilimanuk itu tercatat pada, Selasa (9/6) dengan jumlah 1.947 rapid test.

"Dari 2.010 yang dirapid test kemarin (Jumat), ada 10 orang reaktif. 10 orang yang hasilnya reaktif itu seluruhnya bukan warga ber-KTP Bali. Ada 9 orang dari Jawa, dan 1 orang dari Sumbawa, NTB (Nusa Tenggara Barat). Sesuai prosedur, kami kembalikan mereka ke daerah asal masing-masing," ucap Arisantha.

Secara kumulatif, sejak tanggal 5 April hingga per tanggal 12 Juni ada 33.230 orang masuk Bali yang dirapid test di Gilimanuk. Dari jumlah tersebut, 76 orang diantaranya menunjukan hasil reaktif. Jika diasumsikan harga rapid test Rp 200.000 per buah, artinya total anggaran yang telah dikeluarkan untuk rapid test di Gilimanuk sudah mencapai Rp 6.626.000.000. Di mana khusus untuk pengadaan alat rapid test di Gilimanuk, disuplay langsung oleh Provinsi Bali. Namun dari sisi petugas medis yang melaksanakan rapid test merupakan tenaga kesehatan dari Jembrana.

Sementara disinggung terkait adanya informasi 29 duktang asal Jawa sudah membawa rapid test yang dipulangkan dari salah satu desa tujuan di Denpasar, Jumat (12/6) dan ada disebut lolos di Gilimanuk, Arisantha mengaku tidak tahu secara pasti. Namun dari informasi, 29 duktang yang masuk lewat Gilimanuk itu, diketahui telah membawa surat keterangan rapid test yang masih berlaku. Di mana sesuai protap, masa berlaku suket rapid test itu maksimal 7 hari saat melewati pemeriksaan di Gilimanuk.

"Sesuai ketentuan, untuk pemeriksaan di pintu masuk Bali, masa berlaku suket rapid test dibatasi maksimal 7 hari. Kalau memang itu sudah ada suket rapid test, artinya tidak lolos di Gilimanuk. Kita pemeriksaan sesuai prosedur. Saat pemeriksaan di Gilimanuk, kalau masih berlaku suket rapid testnya tetap diberikan lewat. Tidak melihat apakah itu baru rapid test pertama ataukah yang kesekian," ujarnya.

Sedangkan untuk kasus pemulangan 29 duktang di salah satu desa di Denpasar itu, kata Arisantha, diperkirakan karena ada kebijakan tersendiri di desa tujuan duktang tersebut. Intinya, ketika sudah membawa rapid test yang masih berlaku saat diperiksa di Gilimanuk, sudah sesuai prosedur, sehingga tidak benar disebut lolos di Gilimanuk. "Kalau ada kebijakan tersendiri di desa, kan lain. Kita di Gilimanuk tetap sesuai prosedur. Bahkan sekarang ini dari aparat gabungan di Jembrana juga ada pos pelapis di Cekik, untuk memastikan orang yang masuk Bali sudah bawa suket rapid test," ucapnya.

Menurut Arisantha, dalam menjaga Bali, diperlukan peran bersama. Ketika ada kebijakan tertentu di kabupaten lain di luar apa yang menjadi protap di Gilimanuk, seharusnya kabupaten lain juga ikut berjaga di Gilimanuk sebagai pintu gerbang masuk Bali. "Kalau pemeriksaan di Gilimanuk, saya yakin sudah berjalan 24 jam. Tiap hari ada ribuan sopir yang harus dirapid test. Itu ditangani sendiri petugas kita di Jembrana," pungkasnya. *wan, ode

Komentar